Mubadalah.id – Akhir-akhir ini, timeline medsos kita dihiasi dengan konten yang berisi narasi dengan judul “Cewek Kue, Cewek Bumi, Cewek Mamba”. Sebuah konten yang asal-muasalnya berawal dari salah satu postingan akun tiktok, yang kemudian viral dan menjadi tren. Definisi cewek mamba, cewek bumi, dan cewek kue erat kaitannya dengan fashion yaitu pemilihan warna dalam memilih outfit pakaian. Kategorisasi berdasar tiga kelompok ini disebut-sebut sebagai representasi dari jenis warna kepribadian tertentu.
Cewek Kue, Sweet and Cute
Cewek kue adalah mereka yang memiliki kebiasaan memakai pakaian serba cerah dan colorful seperti warna kue. Kue yang kita imajinasikan dalam pikiran saat ini tertuju pada warna seperti pink, peach, soft purple, biru muda, yang tone warnanya kebanyakan pastel, seperti warna macaron dan marshmallow yang manis dan lembut.
Sekalipun pada dasarnya warna kue bukanlah pink. Perpaduan antara tepung, telur dan mentega menghasilkan warna putih agak kecokelatan ataupun putih kekuningan. Kue berwarna cokelat seperti cookies dan blackforest lebih menunjukkan warna alami kue.
Warna kue dan es krim saat ini telah didominasi dan disepakati memiliki warna standar seperti pink, cokelat muda, tosca, kuning muda, ungu muda, biru muda. Termasuk warna toppingnya seperti wafer ataupun sprinkles yang biasanya juga berwarna pink, kuning, peach, biru dan merah. Industri makanan tentu ikut andil dalam menyebarkan propaganda warna ini untuk kepentingan marketing.
Dalam video lagu Blackpink featuring Selena Gomes yang berjudul Ice Cream, juga bertabur warna pink. Baju-baju, mobil, hingga dinding tempat pengambilan gambar dominasi warna pink. Semakin lekat citra pink sebagai warna ice cream dan kue di mata generasi masa kini. Toko cokelat, donuts, cookies, ice cream, gelato, hingga cake ulang tahun, pasti menyediakan kue warna-warni disesuaikan dengan minat pasar. Pasar paling potensial adalah anak muda. Kebanyakan anak muda berkiblat pada budaya Kpop dan bertaklid pada idola dan biasnya. Semuanya terkait, bukan?
Cewek Bumi, Kalem dan Bijaksana
Lalu cewek bumi, adalah mereka yang lebih suka memilih warna earth tone, seperti warna tanah yaitu warna cokelat, atau warna hijau yang identik dengan warna daun sebagai warna tumbuhan, dan jingga atau merah tua sebagai warna langit senja. Cewek bumi biasanya memakai perpaduan warna coklat dan turunannya. Mereka biasanya akan memadukan antara warna cokelat, krem, dan hijau army. Misal cokelat tua untuk rok, lalu milo untuk baju dan jilbab, dan sepatu berwarna senada dengan rok atau jilbab, serta cardigan berwarna hijau army. Perpaduan ini tentu tergantung selera.
Seperti sebutannya, bumi identik dengan tanah, sikap membumi, sikap seorang ibu, yang tenang, kalem, mengayomi dan bijaksana. Cewek bumi menunjukkan kepripadian bahwa seseorang memiliki karakter bumi, kuat namun tidak manja. Berada di garis tengah antara garang seperti mamba ataupun sweet seperti kue.
Cewek Mamba, Independen dan Berjiwa Bebas
Cewek mamba adalah mereka yang lebih suka memakai baju dengan warna dominan hitam, aksesoris serba hitam layaknya ular mamba yang hitam, ganas, dan mematikan. Warna hitam diasosiasikan sebagai warna yang gagah berani, kuat dan “berbisa”. Cewek mamba lebih menggambarkan perempuan yang independen dan berjiwa bebas. Kesan mandiri dan seorang pejuang sangat cocok dengan tipikal cewek mamba.
Tren Tabrak Warna
Memilih baju adalah tentang mix and match, mencampur dan memadukan warna pakaian apakah matching atau tidak. Di masa sekarang, mencari preferensi mix and match tidaklah sulit, kita tidak perlu membeli majalah fashion cetak yang harganya mahal seperti dulu. Kini kita bisa mendapatkannya gratis melalui akses internet.
Apalagi saat ini, hampir setiap toko telah memiliki akun media sosial. Dari sana mereka memberi contoh memadukan produk yang mereka jual sebaik mungkin. Bahkan sudah banyak dari mereka yang bekerjasama dengan fashion stylist professional, sehingga kita dapat mencontoh cara mix and match ala professional melalui postingan resmi toko. Kita bisa tampil elegan tak perduli jenis kepribadian kita apakah manis seperti kue, tenang dan kalem seperti bumi, atapun bersemangat seperti mamba.
Dalam hal mix and match, tentu kita harus banyak bereksperimen agar dapat menciptakan gaya berpakaian yang modis dan tetap enak dipandang. Memadukan antara warna dengan tone senada adalah hal biasa. Bagaiaman jika sebaliknya? Apakah rok hijau cerah cocok kita padukan dengan baju kuning menyala, atau warna lain yang kontras? Tentu saja, dengan melihat perkembangan tren fashion, memungkinkan kita untuk memadukan warna kontras.
Sebagai contoh, warna atasan kuning menyala bisa kita padukan dengan rok hijau cerah. Akan menghasilkan paduan yang memukau jika baju kuning-hijau tersebut berpadu dengan sepatu boots yang memiliki tone warna kuning atau hijau, atau scarf leher yang memiliki warna antara hijau atau kuning, ataupun tas dan clutch dengan warna yang senada dengan atasan atau bawahan. Mix dan match pakaian ini membutuhkan intuisi dan citarasa warna yang tinggi. Inilah tugas para fashion stylist. Para fashion stylist dihargai karena kemampuan, keahlian, serta pengalaman mereka dalam menggabung dan memadukan warna pakaian.
Tren Tabrak Warna dan Kepribadian
Tren tabrak warna menunjukkan pada kita bahwa “kepribadian” baru dalam dunia fashion telah terbentuk, tidak terbatas pada tiga jenis kepribadian saja seperti Kue, Bumi dan Mamba. Dunia mode adalah dunia yang sangat dinamis. Setiap musim, setiap tahun, tren fashion berganti. Oleh sebab itu, kita harus bijaksana dalam mengikuti perkembangannya. Karena pakaian yang hits hari ini, akan menjadi usang di musim selanjutnya.
Banyak hal yang harus kita pertimbangkan saat memilih mode dan gaya, agar tercapai keseimbangan antara hak pribadi dengan hak khalayak serta hak bumi. Mengingat tentang dampak limbah fashion, jumlah uang yang harus kita keluarkan untuk mengikuti tren mode, dan segudang manfaat dan madarat apa saja yang akan kita peroleh, akan menjadi bahan pertimbangan kita dalam bertindak.
Pergeseran Makna Cewek Kue, Bumi, dan Mamba
Saat memakai pakaian, seseorang memiliki alasan yang beragam mengapa ia memilih memakai warna tertentu. Bisa jadi ia tidak bermaksud memilih warna terracotta dan cokelat sebagai warna favoritnya, karena saat membeli memang warna tersebut saja yang tersedia, atau warna tersebut yang paling bagus designnya, atau warna tersebut paling cocok dengan aksesoris yang telah ia miliki di rumah, sepatu dan tas misalnya.
Saat membeli pakaian, barangkali seseorang tak sengaja dan tak bermaksud untuk membangun kepribadian tertentu. Namun sengaja atau tidak alasan yang kita miliki dalam memilih warna pakaian, setelah viralnya konten “cewek kue, cewek bumi, dan cewek mamba”, setiap orang jadi mulai berpikir.
Saya termasuk dalam jenis mana? Baik atau tidak? Haruskah saya berganti warna agar kepribadian saya tampak lebih baik dan lebih dewasa? Haruskah saya hentikan membeli dan memakai warna tertentu agar tidak mendapat stigma terlalu feminin atau terlalu maskulin? Terlebih banyak konten turunan yang materi kontennya semi-toxic.
Cewek kue cenderung sweet, cute, manja, hingga kadang dalam konten-konten dibuat menjadi terlalu kekanakan atau childish. Sedang bumi adalah pribadi netral, namun saking netralnya, mereka menjadi pribadi yang pasif dan kurang bersemangat. Lalu cewek mamba dengan pakaian hitam-hitam dan warna gelap lain menjadi citra warna perempuan kuat, yang kemudian terdeskripsikan lebih jauh menjadi cewek keras kepala dan galak.
Jika kita tidak mampu menyaring makna-makna baru tersebut, kita akan terombang-ambing dan terjebak mengikuti arah gerak narasi, mempercayai beragam opini, hingga mulai membuat amunisi untuk mengubah diri demi mendapat citra tertentu.
Warna dan Kepribadian
Lalu apakah warna benar-benar menunjukkan kualitas pribadi seseorang? Apakah pilihan kita terhadap warna pakaian merupakan representasi dari kepribadian yang kita miliki?
Kita tidak bisa mengatakan bahwa warna dominan yang seseorang pilih akan secara mutlak menunjukkan kepribadiannya. Namun sedikit banyak, warna yang kita pilih merupakan kumpulan dari berbagai variabel yang melekat pada diri seseorang. Orang-orang yang terbiasa mendaki gunung atau tinggal di gunung, barangkali akan terbiasa dengan warna pohon dan tanah sehingga ia akan menyukai warna tersebut.
Orang yang biasa hidup di sekitar laut mungkin akan punya pilihan warna yang berbeda. Orang kota, yang terbiasa hidup dalam lingkungan plural dan warna-warni, memiliki tetangga yang berbeda-beda suku dan agama, memiliki teman kampus dari berbagai daerah, memiliki teman kantor yang bahkan lintas negara, pasti akan lebih terbuka pada warna-warna yang lebih variatif dan kontras.
Namun gap dan jarak tersebut sudah mulai dipertemukan oleh akses media sosial yang sudah bisa melintasi ruang, menghapus sekat antara desa dan kota, bahkan batas negara dan budaya. Selera dan warna yang dipilih barangkali sudah tidak terlalu berhubungan dengan di mana daerah kita tinggal atau lingkungan macam apa tempat kita hidup. Namun mengikuti tren viral, apa yang menjadi hits itulah yang kita pilih. Sehingga orang kota dan desa, gunung ataupun pesisir, akan memiliki kecenderungan yang sama dalam mengatur mode berpakaian.
Pilih Warnamu Sendiri dan Berekspresilah
Namun apapun pilihan warnanya, kita mesti menelisik ke dalam diri, apakah pakaian yang kita pakai membuat kita nyaman dan senang, mempermudah aktivitas sehari-hari, dan melindungi tubuh secara maksimal? Jangan sampai kita kehilangan jati diri hanya demi memenuhi tuntutan sosial.
Barangkali dalam hati kita lebih nyaman menjadi cewek bumi, sesuai dengan kepribadian bawaan yang kita miliki. Namun karena pasangan ingin memiliki partner dengan tipikal cewek kue, kita langsung merubah diri demi orang lain. Berkompromi untuk hal-hal tertentu sesekali tentu boleh, namun jangan sampai kehilangan diri sendiri.
Membiarkan diri menjadi spontan dan mengikuti panggilan jiwa adalah hal yang mesti kita perjuangkan. Agar kita bisa hidup dengan jujur tanpa kepura-puraan. Hanya demi menyenangkan teman, keluarga, pasangan, kita merubah diri menjadi orang lain. Jika perubahan tersebut adalah perubahan ke arah yang lebih baik tidak masalah, namun jika perubahan itu membuat kondisi psikis kita terluka, maka kita perlu berfikir ulang sekali lagi. []