• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Benarkah Talak Hak Mutlak Suami?

Fitri Nurajizah Fitri Nurajizah
16/01/2019
in Kolom
0
talak hak mutlak suami

Ilustrasi: pixabay[dot]com

111
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Tulisan ini berawal dari keraguan saya terhadap salah satu pernyataan bahwa talak termasuk anugrah Tuhan terhadap laki-laki. Sehingga ketika sebuah pernikahan tidak bisa lagi dipertahankan maka suami bisa menceraikan istrinya dengan ucapan “talak”, baik itu secara jelas ataupun samar.

Selain itu, masyarakat sering memahami kalau talak hak mutlak seorang suami seperti banyak terjadi di salah satu desa di Garut. Di sana saya melihat beberapa perempuan yang ditalak suaminya karena hal-hal yang sebenarnya bisa dibicarakan dengan baik-baik. Misalnya, setelah menikah sang istri tidak mahir dalam mengerjakan urusan domestik, atau menolak untuk melakukan hubungan badan dan hal lainnya. Dengan pikiran kalau talak hak mutlak suami, laki-laki dengan mudah menganggap pernikahan tidak layak untuk dipertahankan.

Tetapi sebaliknya, jika seorang istri merasa tidak nyaman dengan sikap, prilaku suami dan pernikahan yang tengah dijalaninya, ia tidak berhak bahkan dianggap tidak wajar untuk menuntut cerai.

Padahal dalam hal ini ada ulama yang berpendapat bahwa pendapat kalau talak hak mutlak suami itu tidak tepat. Urusan talak harus dikembalikan kepada qadhi (hakim) dan suami tidak bisa menjatuhkan talak semaunya seperti yang banyak terjadi pada saat ini.

Senada dengan itu, KH Husein Muhammad juga sependapat dengan pandangan ulama tersebut. Adanya keabsahan cerai dengan melalui proses di pengadilan merupakan salah satu cara agar perempuan mendapatkan hak-haknya untuk melakukan pembelaan diri.

Baca Juga:

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

Sebab ketika suami menjatuhkan talak kapan saja yang dia mau dan dalam keadaan apapun, itu akan memberikan ancaman tersendiri bagi perempuan. Seperti stigma negatif dari masyarakat, keluarga dan teman-temannya.

Bahkan seringkali karena perempuan selalu dianggap pihak yang bersalah dalam kasus perceraian, ia tidak berhak mendapatkan hak asuh anaknya.

Wahai para netizen, kalian bisa bayangkan bagaimana rasa sakitnya diperlakukan seperti itu kan? Sakit. Iya pasti sakit.

Seperti kasus yang terjadi pada tetangga saya yang menikah karena dijodohkan oleh orang tuanya. Alhasil dalam pernikahannya sering sekali terjadi pertengkaran bahkan kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suaminya.

Selama bertahun-bertahun ia mencoba bertahan karena alasan kasihan pada kedua anaknya. Hingga suatu hari ia memutuskan untuk minta cerai dan pulang ke rumah orangtuanya.

Karena sudah tidak tahan dengan perlakuan suaminya yang bukan hanya sering berkata kasar, memukul dan mengejek penampilannya, tetapi juga menuduh istrinya selingkuh dengan laki-laki lain.

Lalu bebaskah perempuan tersebut? Jelas tidak, setelah dia berusaha memberanikan diri untuk meminta cerai, ia juga harus menerima anggapan negatif dari tetangga dan keluarganya karena dianggap tidak bisa menjaga kerukunan keluarga.

Astagfirulloh, menurut saya itu cara pandang yang salah. Mengingat penyebab perceraian berdasarkan data Badan Peradilan Agama adalah adanya praktik poligami yang tidak sehat, krisis akhlak, faktor ekonomi, ketiadaan sikap bertanggung jawab, kurangnya keharmonisan, alasan politis, kekejaman jasmani dan mental, gangguang pihak ketiga, pernikahan di bawah umur, pelangsungan kawin paksa, kondisi cacat biologis dan adanya kecemburuan.

Jadi, jelas perceraian terjadi bukan karena istri tidak mampu melayani suami dengan baik  dan menjaga  kerukunan rumah tangganya. Karena soal tanggung jawab rumah tangga adalah kewajiban bersama.

Saya setuju dengan pendapatnya Buya Husein Muhammad dalam buku Fiqh Perempuan. Bahwa dalam urusan rumah tangga ada yang disebut dengan mu’asyarah dalam relasi seksual juga relasi kemanusiaan.

Dengan cara memperlakukan pasangan dengan baik akan menciptakan sikap saling menghargai dan menghormati. Bukan saling menyakiti apalagi sampai memutuskan hubungan pernikahan dengan alasan talak hak mutlak suami.

Maka suami ataupun istri harus saling mengerti, memahami dan saling menerima keadaan satu sama lain. karena Islam mengajarkan pernikahan sebagai ikatan yang memiliki tujuan mulia yaitu menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah dan  rahmah. Tujuan tersebut tidak akan tercapai jika tidak ada kerjasama antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan berumah tangga.[]

Tags: ceraihubunganistrikeluargalaki-lakiperceraianperempuanpernikahanRelasirumah tanggsakinahsuamitalak
Fitri Nurajizah

Fitri Nurajizah

Perempuan yang banyak belajar dari tumbuhan, karena sama-sama sedang berproses bertumbuh.

Terkait Posts

Ketuhanan

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

1 Juni 2025
Pandangan Subordinatif

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

31 Mei 2025
Perempuan Penguasa

Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan

31 Mei 2025
Joglo Baca SUPI

Joglo Baca SUPI: Oase di Tengah Krisis Literasi

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Ruang Aman bagi Anak

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

30 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jilbab

    Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren Mode Rambut Sukainah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID