• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah

Tauhid Kesetaraan: Mengesakan Tuhan dengan Relasi Gender yang Setara

Sistem sosial adil gender yang menempatkan perempuan dan laki-laki sama-sama sebagai manusia setara, itu adalah pemuliaan terhadap realitas kemanusiaan yang Allah ciptakan

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
22/08/2023
in Hikmah
0
Tauhid Kesetaraan

Tauhid Kesetaraan

810
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ajaran ketauhidan seharusnya mendorong ekspresi keberislaman pada pola-pola kemanusiaan yang berkesetaraan. Sebab, sebagaimana penjelasan Faqihuddin Abdul Kodir dalam Qira’ah Mubadalah, bahwa memproklamasikan ketauhidan berarti menyatakan dua hal. Yaitu, pengakuan terhadap keesaan Allah SWT dan pernyataan atas kesetaraan manusia di hadapan-Nya.

Dalam paradigma ketauhidan seperti yang Faqihuddin Abdul Kodir jelaskan itu. Maka, makna tiada Tuhan selain Allah SWT berarti tidak ada perantara antara hamba dan Tuhan. Dan, bahwa sesama manusia tidak boleh yang satu menjadi tuhan terhadap yang lain. Oleh karena itu, ketauhidan seperti ini mendorong pada pola kemanusiaan, di mana laki-laki sama sekali bukan rujukan utama (tuhan) bagi perempuan. Artinya, laki-laki dan perempuan itu setara.

Mengekspresikan Tauhid yang Berkesetaraan

Dalam ajaran Gus Dur, sebagaimana yang Nur Kholik Ridwan jelaskan dalam Ajaran-ajaran Gus Dur, bicara ketauhidan, maka ada dua aspek yang saling terhubung. Yaitu, “aspek ke dalam” dan “aspek keluar”. Keduanya saling terhubung. Aspek ke dalam (iman kepada Tuhan) merupakan nafas dalam pengamalan agama. Dan, aspek keluar (pengamalan agama) merupakan bagian dari ekspresi keimanan itu sendiri.

Jika mendasari pandangan pada kerangka pikir aspek “dalam dan keluar” tersebut. Mak, kita dapat menyadari bahwa, seharusnya apa yang kita hayati dalam iman itu berdampak pada ekspresi keberislaman.

Jika kita mengimani Tuhan yang Maha-kasih, maka sepantasnya mengekspresikan Islam yang menebar kasih. Ekspresi Islam yang pengamalannya membawa maslahat kepada seluruh manusia, bukan sebaliknya malah membawa kerugian kepada sebagian manusia, dan menjadi alat legitimasi kepentingan manusia yang lain.

Baca Juga:

Haul Gus Dur ke-15 di Pekalongan : Pentingnya Merawat Nilai Luhur

Girls, Jangan Berhenti Bekerja (Dulu)

Gus Dur, Kaum Lemah dan Konsep Keadilan

Mengenal Dr. KH. Faqihudin Abdul Kodir dan Metode Qira’ah Mubadalah

Prinsip tauhid yang berangkat dari kesadaran utuh pengimanan kepada Tuhan yang Maha-kasih, itulah yang membuat Gus Dur menjadi Muslim yang mampu mengekspresikan kesetaraan. Sebagaimana penjelasan Greg Barton dalam “Memahami Abdurrahman Wahid,” bahwa bagi Gus Dur, Islam adalah keyakinan yang menebar kasih sayang. Keyakinan yang secara mendasar toleran dan menghargai perbedaan. Artinya, keyakinan yang berkesetaraan, yang tidak membenarkan ketidakadilan karena alasan gender.

Menghormati Kemanusiaan Perempuan dan Laki-laki

Masih dalam ajaran Gus Dur, sebagaimana yang Nur Kholik Ridwan jelaskan, kemanusiaan dalam ajaran ini bersumber dari prinsip ketauhidan. Itu merupakan cerminan sifat-sifat ketuhanan. Dalam prinsip tauhid ini, kemuliaan yang ada dalam diri manusia mengharuskan sikap untuk saling menghargai dan menghormati. Memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya.

Sebaliknya, merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan Tuhan yang menciptakannya. Oleh karena itu, dalam prinsip tauhid yang berkesetaraan seperti ini, sistem sosial patriarki yang memosisikan seakan hanya laki-laki yang merupakan manusia (subjek utuh), dan tidak menghargai kemanusiaannya perempuan, itu menyalahi ketauhidan.

Dan, termasuk penistaan kepada Tuhan yang telah menciptakan perempuan dan laki-laki sebagai sama-sama manusia. Bahkan, bagi Amina Wadud, sebagaimana Faqihuddin Abdul Kodir jelaskan, sistem sosial patriarki adalah tindakan menyekutukan Tuhan dan kesombongan yang bertentangan dengan konsep tauhid.

Kesetaraan Gender Itu Mengesakan Tuhan

Gus Dur dalam Islamku, Islam Anda, Islam Kita menjelaskan bahwa “…perbedaan merupakan sebuah hal yang diakui Islam, sedangkan yang dilarang adalah perpecahan….” Perkataan Gus Dur ini dalam konteks kesetaraan gender, dapat kita pahami bahwa realitas perbedaan antara perempuan dan laki-laki tidak perlu menimbulkan perpecahan. Apalagi, sampai membuat adanya relasi tidak sehat yang menindas satu pihak.

Sebaliknya, realitas kemanusiaan perempuan dan laki-laki sepatutnya mendorong pada relasi sehat yang berkesetaraan antarkeduanya. Hal ini adalah yang sejalan dengan misi Nabi Muhammad SAW untuk membawakan amanat persaudaraan dalam kehidupan. Sebagaimana penjelasan Gus Dur, bahwa tugas kenabian yang utama adalah membawakan persaudaraan guna memelihara keutuhan manusia, dan jauhnya tindakan kekerasan dalam kehidupan.

Tuhan telah menciptakan manusia ada yang laki-laki dan perempuan. Perbedaan biologis ini tidak perlu memunculkan perpecahan, sebab pada dasarnya kita adalah sama sebagai manusia. Kita perlu memuliakan penciptaan Tuhan ini dengan tidak mengabaikan kemanusiaan pihak yang manapun.

Dalam hal ini, sistem sosial adil gender yang menempatkan perempuan dan laki-laki sama-sama sebagai manusia setara, itu adalah pemuliaan terhadap realitas kemanusiaan yang Allah ciptakan. Artinya, kesetaraan gender adalah sejalan dengan prinsip tauhid.

Oleh karena itu, relasi gender yang setara antara perempuan dan laki-laki, dalam konteks keberislaman, dapat kita katakan termasuk bagian dari mengesakan (menyebah) Tuhan yang telah menciptakan manusia. []

Tags: 9 Nilai Gus DurAjaran Gus DurKesetaraan GenderQira'ah MubadalahTauhid KesetaraanTauhid Mubadalah
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

KB

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

20 Mei 2025
KB

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

20 Mei 2025
KB dalam Islam

KB dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version