• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Tokoh

Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

Dalam pandangan Siti Walidah, perempuan bukan sekadar manusia kelas dua. Perempuan merupakan manusia yang juga memiliki hak hidup penuh sebagai manusia layaknya laki-laki.

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
21/03/2023
in Figur, Rekomendasi
0
Peminggiran Peran Perempuan

Peminggiran Peran Perempuan

762
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bergerak memajukan nasib perempuan, lewat pendidikan dan gerakan sosial lainnya, menjadi nafas hidup Siti Walidah. Kiprahnya merupakan satu bukti sejarah, tentang penolakannya terhadap peminggiran peran perempuan. Menurutnya, perempuan juga dapat eksis menjalankan peran keulamaan sebagai guru umat. Bukti bahwa kata “ulama perempuan” bukan sekadar wacana dalam diskursus kesetaraan gender Islam, melainkan merupakan fakta sejarah yang pernah ada.

Perempuan kelahiran Kauman, Yogyakarta, pada 1872 M, ini tumbuh dalam lingkungan yang membentuknya sebagai seorang ulama perempuan mumpuni. Kampungnya merupakan kawasan abdi dalem santri yang kental dengan suasana keislaman. Ayahnya bernama Kiai Muhammad Fadlil, merupakan seorang ulama yang menjadi Penghulu Keraton Yogyakarta. Dan, ibunya adalah Nyai Mas yang juga berasal dari Kauman. Dalam lingkungan masyarakat santri dan keluarga ulama itulah Siti Walidah tumbuh.

Seorang Ulama Perempuan Progresif

Meski Siti Walidah tumbuh dalam tradisi pendidikan Islam tradisional, lewat pengajian serta didikan orang tuanya, dan tidak mengenyam pendidikan modern. Namun itu tidak berarti dirinya menjadi orang dengan pandangan yang kurang maju. Sejarah hidupnya memperlihatkan sosoknya sebagai perempuan dengan keilmuan Islam yang mumpuni, dan memiliki pandangan progresif untuk memajukan nasib perempuan.

Dalam buku Potret Perempuan Muslim Progresif Indonesia, karya Neng Dara Affiah, nama Siti Walidah turut masuk dalam pembahasan perempuan Muslim progresif. Hal ini tidak berlebihan, sebab dia merupakan pendiri Aisyiyah yang adalah organisasi Islam untuk perempuan yang pertama di Indonesia. Lewat Aisyiyah yang dia dirikan, Siti Walidah bergerak memajukan nasib kaum perempuan.

Jika kita mencoba menelik riwayat hidupnya, agaknya perjumpaan dengan Kiai Ahmad Dahlan, yang merupakan ulama progresif pendiri Muhammadiyah, turut membentuk watak progresivitas dalam dirinya. Sebagaimana kita ketahui, bahwa Siti Walidah merupakan istri Kiai Ahmad Dahlan yang mendapat gelar sebagai Nyai Dahlan. Kedua sosok ini, Kiai Dahlan dan Nyai Dahlan, saling bermitra sejajar tidak hanya dalam membangun rumah tangga, namun hingga dalam memajukan nasib perempuan Nusantara menuju peradaban yang berkeadilan.

Baca Juga:

Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur

Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

Dari Indonesia-sentris, Tone Positif, hingga Bisentris Histori dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Menolak Peminggiran Peran Perempuan

Satu watak progresivitas Siti Walidah adalah menolak peminggiran peran perempuan. Sebagaimana penjelasan Jarot Wahyudi dalam “Nyai Dahlan: Penggerak Perempuan Muhammadiyah,” artikel dalam buku Ulama Perempuan Indonesia, bagi Siti Walidah Islam yang dia pahami menegaskan bahwa perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki.

Jadi, sikap meminggirkan peran perempuan itu sangat bertentangan dengan Islam yang dia pahami. Sebab, dalam pandangan Siti Walidah, perempuan bukan sekadar manusia kelas dua. Perempuan merupakan manusia yang juga memiliki hak hidup penuh sebagai manusia layaknya laki-laki.

Oleh karena itu, dalam kamusnya, tidak ada kata perempuan di bawah laki-laki. Keduanya setara. Semisal, jika laki-laki berhak mendapatkan pendidikan yang baik, maka perempuan pun punya hak yang sama. Kalau laki-laki bisa berkiprah, maka perempuan dengan segala potensinya juga harus mendapatkan ruang.

Hal ini bukan untuk upaya perempuan menyaingi laki-laki, atau agar perempuan dan laki-laki saling ber-oposisi biner. Pemberian ruang terhadap perempuan adalah supaya kedua pihak, dengan segala potensi masing-masing, dapat ber-mitra sejajar, sehingga bersama mampu mewujudkan peradaban yang sehat bagi semuanya.

Kesadaran mitra sejajar itu mendorong Siti Walidah untuk merangkul kekuatan perempuan. Dalam hal ini, dia tidak hanya mengajak para perempuan menengah ke atas yang “berpendidikan”. Namun juga menggalang gerakan perempuan di level grass-roots. Baginya, semua perempuan, di level apa pun, memiliki potensi besar dalam upaya memajukan bangsa. Oleh karena itu, setiap perempuan perlu mendapatkan pendidikan yang baik, dan  mendapatkan ruang ekspresi yang adil.

Gerakan Siti Walidah dalam merangkul kekuatan perempuan, pada tahun 1914 M, melahirkan kelompok ngaji perempuan yang bernama Sopo-tresno. Dalam perkembangannya, pada tahun 1917 M, Sopo-tresno kemudian menjadi organisasi perempuan yang bernama Aisyiyah. Melalui Sopo-tresno yang kemudian menjadi Aisyiyah, Siti Walidah membangun ruang berkesetaraan gender yang tidak meminggirkan peran perempuan. []

 

Tags: AisiyahKesetaraan GenderNyai WalidahPerempuan UlamaSejarah Perempuanulama perempuan
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

Gerakan KUPI

Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

4 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Isu Iklim

    Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID