Pernah dengar istilah generasi sandwich? Istilah generasi sandwich diberikan kepada generasi yang telah menikah dan mempunyai kewajiban untuk menanggung kehidupan orangtua (generasi atas), generasi ini diibaratkan sebagai daging pada sandwich, yang diapit oleh dua roti, roti bawah adalah keluarga kecil yang baru dibangun dengan pasangan (generasi bawah) dan roti atas adalah orangtua (generasi atas).
Sebutan ini mulai terkenal seiring banyaknya media keuangan atau perancanaan finansial di media sosial, kenapa begitu? Karena generasi sandwich adalah posisi dimana kamu menanggung finansial dari generasi bawah (keluarga yang kamu bangun) dan generasi atas (orangtua), tidak hanya menanggung finansialnya kamu pun juga harus mencari jalan keluar atas masalah-masalah finansial yang datang.
Istilah sandwich generation atau generasi sandwich ini dicetuskan oleh pekerja sosial yang bernama Dorothy Miller pada tahun 1981, istilah ini digunakannya mendefinisikan kelompok yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan dirinya, anak, keluarga serta orangtuanya.
Hal ini terjadi karena ketidaksamaan pengetahuan finansial, generasi atas (orangtua) masih banyak yang menganggap bahwa anak adalah investasi, ketika anak telah dewasa maka tugasnya adalah mengurus dan membiayai kebutuhan orangtua. Sedangkan tidak ada jaminan kondisi finansial anak saat dewasa ‘mapan’, belum lagi ketika berkeluarga, dia berjuang untuk kebutuhan keluarganya tapi di sisi lain mendapat tuntutan untuk memenuhi kebutuhan orangtua.
Sedangkan yang menjadi masalah adalah ketika anak mengajukan keberatan karena kondisi finansial yang tidak mampu untuk menghidupi dua generasi, maka akan dianggap sebagai anak durhaka. Kecenderungan orangtua yang menganggap anak investasi, tidak terima jika anak melepas begitu saja, biasanya akan terucap kalimat bahwa anak mempunyai hutang budi pada orangtua, sehingga harus dibalas, seperti;
Kamu gak ingat dulu waktu kecil kamu itu minta mainan apapun Papa belikan, sekarang giliran kamu udah dewasa, gak mau ngasih uang ke Papa?
Yang nyekolahin kamu sampai sekarang itu siapa? Kamu gak tahu apa sekolahmu itu biayanya mahal, kalau ditotal bisa buat beli rumah!
Siapa yang ngasih kamu makan dari kecil hingga besar gini? Kok kamu itung-itungan sama Mama?
Kalimat-kalimat seperti itu biasanya dilontarkan orang tua ketika tidak mendapatkan kepuasan atas yang diinginkan. Sedangkan anak yang mendengarkan cenderung diam, karena mau tidak mau memang anak mendapatkan hal itu semua, tapi ada pemberontakan dalam dirinya,
Kan aku gak minta, kan aku dikasih..
Iya sih, biaya sekolahku mahal, tapi bukannya itu kewajiban orangtua ya? Kalau diitung sebagai utang ya banyak banget utangku sama orangtua, kapan kelarnya nih
Yang ngasih makan ya orang tua lah, kalau aja aku lahir bawa duit segebok ya aku beli makan sendiri,
Kamu pernah diposisi mana? Sebagai orangtua atau sebagai anak?
Hal ini akan terus menjadi perdebatan, ada pihak pro dan kontra, ada pihak yang membela orang tua, bahwa hal itu terhitung sebagai bakti kepada orang tua, ada juga yang membela posisi anak, menganggap bahwa anak adalah amanah yang diberikan Allah SWT, sistem pengasuhan bukan dihitung sebagai hutang budi dan hitung-hitungan finansial.
Untuk menyikapi hal ini kita perlu memakai perspektif respirokal atau kesalingan, jika kamu menjadi generasi sandwich, maka mau tidak mau harus memikirkan urusan finansial dua generasi tersebut, kamu tidak bisa lepas begitu saja kan? Bukalah komunikasi dengan orangtua tentang kemampuan finansialmu, agar kedua belah pihak saling mengerti sehingga tidak terjadi tuntutan berlebih, setelah itu ajaklah diskusi pasanganmu, ceritakan dan terbukalah bahwa kamu mempunyai tanggungan finansial pada orangtua. Dan untuk menyemangatimu, kamu perlu tahu bahwa Rasulullah SAW mengatakan, sedekah kepada keluarga adalah sedekah yang paling utama.
Abu Hurairah Ra. Menuturkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “satu dinar yang kamu keluarkan di jalan Allah, satu dinar yang kamu keluarkan untuk seorang budak, satu dinar yang kamu keluarkan untuk orang miskin, dan satu dinar yang kamu keluarkan untuk keluargamu, yang paling baik dari semua itu adalah yang kamu keluarkan untuk keluargamu.” (Shahih Muslim, No. 2358)
Tsauban al-Hasyimi Ra. Menuturkan bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, “Sebaik-baik dinar (harta) yang dinafkahkan seseorang adalah dinar (harta) yang dinafkahkan seseorang untuk keluarga, lalu dinar (harta) yang dinafkahkan untuk kendaraan di jalan Allah SWT., lalu dinar (harta) yang dinafkahkan untuk teman-temannya di jalan Allah SWT.” (Shahih Muslim, No. 2357)
Selanjutnya untuk kamu yang menjadi orangtua, persiapkan dana pensiun dan belajar pengelolaan finansial, menjadikan tabungan berupa aset, sehingga bisa tetap menghasilkan dan tidak dianggap menjadi beban bagi orang lain, jika suatu saat masa pensiun itu telah tiba. []