• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Waspadai Relasi Manipulatif! Salah Satu Pemicu Kekerasan

Penting membuat boundaries atau batasan dalam berelasi. Jangan hanya karena cinta, lantas dapat membutakan seseorang dalam melihat dunia. Terjerumus dalam relasi manipulatif

Yuyun Khairun Nisa Yuyun Khairun Nisa
10/08/2022
in Personal
0
Pemicu Kekerasan

Pemicu Kekerasan

355
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Fenomena gunung es terkait bentuk kekerasan yang kerap kali perempuan alami, kini semakin nampak ke permukaan. Banyak sekali macam bentuk kekerasan, seperti seksual, fisik, ekonomi, struktural, verbal, bahkan mental. Maka kita perlu mewaspadai relasi manipulatif sebagai salah satu pemicu kekerasan di atas.

Berbagai faktor yang melatar belakangi terjadinya kekerasan di antaranya, relasi kuasa yang timpang, budaya, perbedaan usia, ras, suku, etnis, kelas sosial, dan masih banyak lagi faktor lainnya. Kekerasan yang terjadi dapat kita rasakan baik secara fisik maupun non fisik.

Kekerasan yang pelaku lakukan terhadap korban secara fisik, pastinya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyadarinya. Seperti halnya kekerasan fisik atau seksual yang meninggalkan bekas, maka korban cenderung langsung memahami bentuk pemicu kekerasan yang menimpa.

Sebaliknya, korban sulit menyadari kekerasan yang dilakukan secara non fisik karena tidak langsung bisa ia rasakan dengan panca indera. Seperti halnya kekerasan mental, ekonomi atau struktural. Terlebih, sikap pelaku juga samar memperlihatkan seseorang yang ingin berbuat jahat. Ia justru hanya menunjukkan citra baiknya saja, sehingga dapat mengelabui korban.

Misalnya, ia memosisikan diri sebagai orang yang mengerti korban atau orang yang dapat ia andalkan, sehingga seolah-olah pelaku dianggap orang terdekat layaknya ayah, kakak, atau dianggap seperti keluarga sendiri.

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

5 Kewajiban Suami untuk Istri yang sedang Menyusui

Setelah korban merasa nyaman dengan pelaku, hanya soal waktu pemicu kekerasan ini terjadi. Pelaku tidak akan segan melakukan kekerasan. Contoh kasus ini termasuk manipulasi dalam relasi. Relasi yang manipulatif ini bisa terjadi dalam relasi apapun seperti keluarga, pertemanan bahkan asmara atau pacaran.

Tanda-tanda Manipulasi Relasi

Tika Ibsanni dari IMMawati Renaissance, organisasi perempuan di Universitas Muhammadiyah Malang, dalam Talkshow bertajuk “Manipulasi dalam Relasi” memaparkan bahwa, “Tanda-tanda manipulasi dalam suatu relasi itu ada pihak yang sebenarnya merasa tidak nyaman atau tidak ingin, tapi dia tidak mampu menolaknya. Entah karena dia merasa tertekan secara fisik, psikis, atau merasa tidak punya pilihan dan tidak bisa keluar dari relasi tersebut.”

Relasi yang manipulatif juga dapat berujung pada kekerasan seksual. Banyak korban relasi manipulatif yang mengalami kekerasan seksual bahkan terjadi berulang dari pacarnya sendiri, atau orang terdekat yang memanfaatkan kondisi atau posisi korban yang rentan.

Dalam hal ini, konsep consent perlu kita pahami secara sadar bahwa jika pasangan mengatakan tidak, maka harusnya tidak kita lakukan. Berani menolak atau mengatakan tidak juga penting untuk kita tumbuhkan dalam diri. Otoritas tubuh kita, hanya ada di tangan kita sendiri.

Contoh Relasi Manipulatif

Tak hanya kekerasan seksual, bentuk kekerasan lainnya seperti kekerasan mental, bahkan kekerasan ekonomi juga seringkali terjadi oleh sebab relasi manipulatif. Kekerasan mental disebabkan oleh tindakan salah satu pihak yang berusaha mengontrol atau mendominasi pihak lainnya dengan kasar atau berlebihan.

Misalnya, melarang pasangan untuk menghabiskan waktu bersama sahabat atau teman. Jika melanggar, akan ada ancaman bahwa hubungannya akan berakhir. Sekalipun sudah berpasangan, seseorang tetaplah individu yang utuh. Ia memiliki hak dan ruang bagi diri sendiri untuk bersosialisasi dengan orang lain.

Bukan hanya di kehidupan nyata, bahkan misalnya akun media sosial juga diawasi dan kendalikan secara langsung oleh pasangan. Sedangkan kekerasan ekonomi contohnya seperti memeras atau membatasi akses seseorang terhadap apa yang menjadi haknya.

Contohnya, memberikan akses rekening terhadap pasangan. Jika sudah dalam ikatan pernikahan, hal tersebut bisa mendatangkan maslahat karena sudah menjadi kesepakatan bersama untuk mengelola keuangan. Namun, jika belum terikat dalam tali pernikahan, hal tersebut dapat menjadi mafsadat.

Membuat Batasan Relasi

Kita tidak akan pernah benar-benar tahu karakter pasangan jika belum hidup bersamanya, atau mengenal keluarganya. Oleh karenanya, penting membuat boundaries atau batasan dalam berelasi. Jangan hanya karena cinta, lantas dapat membutakan seseorang dalam melihat dunia. Terjerumus dalam relasi manipulatif.

Dalih cinta atau demi kebaikan seringkali ia gunakan untuk menutupi tindakan manipulasi terhadap pasangan. Padahal, bukan namanya cinta jika tidak memberikan kebebasan bagi pasangan untuk melakukan atau menjadi apa yang benar-benar ia inginkan.

Senyatanya, bentuk kekerasan yang terjadi tidak hanya yang dapat terlihat oleh panca indera penglihatan, seperti kekerasan seksual atau fisik. Kekerasan mental atau ekonomi juga nyata terjadi, meskipun tak kasat mata.
Dominasi berkaitan pula dengan ketimpangan relasi kuasa, menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya relasi manipulative. Sehingga tak dapat terelakkan lagi kekerasan terjadi. Oleh sebab itu, patut disadari, dipahami, dicegah serta dihindari agar tidak terjadi kekerasan yang pastinya merugikan salah satu pihak.

Pihak yang memiliki kuasa lebih kuat tidak seharusnya menyalahgunakan privilege yang ia miliki. Di samping itu, pihak yang rentan juga harus memiliki kesadaran penuh bahwa ia berhak terbebas dari segala bentuk kekerasan ataupun penindasan. Karena setiap individu memiliki hak untuk hidup aman dan bahagia. Maka, waspadalah waspadalah! []

 

 

Tags: CintaistriKesalinganpasanganperempuanRelasisuamiToxic Relationship
Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa, lahir di Karangampel-Indramayu, 16 Juli 1999. Lulusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Saat ini sedang bertumbuh bersama AMAN Indonesia mengelola media She Builds Peace Indonesia. Pun, tergabung dalam simpul AMAN, Puan Menulis (komunitas perempuan penulis), dan Peace Leader Indonesia (perkumpulan pemuda lintas iman). Selain kopi, buku, dan film, isu gender, perdamaian dan lingkungan jadi hal yang diminati. Yuk kenal lebih jauh lewat akun Instagram @uyunnisaaa

Terkait Posts

Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version