Mubadalah.id – Sudah tahu kisah wasiat terakhir Rasulullah Saw.? Di Namirah, sebuah desa sebelah Timur ‘Arafat, sebuah tenda (kemah) telah dipasang atas permintaaan Nabi untuk tempat istirahat sementara menunggu sampai matahari tergelincir. Dan begitu matahari sudah tergelincir ke arah Barat, Nabi menaiki kembali untanya untuk selanjutnya menuju sebuah lembah di daerah Uranah.
Di hadapan kurang lebih 100 ribu orang yang mengikutinya, Nabi Muhammad SAW masih di atas untanya menyampaikan pidato publik yang terakhir. Katanya:
“Wahai manusia sekalian, perhatikan kata-kataku ini barangkali sesudah tahun ini dan dalam keadaan seperti aku tidak lagi akan bersama kalian. Ketahuilah bahwa darah kamu dan harta benda kamu adalah suci bagi kalian seperti sucinya hari ini dan di bulan ini sampai masanya kamu menghadap Tuhan.”
Di bagian lain dari pesan terakhir Rasulullah itu, beliau mengatakan,
“Aku ingatkan kamu sekalian, hendaklah kalian perlakukan istri-istrimu dengan baik, karena mereka oleh kamu dianggap sebagai tawanan. Kamu tidak punya hak atas mereka kecuali melakukan kebaikan itu”.
Pesan yang ternyata adalah wasiat terakhir Rasulullah Saw. kembali diulang oleh beliau, menjelang saat-saat wafatnya. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ada tiga hal yang disampaikan beliau pada detik-detik terakhir hidupnya. Beliau menyampaikannya dengan suara yang samar-samar dan tersendat-sendat. Katanya: “perhatikanlah shalat, perhatikanlah shalat, perhatikan hamba sahaya kaliam dan janganlah kalian membebani mereka di atas kesanggupannya. Perhatikan pula dengan sungguh-sungguh istri-istrimu. Mereka oleh kamu dianggap seperti tawanan. Kalian mengambil mereka berdasarkan amanat Allah dan tubuh mereka menjadi halal atas dasar ‘kalimat Allah’.
Sesudah mengucapkan wasiat terakhir itu, Rasulullah menghembuskan nafasnya yang terakhir untuk kembali menghadap Allah. [NR]
Penulis: Kyai Husein Muhammad
Sumber: Spiritualitas kemanusiaan Perspektif Islam Pesantren (Pustaka Rihlah, Yogyakarta: 2006)