Mubadalah.id – Rukun haji merupakan rangkaian yang wajib dilakukan oleh para jamaah haji. Pasalnya, dalam pelaksanaannya, rukun ini sangat menentukan ibadah haji yang dilakukan itu sah dan tidak sah.
Untuk diketahui, dalam pelaksanaan ibadah haji, terdapat perbedaan antara rukun dan wajib haji.
Bagi para jamaah haji yang meninggalkan salah satu rukun haji, maka ia tidak diperkenankan untuk tahallul dan selesai dari rangkaian ibadah haji sehingga ia melakukannya dan tidak bisa diganti dengan membayar dam.
Dalam artian, jika seseorang meninggalkannya, hajinya batal dan wajib untuk mengqadhanya, beda halnya dengan wajib haji yang dapat mengganti dengan membayar dam.
Berikut enam rukun haji yang wajib dilaksanakan oleh para jamaah haji, seperti dikutip di Bincangsyariah.com.
Niat
Pertama, Ihram dengan niat masuk dalam rangkaian ibadah haji. Dalam ihram seorang muslim sunah untuk melaksanakannya ketika benar-benar “tawajjuh”, dalam haji dan menentukan niat ihramnya.
Sebagaimana Imam al-Bajuri jelaskan dalam kitabnya “Hasyiyah al-Bajuri” hal 491 berikut:
والأفضل: أن يحرم إذا توجه لطريقه, وأن يعين في إحرامه الذي يحرم به من حج أو عمرة أو كليهما, فإن أطلق بأن قال: نويت الاحرام ولم يعين: فإن كان في أشهر الحج صرفه لما شاء من النسكين, أو كليهما إن لم يفت وقت الحج, فإن فات صرفه للعمرة, وإن كان في غير أشهره انعفد عمرة على الاصح, لان الوقت لا يقبل غير العمرة, فلا يصرفه إلى الحج
Artinya : yang utama: seorang yang akan melaksanakan haji hendaknya berihram ketika akan tawajjuh, menghadap jalan haji, hendaknya ia juga menentukan dalam ihramnya apakah ia ihram haji, umrah atau keduanya. Ketika ia memutlakkan dalam niat dengan mengucapkan:
“saya niat ihram” dan tidak menentukan ihramnya, jika masih dalam bulan haji maka ia boleh memalingkannya terhadap ibadah yang ia kehendaki dari keduanya, atau (hendak melaksanakan) keduanya jika waktu haji belum terlewat.
Jika telah terlewat maka ia palingkan terhadap umrah. Dan jika niat tersebut dilakukan pada selain bulan haji maka otomatis menjadi niat umrah menurut qaul yang paling shahih, karena waktu tersebut yang tidak menerima selain umrah, dan tidak bisa ia dipalingkan terhadap haji kecuali dalam bulannya”.
Wuquf
Kedua, Wuquf di Arafah. Sebagaimana sabda Nabi Saw yang menyebutkan “al-Hajj Arafah”, haji itu Arafah. Maka wuquf di Arafah menjadi bagian dari rukun haji.
Dalam wuquf di Arafah, para jamaah wajib hadir untuk melaksanakan ihram haji (meski sebentar) setelah matahari tergelincir pada hari Arafah, tanggal 09 Dzulhijjah. Waktu wukuf tersebut sampai pada fajar hari raya Idul Adha, 10 Dzulhijjah.
Ketiga, Tawaf mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh putaran. Dengan ketentuan, sebagaimana Imam Bajuri telah jelaskan.
Tawaf yang dilakukan sebanyak tujuh kali, menjadikan Ka’bah di sisi kirinya, memulai dari dan sejajar dengan Hajar Aswad, masih dalam ruang lingkup masjidil haram, niat tawaf, tidak memalingkan tawaf untuk yang lain, menutup auarat dan suci dari hadas kecil, besar dan najis.
Keempat, Sa’i antara Safa dan Marwa’. Dengan ketentuan, melaksanakannya sebanyak tujuh kali, memulainya dari Safa dan mengakhirinya pada Marwa (pergi-pulang terhitung dua kali).
Kelima, mencukur atau menggunting rambut. Sebagaimana yang telah di atas dengan mengacu pada qaul muktamad dengan menjadikannya sebagai bagian dari rukun haji.
Yang paling utama bagi laki-laki dalam hal ini ialah mencukur habis rambutnya dengan mesin potong rambut. Sedangkan bagi perempuan untuk mengguntingnya saja (taqsir). Dengan ketentuan paling sedikit menghilangkan tiga rambut dari kepala.
Keenam, tertib di antara rukun-rukun haji. []