Mubadalah.id – Ketua Majelis Musyawarah KUPI, Nyai Hj. Badriyah Fayumi mengatakan, Pemilu 2024 perlu dikawal tidak hanya oleh para aktor politik, penyelenggara dan pengawas Pemilu, tetapi juga oleh semua elemen bangsa, termasuk ulama perempuan.
“Semua proses Pemilu 2024 harus dapat berjalan dengan jujur, adil, bersih, serta tidak mencederai akal sehat dan rasa keadilan masyarakat. Sehingga hasilnya benar-benar membawa maslahat, kejayaan bangsa dan kebahagiaan rakyat,” kata Nyai Badriyah, pada sambutan dalam kegiatan Maklumat Politik Ulama Perempuan di Auditorium FISIP Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada Senin, 20 November 2023.
Nyai Badriyah juga menyebutkan bahwa KUPI sebagai gerakan ulama perempuan yang non-partisan, bagian dari civil society, masyarakat madani, concern KUPI adalah menjaga dan merawat NKRI.
“KUPI berperan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan melalui langkah-langkah dan kerja-kerja keulamaan dan kerja-kerja peradaban,” tambahnya.
Lebih dari itu, Nyai Badriyah juga menyebutkan, bahwa yang membedakan KUPI dengan yang lainnya adalah jika para kontestan berjuang untuk kemenangan masing-masing dalam kontestasi lima tahunan ini.
Maka, ulama perempuan harus sama-sama berjuang bersama elemen kultural bangsa yang lain, agar kontestasi ini berjalan secara makruf. Yakni kontestasi berjalan di atas aturan dan norma yang adil dan baik.
Kawal Pemilu dengan Cara Makruf
“KUPI beserta elemen masyarakat sipil lainnya perlu mengawal demokrasi dan Pemilu berjalan dalam norma dan dengen cara yang makruf,” ungkapnya.
“Dengan cara makruf, demokrasi dan Pemilu kita menjadi berkah bagi semua warga bangsa, tidak hanya bagi aktor dan elit politik. Serta para pengemban amanah kekuasaan baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif, dan jangan sampai menjadi musibah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tambahnya.
Selain itu, Nyai Badriyah juga menjelaskan bahwa ulama perempuan menjadi bagian dari representasi kalangan agama di ranah kultural. Kemudian para aktor politik serta pengemban amanah kekuasaan sebagai bagian dari negara yang berada di ranah struktural tidak bisa berjalan sendiri-sendiri.
Apalagi, lanjut Nyai Badriyah, saling menafikan satu sama lain dalam proses perjalanan berbangsa dan bernegara.
“Negara Kesaturan Republik Indonesia (NKRI) tercinta ini ada sebagai hasil dari perjuangan seluruh elemen bangsa. Di mana organisasi-organisasi masyarakat sipil dari beragam latar belakang menjadi penggerak dan pelopornya,” paparnya. []