Mubadalah.id – Dalam kehidupan bersosial, kita senantiasa dituntut untuk memiliki sikap toleran terlebih jika kita menjadi unsur dari sebuah komunitas majemuk. Sikap ini menjadi poin mutlak yang tidak dapat kita tawar agar kehidupan yang dijalani bisa tentram dan terhidar dari berbagai konflik karena perbedaan. Toleransi menjadi pangkal dari semua sikap baik kepada sesama.
Ulama Ahlussunah wal Jamaah menerjemahkan relasi toleransi dengan sebuah istilah: ukhuwah. Ukhuwah memiliki akar kata akh (saudara: Arab). Diisytiqaq (dijadikan bahasa turunan) menjadi ukhuwah dengan makna persaudaraan. Sehingga melalui tulisan ini, saya ingin menegaskan alasan tentang pentingnya sikap ukhuwah dalam kehidupan.
Ukhuwah secara terminologi berarti hubungan persaudaraan yang muncul antar dua belah pihak yang sejatinya berbeda dan sama sekali tidak ada hubungan darah namun direkatkan karena adanya kesamaan. Meski hanya satu dua poin saja.
3 Klasifikasi Sikap Ukhuwah
Berangkat dari pemaknaan terhadap Islam sebagai rahmatan lil alamin, ulama Aswaja mengklasifikasi ukhuwah menjadi tiga bentuk. Pertama, ukhuwah Islamiyah. Yaitu nilai persaudaraan karena berasaskan kesamaan dalam agama. Yaitu Islam. Sebagai sesama muslim, kita hendaknya saling memiliki sikap saling menghormati, mendukung serta saling membela dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan dari berbagai aspeknya.
Kedua, ukhuwah wathaniyah. Yaitu nilai persaudaraan dan toleransi yang muncul karena jiwa nasionalisme yang dimiliki oleh seseorang. Dengan kesadaran akan nilai ukhuwah ini, seseorang akan lebih mengedepankan nilai kebersamaan dan persatuan sebagai sesama anak suatu bangsa meski terdapat seabrek perbedaan yang mengemuka.
Entah itu berbeda secara agama, pilihan politik, budaya, ciri fisik ataupun adat kebiasaan. Bahkan bagi K.H. Hasyim Asy’ari, sang pendiri Nahdlatul Ulama mencintai tanah air merupakan bentuk dari iman. Dengan slogannya hubbul wathan minal iman.
Ketiga, adalah ukhuwah basyariyah. Yaitu nilai persaudaraan yang muncul dengan mengatasnamakan kemanusiaan. Dengan prinsip ukhuwah ini, seorang individu akan lebih memilih untuk mengutamakan toleransi dan semua sikap yang tercakup olehnya kepada siapapun.
Mencintai Kemanusiaan
Bahkan meski tanpa terdapat kesamaan apapun. Cukup fakta bahwa orang lain adalah manusia, maka dia akan menghormati dan mencintai kemanusiaan tersebut. Ukhuwah ini pernah diisyaratkan Iwan Fals dalam salah satu petikan lagunya: “aku mencintaimu, karena engkau manusia”. Manusia saja sudah cukup sebagai bekal bagi kita untuk tidak sembarangan mendiskriminasi dan meremehkan orang lain.
Namun sayangnya realita saat ini menunjukkan bahwa nilai-nilai ukhuwah sudah tidak lagi kental ditemukan. Dengan pesatnya perkembangan teknologi dengan media sosial salah satunya, hubungan intrapersonal yang dulunya erat terjalin mulai mengalapi gap.
Nilai kekerabatan, kebersamaan, gotong royong dan keguyuban sudah mulai tergantikan oleh teknologi. Hal ini berdampak terhadap menurunnya nilai toleransi dalam masyarakat. Oleh karena itu penting kiranya untuk memupuk kembali nilai-nilai toleransi tersebut dengan berbagai cara yang mungkin.
Pentingnya Sikap Ukhuwah dalam Kehidupan
Melalui tulisan ini, penulis tidak akan menyebutkan langkah-langkah yang bisa kita lakukan untuk menguatkan kembali toleransi. Namun hanya akan mengemukakan 3 alasan mengapa nilai ukhuwah sebagai wujud dari toleransi harus kembali kita pupuk dan terapkan secara lebih masif ke dalam kehidupan bersosial.
Pertama, untuk mengembangkan cakrawala berpikir khususnya dalam urusan agama. Dengan kembali menguatkan nilai ukhuwah dalam kehidupan sosial, maka kita akan mendapatkan cakrawala berpikir yang lebih luas.
Kita bisa menyadari bahwa banyaknya perbedaan yang kita temui, justru menjadikan diri kita lebih terbuka dan menerima kondisi orang lain yang berbeda dengan diri kita. Sehingga pada tahap berikutnya kita bisa menjadi sosok yang lebih terbuka ,moderat serta lebih mudah untuk bersikap menghargai antar individu maupun antar kelompok.
Kedua, mempermudah berbagai kepentingan dalam kehidupan sosial. Ukhuwah yang kita pupuk dengan baik akan mempermudah relasi individu dengan individu yang lain. Hal ini karena dia memiliki pemahaman yang kuat bahwa perbedaan apapun tidak menghalangi dirinya untuk bersosial dengan orang lain.
Karena sejauh apapun perbedaan memisahkan, ia tetap memiliki kesamaan dengan orang lain tersebut. Minimal sesama manusia. Hal ini tetap mendorong orang tersebut untuk tetap menghormati, menghargai dan memperlakukan orang lain sebagaimana manusia ingin diperlakukan.
Orang yang memiliki sikap seperti ini akan cenderung bersikap ramah terhadap orang lain dan orang lain tersebut akan tersanjung dengan sikap ramah tersebut. Sehingga kepentingan-kepentingan yang ada bisa tersampaikan dengan baik dan lebih mudah.
Mewujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin
Ketiga, mewujudkan nilai Islam yang rahmatan lil alamin. Islam yang dibawa Nabi saw. hadir dengan tujuan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Ungkapan seluruh alam di sini mencakup siapapun dalam alam semesta. Baik itu manusia, binatang bahkan tumbuhan sekalipun.
Oleh karena itu, kita sebagai orang muslim bertugas untuk mengejawantahkan bagaimana Islam benar-benar sebagai rahmat. Islam yang bagi siapapun selalu membawa kedamaian dan ketenangan. Di sinilah sikap ukhuwah perlu kita tampilkan sebagai wujud wajah Islam yang rahmat bagi seluruh alam semesta.
Termasuk bagi mereka yang berbeda dengan kita sekalipun. Sikap anarkis, fanatisme tinggi dan kecurigaan yang berlebihan terhadap kelompok lain harus kita buang jauh-jauh sebagai wujud dari perilaku keberislaman yang rahmat bagi seluruh alam. Allahu A’lam. []