Mubadalah.id – Anggota Majlis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia (MM KUPI) Dr. Faqihuddin Abdul Kodir menyebutkan bahwa ulama perempuan merupakan gerakan bersama bagi mereka yang memiliki kiprah dan peran untuk sama-sama saling mewujudkan peradaban yang berkeadilan.
“Tentu saja definisi ulama perempuan bagi kami adalah gerakan bersama (laki-laki dan perempuan) untuk mewujudkan peradaban yang berkeadilan,” kata Kang Faqih, pada Press Conference, di Kampus 3 UIN Walisongo, pada Senin, 21 November 2022.
Lebih lanjut, Kang Faqih menjelaskan, keterlibatan ulama perempuan dalam majelis taklim, organisasi, pemerintah, baik lokal maupun internasional merupakan sebuah keniscayaan yang perlu diberikan apresiasi, dukungan dan perlindungan.
“Jadi pesan kami kepada seluruh pengembil kebijakan, organisasi baik lokal, nasional maupun dunia bahwa keterlibatan perempuan adalah sebuah keniscayaan,” jelas Kang Faqih.
Kehadiran ulama perempuan dari berbagai lapisan level merupakan keterpanggilan iman dan keniscayaan sejarah.
“Di sinilah kami ingin menunjukan bahwa ulama perempuan memiliki kemampuan, memiliki karya, kita punya KUPI Corners, mereka punya tulisan, buku, karya kiprah punya kerja, baik kerja-kerja sosial, kultural, spiritual, pengetahuan yang harus kita lihat dan kita akui,” paparnya.
Libatkan Perempuan
Oleh sebab itu, Kang Faqih meminta untuk selalu melibatkan para ulama perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.
Sehingga peradaban yang berkeadilan itu bisa benar-benar terasa di kehidupan masyarakat.
“Tentu saja ke depan para perempuan harus terus terlibat. Sehingga akan terwujudnya sebuah peradaban yang berkeadilan,” ungkapnya.
Kang Faqih berharap agar semua elemen ulama perempuan untuk bisa mengarah ke sana. Yaitu kerja-kerja kemanusiaan ini harus bergerak secara bersama-sama.
“Jadi nanti semua akan mengarah ke sana, karena di KUPI II ini, kami hanya bicara soal ide. Serta agasan dan kerja-kerja kolaborasi antar berbagai individu dan kelompok. Serta organisasi masyarakat yang tentu tidak saja bersifat salah satu lembaga atau primodial,” tuturnya.
“Hampir semua ulama perempuan kita libatkan dari berbagai disiplin ilmu dan sama-sama punya keimanan kepada Allah. Dan keyakinan bahwa kerja-kerja kemanusiaan ini harus kita gotong bersama-sama dari seluruh masyarakat,” tandasnya.