Mubadalah.id – Dunia media sosial twitter sedang kembali digegerkan dengan tweet salah satu akun yang bernama @evimsofian yang dikenal juga sebagai jurnalis, beliau memberikan tanggapan dari tweetnya tentang pemberitaan yang mengandung unsur sex sells, dengan memberikan topik atau judul yang berbau seks pada atlet wanita di Tokyo 2020. Sangat disayangkan judul dan topik berita yang harusnya memberikan informasi tentang olahraga, malah diisi dengan pemberitaan sex.
Dalam tweetnya mengatakan “The Dumbing Down Of News, banyak ruang redaksi tahu Sex Sells. Buktinya yang mengkritik wartawan Viva inipun mikirin seks, pakai kata penyaluran. Seks adalah rumus termudah untuk dapat klik”. Yang beliau sangat sesali adalah judul berita pada pemberitaan online yang seakan-akan menjual kalimat berbau seks pada tiap pemberitaanya agar mendapat banyak kunjungan laman tersebut. Contoh judulnya “Bikin Gagal Fokus, Pose Seksi Bidadari Pebulutangkis Australia di Gym”.
Hal tersebutlah yang membuat geram warga twitter. @evimsofian menambahkan dalam tweetnya “Utk 600 juta, redaksi digital mati-matian bikin sebanyak-banyaknya tautan yang sebanyak-banyaknya mendulang klik. Prestasi wartawan diukur dari seberapa banyak page views yang ia dapat”. Dapat disimpulkan beliau sangat tidak suka dengan jurnalis yang membuat berita hanya mementingkan page views dengan teknik memberikan kata-kata seks untuk menarik minat pembaca.
Sangat disayangkan moment yang seharusnya memberikan berita positif tentang olah raga, malah digunakan sebagai ajang melihat tubuh para atlet wanita dan menjadikannya bahan berita yang melecehkan. Sex Sells di sini sangat jelas terlihat pada pemberian judul tiap pemberitaaan online dari salah satu website yang cukup dikenal banyak orang.
Bagaimana tidak, setiap berita tentang atlet wanita bukannya membahas prestasinya, pertandingannya di lapangan atau kesuksesan yang diraih di bidang olahraga. Malah memberitakan pose-pose seksinya di lapangan, membahas pakaian seksinya saat melakukan perlombaan bahkan foto-foto di akun media sosial si atlit yang dirasa menjadi pose seksi dijadikan pemberitaan juga.
Sex Sells bukanlah perkara sederhana, apalagi menjual hal yang berbau sex dalam pemberitaan dengan tujuan peningkatan page views yang pastinya untuk keuntungan sendiri dan merugikan pihak lain. Hal-hal seperti ini akan membuat pembaca malah salah fokus dengan topik yang dibahas. Saya rasa ini juga menjadi salah satu pelecehan dunia maya, apalagi pemberitaan tanpa izin dari pihak bersangkutan.
Dalam draft RUU PKS juga membahas hal ini, bahwa pelecehan dunia maya seperti menyudutkkan wanita dengan hal-hal yang berbau seks di dunia maya juga sebagai behavior pelecehan seksual. Jadi hal seperti ini bukanlah sesuatu yang wajar. www.coe.int menjelaskan bahwa sex sells ini membahas beberapa isu mengenai persepsi publik tentang gender, seks, dan seksualitas. Peserta menganalisis bagaimana gender yang berbeda digambarkan dalam iklan di surat kabar dan majalah menggunakan alat khusus untuk analisis.
Hal ini menjelaskan bahwa jurnalis yang dimaksud akun @evimsofian melakukan sex sells pada dunia pemberitaan online dengan membahas isu mengenai presepsi tentang seks dan seksualitas para atlet wanita di pagelaran Tokyo 2020. Momentum yang penting dan jarang terjadi harusnya menjadi ajang pemberitaan prestasi agar memberikan motivasi bagi para pembacanya, ini malah memberikan dampak negatif pada para pembaca.
Sebagai pembaca juga harus mengerti, sex sells sendiri bukanlah candaan yang diwajarkan. Nyatanya sebagian orang menganggap pemberitaan dengan judul-judul yang berbau seks ini adalah candaan atau jokes belaka. Apakah pelecehan seksual terhadap wanita juga dapat dimasukan kedalam candaan? apakah wajar intimidasi seperti ini dijadikan candaan?
Menurut Helen Jefferson Lenskyj, profesor University of Toronto, bahwa industri olahraga masih kerap bias gender. “Ada olah raga di mana seksualisasi tubuh perempuan sangat penting, seperti senam, voli pantai dan bola tangan pantai termasuk yang teratas,” ujarnya kepada Global News. Dan hal ini yang sering memancing pemberitaan yang mengarah pada seks.
Dan hal yang harusnya menjadi konsentrasi para panitia, malah dimanfaatkan oleh jurnalis-jurnalis nakal membuatnya menjadi viral mengarah pada seks atas pakaian yang digunakan para atlit. Bukan melakukan pemberitaan olahraga yang dilakukannya atau prestasi yang didapatkannya. Sering kali pula, atlet perempuan jadi perhatian sebagai objek seksual dari pada prestasinya itu sendiri. Miris! []