• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Shadow Beauty; K-Drama yang Menampilkan Realitas Remaja Masa Kini

Sudah saatnya sekolah bukan hanya mementingkan nama baik tanpa meperdulikan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di dalamnya.

Dyah Palupi Ayu Ningtyas Dyah Palupi Ayu Ningtyas
28/03/2022
in Film
0
Mengenal Sindrom Cinderella Complex

Mengenal Sindrom Cinderella Complex

186
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Shadow Beauty (Geurimja Minyeo) adalah drama Korea yang diadaptasi dari Webtoon populer karya A-Heum. Drama Shadow Beauty ini menceritakan mengenai Goo Ae Jin yang mendapat bullying (perundungan) di sekolah. Di sisi lain, Ae Jin mengubah penampilan, mengedit fotonya hingga tampak cantik, dan mengganti nama menjadi Genie. Ia memiliki 770.000 pengikut di media sosial. Tidak ada yang menyangka bahwa Genie adalah Ae jin, karena penampilan keduanya sangat beda.

Drama Shadow Beauty ini memiliki 13 episode dengan waktu penayangan 20 menit per episodenya. Durasi waktu yang singkat dan cerita yang relevan dengan kehidupan sehari-hari menjadi daya tarik tersendiri. Berikut beberapa nilai penting yang terdapat dalam drama Shadow Beauty.

Bullying di Lembaga Pendidikan

Goo Ae Jin mengalami rundungan dari teman-temannya karena berpenampilan tidak menarik dan tidak cantik, sehingga orang lain tidak pernah menghargainya. Tidak semua teman kelasnya merundung Ae Jin. Sebagian kecil dari mereka, tidak memiliki kekuatan untuk membantu dan cenderung hanya menjadi penonton. Pelaku memiliki kuasa yang dapat mengintervensi orang lain untuk tetap diam dan bungkam.

Kasus perundungan merupakan isu yang marak terjadi di Korea Selatan. Pasalnya, bukan hanya di Korea saja, peristiwa tersebut juga nyata di Indonesia. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengidentifikasi kasus kekerasan terhadap anak yang jumlahnya mencapai 37.381.

Sedangkan bullying yang terjadi di lembaga pendidikan mencapai 2.473 kasus. Data tersebut terjadi dalam kurun waktu 9 tahun, mulai dari tahun 2011 hingga tahun 2019. Seperti halnya kasus kekerasan seksual, fenomena perundungan juga seperti gunung es. Hanya tampak di ujungnya saja, problematika lain seakan-akan tidak muncul dan terlihat.

Baca Juga:

Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Perundungan yang kerap terjadi di lingkungan pendidikan juga dapat memengaruhi kepercayaan diri seseorang. Pasalnya, hal tersebut berhubungan erat dengan pembentukan karakter. Perbedaan kepercayaan diri siswa yang mengalami verbal bullying akan cenderung rendah, susah bersosialisasi, mudah khawatir, hingga merasa tidak berguna. Sedangkan, siswa yang tidak mengalami verbal bullying akan cenderung tinggi, ia akan mudah bersosialisasi dan dapat dengan mudah mengekspresikan keinginan.

Namun, perundungan bukan hanya berdampak negatif bagi korban. Pelaku perundungan memiliki intensitas empati yang minim ketika berinteraksi sosial. Ia akan mengalami permasalahan perilaku yang abnormal, pro-sosial, dan hiperaktif. Korban-pelaku yang merupakan pelaku perundungan dan sekaligus mendapat perundungan akan memiliki tingkat gangguan kesehatan mental yang lebih besar daripada pelaku dan korban perundungan. Korban-pelaku juga dialami oleh tokoh Yang Ha Neul dalam drama ini.

Dualisme Kehidupan

Media sosial menjadi wadah yang dapat menciptakan dan menyediakan berbagai bentuk komunikasi maupun informasi. Seseorang cenderung percaya diri apabila mendapat jumlah like yang banyak dan yang respon baik dari konten yang ia unggah, seperti di Instagram atau TikTok.

Terkadang, seseorang lebih menyukai dan menikmati kehidupan di media sosial daripada kehidupan nyata. Hal itu seperti yang terjadi pada Genie di alam drama Shadow Beauty . Ia menerima apresiasi dan pujian dari foto-foto yang ia unggah di media sosial. Stylenya menjadi panutan dan kecantikannya diakui oleh banyak orang.

Ia senang menggunakan identitas Genie, sebab respon yang diterima berbanding terbalik dengan Ae Jin. Seakan-akan kebahagiaan ditentukan oleh jumlah like dan followers saja. Meskipun Genie merupakan bintang media sosial yang dipuja-puja, sosok aslinya di dunia nyata tetap mendapatkan perundungan. Apa yang terjadi di dunia maya tidak mengubah realitas sosial yang ada.

Keluarga yang Tidak Harmonis

Meskipun menjadi bintang media sosial, kondisi Ae Jin dan keluarganya dalam Shadow Beauty tidak harmonis, hal itu disebabkan oleh komunikasi yang tidak dibangun dengan baik. Kesalapahaman Ae Jin dengan ibunya membuat Ae Jin menjadi seorang anak yang tidak terbuka dan memiliki emosi yang tidak stabil. Kondisi tersebut membuatnya tidak pernah bercerita bahwa ia mendapat perundungan di sekolah. Di akhir cerita Shadow Beauty, orang tuanya berhasil membangun hubungan baik.

Proses menumbuhkan kembali komunikasi tidak akan mudah apabila orang tua maupun anak tidak menyadari bahwa hubungannya tidak baik-baik saja. Harapannya, orang tua juga harus bisa mengetahui dan mendeteksi perilaku keseharian anak yang tidak biasa. Sehingga dapat mengatasi problematika yang terjadi di sekolah maupun dalam berinteraksi di lingkungan.

Di luar sana, masih banyak Ae Jin-Ae Jin lain yang mendapatkan perilaku buruk dan perlu mendapat pertolongan. Sekolah hendaknya dapat menangani kasus dengan metode restorative justice. Pendekatan ini menitikberatkan terwujudnya keadilan serta keseimbangan bagi pelaku dan korban.

Tujuannya tidak lain adalah dapat memberdayakan korban, pelaku, maupun keluarga dengan mengedepankan sosio kultural daripada pendekatan normatif. Sudah saatnya sekolah bukan hanya mementingkan nama baik tanpa memperdulikan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di dalamnya. []

Tags: bullyingKDramaKesehatan MentalremajaShadow Beauty
Dyah Palupi Ayu Ningtyas

Dyah Palupi Ayu Ningtyas

Bergerak di isu HAM dan gender, menuangkannya lewat tulisan dan ruang-ruang belajar bersama.

Terkait Posts

Film Sultan Agung

Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung

11 Juli 2025
Film Rahasia Rasa

Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

6 Juli 2025
Squid Game

Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

3 Juli 2025
Nurhayati Subakat

Nurhayati Subakat, Perempuan Hebat di Balik Kesuksesan Wardah

26 Juni 2025
Film Animasi

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

22 Juni 2025
Film Azzamine

Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan

20 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berhaji

    Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam dan Persoalan Gender
  • Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata
  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam
  • Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung
  • Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID