• Login
  • Register
Selasa, 3 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Tiga Prinsip Gus Dur Memperjuangkan Perempuan

Winarno Winarno
13/10/2022
in Aktual
0
Tiga Prinsip Gus Dur Memperjuangkan Perempuan

Ilustrasi: adaptasi dari karya I.B. Shakuntala dalam buku "Gus Dur; Berbeda Itu Asyik".

53
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubaadalahnews.com,- Gus Dur, itulah nama panggilan sang pejuang hak asasi manusia, terutama hak-hak perempuan. KH. Abdurrahman Wahid, itulah nama lengkap sosok yang pemberani dalam membela orang yang termarginalisasi, lemah, minoritas dan perempuan. Berikut penjelasan tentang tiga prinsip Gus Dur dalam memperjuangkan perempuan.

Meski fisiknya telah meninggalkan Indonesia sembilan tahun silam. Namun ide dan gagasannya hingga hari ini terus diimpelentasikan baik secara individu ataupun lembaga kemanusiaan.

Membela kemanusiaan, termasuk perempuan di dalamnya, tentu Gus Dur memiliki prinsip dalam menafsirkan ajaran Islam yang bermuatan nilai-nilai kemanusiaan.

Ketua Pusat Studi Gender Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rindang Farihah mengatakan, ada tiga prinsip Islam yang dipegang Gus Dur dalam memperjuangkan perempuan agar mereka memiliki peranan dan berkontribusi dalam pembangunan nasional.

“Dalam bernegara dan bermasyarakat Gus Dur memiliki 3 prinsip yaitu keadilan (‘adalah), kesamaan (musawwah) dan demokrasi (syuro),” ungkap Ibu Nyai Rindang kepada Mubaadalahnews, belum lama ini.

Baca Juga:

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

Pentingnya Menanamkan Moderasi Beragama Sejak Dini Ala Gus Dur

Wakil Ketua Pengurus Wilayah (PW) Fatayat NU DIY menyatakan, prinsip ini dilaksanakan Gus Dur ketika ia berada di keluarga, saat menjabat presiden dan juga pemimpin umat (NU).

“Gus Dur seumur hidupnya berkomitmen memperjuangkan kaum tertindas, lemah atau yang dilemahkan, baik melalui forum-forum diskusi hingga pada artikel-artikel yang ditulis beliau,” ujarnya.

Pemaknaan Ulang Ayat

Ibu Nyai Rindang menyebutkan, Gus Dur melakukan pemaknaan ulang ayat arrijalu qowwamuna ‘ala al-nisa’yang menjadi legitimasi pandangan agama mainstream yang menyebutkan bahwa pemimpin itu harus seorang laki-laki, karena perempuan itu lemah.

Pandangan ini didukung pula salah satu hadis yang berbunyi “Akan rusak suatu kaum jika urusannya diserahkan kepada perempuan” dan adanya pengaruh ayat lain yang berkenaan dengan hak waris, separuh bagi perempuan.

Menurutnya, pemaknaan ayat harus dilihat pada konteks di mana dan kapan ayat tersebut diturunkan. Pada saat ayat ini diturunkan, masyarakat Arab yang terdiri dari beberapa suku atau qabilah masih banyak yang nomanden, sering terjadi perang antar qabilah, fanatisme kesukuan sangat tinggi dan setiap qabilah hidup sendiri-sendiri.

Lebih lanjut lagi, dengan situasi seperti itu kekuatan fisik menjadi andalan dalam mempertahankan qabilah dari serangan-serangan. Karenanya dalam situasi seperti saat itu perempuan dan anak perempuan yang memiliki kecenderungan fisik lemah dibandingkan laki-laki tidak mungkin menjadi pemimpin qabilah.

Hal ini kemudian, lanjut dia, membuat perempuan kurang dihargai dan di saat yang sama praktik perbudakan masih tinggi. Menurut Gus Dur kepemimpinan hari ini berbentuk perseorangan (individual leadership) bukan seperti saat ini di mana kepemimpinan justru dilembagakan (institusionalisasi).

“Ayat arrijalu qowwamuna ‘ala an-nisa dimaknai perempuan bukan sebagai individu melainkan institusional,” ucapnya.

Memaknai ulang ayat itu, kata dia, Gus Dur pernah mencontohkan Perdana Menteri (PM) Benazir Butho. Di mana dalam urusan kenegaraan Benazir sebagai seorang perempuan tidak bekerja sendiri, akan tetapi bekerja secara tim, di mana dalam struktur kenegaraan terdapat eksekutif, legislatif dan yudikatif.

“Sehingga segala keputusan melalui proses-proses sesuai tata hukum negara yang berlaku,” katanya.

Dalam isu kesehatan reproduksi dan Keluarga Berencana (KB), lanjut dia, Gus Dur memaknai ulang sebuah hadist nabi yang menyatakan bahwa “Nabi akan bangga dengan umat yang banyak.” Selama ini hadist itu dimaknai secara kuantitas.

Kemudian oleh Gus Dur dimaknai ulang secara kualitas bukan kuantitas. Karena melihat konteks perkembangan masyarakat modern saat ini serta adanya tuntutan pembangunan nasional dengan kebijakan KB yang bertujuan melakukan peningkatan kesehatan, pendidikan dan ekonomi bagi warga negaranya.

“Itulah beberapa ayat yang dimaknai ulang oleh Gus Dur dalam rangka mendorong perempuan untuk terlibat aktif dalam pembangunan negara dan bangsa,” tutupnya.

Sekian Tiga Prinsip Gus Dur Memperjuangkan Perempuan. wallohu a’lam(WIN)

Tags: adilayatdemokrasifatayatgus durHaditsislamkesamaanNUperempuanQurantiga prinsip
Winarno

Winarno

Winarno, Alumni Pondok An-Nasucha, dan ISIF Cirebon Fakultas Usuluddin

Terkait Posts

Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

18 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tubuh yang Terlupakan

    Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Ulang Makna Aurat dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Aurat Menurut Pandangan Ahli Fiqh
  • Trans Jogja Ramah Difabel, Insya Allah!
  • Membaca Ulang Makna Aurat dalam Al-Qur’an
  • Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID