Mubadalah.id- Di balik istilah medis skizofrenia tersimpan makna yang dalam tentang perjuangan. Ini bukanlah soal gangguan mental, tapi tentang seseorang yang tersakiti oleh lingkungan, kehilangan arah, lalu perlahan berusaha bangkit dengan caranya sendiri.
Namun di balik semua itu, mereka tetaplah manusia yang memiliki hati, perasaan dan keinginan untuk hidup layak seperti orang lain. Skizofrenia tidak membuat seseorang berhenti menjadi manusia, ia hanya mengubah cara mereka memandang dunia.
Melansir dari Alodokter, skizofrenia termasuk disabilitas mental, yaitu kondisi yang memengaruhi cara berpikir, merasakan, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Orang yang mengidapnya bisa sulit mengungkapkan perasaan, pendapat, bahkan memilih menarik diri dari keramaian. Tapi di balik diam mereka, sering tersembunyi samudera gagasan yang dalam, hanya saja tak semua orang mau mendengarnya.
Luka yang Melahirkan Disabilitas Mental
Tidak semua pengidap skizofrenia terlahir dengan kondisi itu. Ada yang mengalaminya akibat trauma berat, tekanan hidup, atau pengalaman bullying yang berlarut-larut. Luka batin yang tak terselesaikan perlahan membentuk kabut dalam pikiran, hingga akhirnya melahirkan gangguan yang tak kasat mata.
Lingkungan punya peran besar dalam proses ini. Ketika lingkungan menyudutkan, menolak, dan tidak mendengarkan mereka, mereka akan mulai kehilangan pegangan. Maka, penting bagi kita untuk menciptakan ruang aman tempat seseorang bisa bercerita tanpa takut orang lain menghakimi.
Dukungan Sosial sebagai Ruang Pemulihan
Bagi mereka yang hidup dengan disabilitas mental, dukungan sosial adalah obat terbaik. Mereka tidak membutukan belas kasihan, melainkan penghargaan atas kemanusiaannya. Mendengarkan mereka bisa lebih menenangkan daripada seribu nasihat.
Kehadiran orang yang mau mendengarkan tanpa menghakimi, yang sabar menemani tanpa banyak bertanya, seringkali menjadi cahaya bagi mereka yang sedang berjuang dalam gelapnya pikiran sendiri. Karena terkadang, penyembuhan bukan tentang obat, malainkan tentang rasa penerimaan atas dirinya.
Menghormati Tanpa Mengasihani: Wujud Kemanusiaan Sejati
Penyandang disabilitas mental, termasuk pengidap skizofrenia, mereka memiliki hak yang sama seperti manusia lain, yakni hak untuk dihargai, dihormati, didengar, dan mendapatkan kesempatan hidup yang layak. Mereka berhak mendapatkan semua sebagaimana manusia lain pada umumnya.
Sayangnya, masih banyak yang menganggap bahwa mereka tidak mampu, bahkan menolak keberadaannya. Padahal, dengan dukungan yang tepat, mereka bisa berkarya dan menyalurkan potensi besar yang selama ini tersembunyi. Kita perlu belajar melihat mereka bukan dari kekurangannya, tetapi dari kekuatan yang ia miliki untuk bertahan.
Lingkungan yang penuh penerimaan dapat menurunkan gejala skizofrenia secara signifikan. Dukungan emosional dan rasa aman juga dapat membuat mereka perlahan mampu menata ulang pikirannya. Bahkan, ada dari mereka yang gejalanya menurun ke tingkat yang lebih ringan jika dukungan sosialnya kuat.
Ketika seseorang dengan disabilitas mental diberi ruang untuk mengekspresikan diri, seperti halnya dengan menulis, menggambar, berbicara, atau sebatas bercerita, mereka merasa hidupnya terarah. Pengakuan itulah yang menjadi titik balik dar keterpurukan menjadi pemulihan.
Perjalanan Panjang Melawan Diri Sendiri
Sebagai sesama manusia, yang bisa kita lakukan cukup sederhana, yakni dengan menghormati tanpa mengasihani. Tak perlu perlakuan istimewa, cukup perlakuan adil dan penuh empati. Kebaikan kecil bisa berarti besar, dengan sapaan lembut, senyum tulus, atau bahkan hanya sekedar mendengarkan dengan sabar itu juga sangat berarti bagi mereka.
Karena sesungguhnya, mereka tidak membutuhkan simpati, melainkan kesempatan untuk hidup bermartabat. Menghormati penyandang disabilitas mental bukan untuk belas kasihan, melainkan pengakuan bahwa setiap manusia memiliki nilai yang sama di mata Allah SWT.
Hal itu selaras dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Hujurat [49]:13 yang artinya: “Wahai manusia! Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”
Skizofrenia adalah perjalanan panjang melawan diri sendiri, perjuangan sunyi yang jarang terlihat mata. Mereka yang mengalaminya adalah pejuang sejati, yang setiap hari berusaha menata ulang pikirannya demi bisa tetap berdiri.
Tugas kita bukan menilai atau merasa iba, tapi untuk menemani dan memberi ruang. Karena di balik diam mereka, ada kekuatan besar yang sedang berjuang untuk pulih. Dan siapa tahu, dengan sedikit kebaikan dari kita, mereka bisa kembali melihat dunia dengan cahaya yang lebih hangat. []











































