• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Refleksi Ngaji Buku Perempuan Bukan Sumber Fitnah

Buku ini hadir dengan ala mubadalah, untuk menghijrahkan pemahaman yang salah tentang ketidakhadiran "makna perempuan" dalam sebuah hadits

Rezqy al Afroem Rezqy al Afroem
13/08/2021
in Pernak-pernik
0
Ngaji

Ngaji

194
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ngaji bareng kang Faqih di awal tahun baru hijriyah 1443, bikin nambah imun dan iman, sebab angin segar ala mubadalah menjadi lingkaran wawasan baru yang tak berujung. Aneh bukan? Ya begitulah kenyataannya, aneh tapi nyata lingkaran yang tidak berujung, karena itulah yang dirasakan.

Pada 10 Agustus 2021, sekitar jam 19.30-21.00 wib, via zoom saya berkesempatan mengikuti acara Ngaji Bareng Kang Faqih. Walaupun hanya berpartisipasi sebagai penyimak saja, namun banyak hal yang saya garis bawahi dari kegiatan ngaji bareng tentang “Perempuan Bukan Sumber Fitnah” ini, dan pastinya karya terbaru Dr. Faqihuddin Abdul Kodir. Beberapa catatan saya antara lain:

Islam itu utuh. Jika diibaratkan rumah, pasti ada pondasi, ada jendela, ada pintu, ada sekatan kamar, ada atap dll (satu kesatuan yang saling menguatkan dan menghubungkan antara yang satu dengan yang lainnya, karena kalau tidak utuh pasti bukan dikatakan rumah lagi). So pandanglah sesuatunya dari berbagai sisi, jika ingin memaknainya. Bukan lagi hanya dilihat dari tampak luarnya saja, seperti melihat rumah tapi tidak memandang berbagai komponen yang ada di dalamnya, sehingga dalam hal ini, kita dianjurkan bersikap hati-hati dalam memaknai banyak hal, agar tidak menimbulkan kemudharatan bagi yang lain.

Karena jika kita tidak ingin memaknai sesuatu tersebut tanpa memandang dari berbagai sisi, yang pastinya, hal demikian tidak mencerminkan keutuhan tersebut. Maka yang akan terjadi, hanya akan mengkafirkan orang lain, mudah melarang orang lain dalam segala hal, merendahkan dan lebih khusus mudah mengganggap perempuan sebagai sumber fitnah dan sumber masalah, sehingga tanpa disadari kemudharatan akan muncul dan dirasakan oleh semua pihak.

Padahal sejatinya, kehidupan ini fitnah, kalau diuraikan kembali menurut Kang Faqih, kata fitnah ini, kata asal dari bahasa arab yang memiliki makna “sesuatu yang menggoda atau menggiurkan”, sehingga membuat kita tergoda dan akhirnya tersandung baik yang berkaitan dengan kekayaan, kemiskinan, ketampanan/kecantikan, jabatan dll, intinya yang menggoda ya berarti itu termasuk fitnah, apapun itu.

Baca Juga:

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

Membaca Novel Jodoh Pasti Bertemu dalam Perspektif Mubadalah

Nah, di sini kalau ada kata “kita” itu pasti berlaku untuk siapa saja bukan? Seharusnya kata fitnah ini berlaku juga untuk laki-laki, dan tidak hanya bagi perempuan. Sebab laki-laki dan perempuan juga memiliki potensi fitnah itu sendiri. Lalu kenapa yang selalu dijadikan sebagai sumber fitnah adalah perempuan? Bukan laki-laki?? Atau juga kedua-duanya?

Di dunia nyata, yang telah berakar dalam budaya dan masih bertebaran dalam kehidupan kita, yakni mengenai berbagai hadits yang ditafsirkan seolah-olah untuk menyudutkan perempuan. Sedangkan hadits yang ramah perempuan malah digembok agar tidak banyak yang tahu dan bukan karena tahu diri, dan lebih parahnya lagi, kepentingan pribadi berkedok hadits ini, dijadikan senjata, untuk menjatuhkan lawan (dalam hal ini adalah sosok perempuan).

Demikianlah yang terjadi, bisa berawal dari memaknai sesuatunya tidak secara utuh, hanya fokus pada teks-teksnya saja dan tidak menghiraukan rujukan dari hadits tersebut. Padahal sebenarnya kita sudah tahu, bahwa Nabi Muhammad, SAW diutus ke muka bumi ini, untuk menyempurnakan akhlak dan membawa visi Islam yang penuh kerahmatan bagi seluruh alam semesta beserta isinya.

Apabila melihat misi kenabian tersebut, menjadi catatan bahwa pasti tidak akan ada hadits yang merugikan semua makhluk, khususnya perempuan. Jadi kalau kita mengkaji dan mengaji lagi, tidak hanya melihat wujud rumah dari tampak luarnya saja, maka akan terciptalah kerahmatan yang saling membahagiakan, saling menghargai, saling menghormati dan saling kesalingan yang lainnya, intinya melihat sesuatu dalam kerangka kebaikan bukan keburukan.

Harapannya, laki-laki dan perempuan saling bekerja sama dalam mengelola kehidupan menjadi anugerah tanpa menyalahkan siapa pun, dengan merubah keburukan menjadi kebaikan, dan hal ini berlaku untuk semua dengan tidak melihat dari mana, siapa dan memiliki jabatan apa. Misalnya jika sang istri jihadnya di rumah tangga dengan berbuat baik, yakni diantaranya melayani suami, anak dan orang tua serta merawat rumah agar tetap bersih, maka jihad tersebut pasti berlaku bagi sang suami jua.

Atau jika laki-laki bisa bekerja di ruang publik, menjadi pemimpin dan belajar, maka hal demikian berlaku kepada perempuan juga. Karena yang bertanggung jawab atas dirinya adalah diri sendiri bukan orang lain. Karena hidup itu akan menjadi anugerah terindah, selagi nafas masih berhembus, dengan tetap menebar manfaat serta kebaikan seluas-luasnya.

Jadi siapapun ia, baik laki-laki ataupun perempuan, harus sama-sama menjadi subjek kehidupan, bukan hanya laki-laki yang harus menjadi subjek dan perempuannya yang menjadi objek, tapi diantara keduanya harus sama-sama menjadi subjek, agar terciptalah  kebahagiaan yang membahagiakan dan terwujudnya kemaslahatan bersama, serta tidak ada kata lain selain kamu adalah aku yang lain.  Maka dari itu, buku ini hadir dengan ala mubadalah untuk menghijrahkan pemahaman yang salah tentang ketidakhadiran “makna perempuan” dalam sebuah hadits. []

 

 

Tags: Buku Perempuan Bukan Sumber FitnahFaqihuddin Abdul KodirkehidupankemanusiaanKesalinganlaki-lakiMubadalahperempuan
Rezqy al Afroem

Rezqy al Afroem

Pengurus PC Fatayat NU Sampang Madura

Terkait Posts

Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Aurat

Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

5 Juni 2025
Batas Aurat

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Fikih Ramah Difabel

Menggali Fikih Ramah Difabel: Warisan Ulama Klasik yang Terlupakan

5 Juni 2025
Batas Aurat Perempuan

Dalil Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Aurat Perempuan

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

4 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berkurban

    Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Raya dalam Puisi Ulama Sufi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Istilah “Kurban Perasaan” Pada Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha
  • Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang
  • Makna Wuquf di Arafah
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID