Mubadalah.id – Suami dilaknat Allah apabila tidak dapat membahagiakan istrinya. Ini karena pernikahan adalah sebuah komitmen di antara suami dan istri. Ibarat kontrak kerja, komitmen ini harus diselesaikan hingga akhir usia. Tujuannya agar pernikahan berjalan senantiasa harmonis dan langgeng.
Sebagai umat Islam, pastilah aturan kehidupan akan dikembalikan kepada apa yang ada di dalam syari’at Islam. Termasuk di dalamnya adalah hadits tentang pernikahan yang diriwayatkan dari Abu Hurairah:
عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَبِىُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : إِذَا بَاتَتِ المَرْأَةُ هَا جِرَةً فِرَاشَ زَوْجِهَا لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصبِحَ، وَفِى رِوَايَةِ، حَتَى تَرْجِعَ .(رواه البخاري من باب النكاح رقم ٣٤)
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Apabila seorang wanita menghindari tempat tidur suaminya pada malam hari, maka para malaikat melaknatnya hingga pagi hari. Dalam suatu riwayat yang lain disebutkan: Sehingga dia kembali.”
Jika menuntut murodh lafad hadist ini artinya jika seorang istri menolak dan pergi ketika ada ajakan suami untuk besebadan maka akan menimbulkan kemarahan Allah dan laknat malaikat kepada istrinya tersebut.
Apakah laknat itu terjadi pada istri yang seperti itu? Ataukah intisarinya terhadap seseorang yang meninggalkan dalam artian tidak melayani suami atau tidak melayani pasangan? Sedangkan realitanya suami juga kadang menolak ajakan istri untuk bersebadan?
Nah jika mengkaji menurut hasil ‘illat maka illatnya adalah suami tersakiti atas penolakan istri atau karena istri meninggalkan suami. Artinya jika kita pakai teori mubadalah maka jika suami menolak ajakan istri untuk bersebadan maka suami juga terkena laknat malaikat.
Karena melayani pasangan adalah kewajiban bagi pihak istri maupun suami, tidak dibedakan sedikit pun, maka kewajiban masing-masing sudah ditentukan apalagi menyangkut hak bagi setiap lawan pasangan.
Maka dari itu, antara suami dan istri harus saling mengerti dan memahami. Perkawinan itu artinya harus selalu saling dan saling, tidak boleh tidak antara suami dan istri. Dengan demikian kebahagian dan ridlo Allah yang dicita-citakan pun semakin dekat. []