• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Apakah Benar Pelecehan Seksual Disebabkan Perempuan Tidak Menutup Aurat?

Fachrul Misbahudin Fachrul Misbahudin
14/01/2019
in Kolom
0
pelecehan seksual disebabkan perempuan tidak menutup aurat, benarkah?

Ilustrasi: pixabay[dot]com

771
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Seorang polisi muda yang bertugas di Kepolisian Sektor Rongkop, Kepolisian Resor Gunung Kidul Daerah Yogyakarta mendadak jadi bahan perbincangan. Dia mengunggah video di akun media sosialnya dengan sebuah keterangan yang kontroversial. Dalam keterangan itu tertulis penyebab terjadinya pemerkosaan adalah pelaku yang banyak melihat video porno dan perempuan korban yang tidak bisa menjaga auratnya.

Unggahannya sontak mendapat respon dari beberapa akun instagram para pejuang keadilan bagi perempuan dan laki-laki seperti Cherbon Feminist, Indonesia Feminist dan yang lainnya. Bukan unggahan itu saja, ternyata polisi muda itu terbilang sering menerbitkan konten yang seksis di akunnya.

Lalu, benarkah apa yang dia katakan bahwa pelecehan seksual disebabkan perempuan tidak menutup aurat? Mari kita cek faktanya.

Dalam tulisan Kenapa Korban yang Disalahkan? di mubaadalahnews.com, Nadhira Yahya menceritakan tentang sebuah museum di Brussel, Belgia. Di museum tersebut dipamerkan sebanyak 18 baju korban pemerkosaan. Baju yang dipamerkan tidak ada yang terlalu terbuka atau seksi. Ada piyama, seragam polisi, dan celana jeans. Bahkan, ada juga baju anak ‘My Little Pony’.

Pameran ini ingin memberikan pesan kepada kita bahwa cara berpakaian tidaklah menjadi faktor pelecehan seksual. Kalau selama ini kita menyalahkan para perempuan korban pelecehan seksual karena cara berpakaiannya, maka jelas itu keliru.

Baca Juga:

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

“Saya waktu itu mengenakan seragam dan bersenjata lengkap, namun tetap tidak bisa menghindari pemerkosaan,” ungkap salah seorang polisi wanita yang kerap menjadi korban pemerkosaan saat sedang menjalankan tugasnya.

Korban pelecehan seksual yang lain sering kita dengar berbusana sangat tertutup, bahkan memakai kerudung. Bukankah kita juga sering mendengar korban pelecehan seksual adalah seorang nenek yang sudah renta yang tidak mengumbar auratnya. Kira-kira, masihkah kita akan menyalahkan mereka para korban dengan mengatakan mereka tak bisa menjaga auratnya?

Faqihuddin Abdul Kodir dalam Aurat dalam Perspektif Mubadalah mengatakan, di dalam al-Quran surat al-Ahzab, 33:13 dijelaskan aurat adalah sesuatu yang mudah diserang musuh. Sesuatu yang rentan dan wajib dijaga.

Islam sendiri adalah agama yang rahmatan lil ’alamin, yang melindungi, menjaga, mengasihi dan memberi rasa aman kepada setiap manusia, termasuk perempuan. Perempuan sebagai korban harusnya dilindungi agar tidak menjadi korban pelecehan seksual, bukan malah disudutkan sebagai biang masalah.

Dengan demikian, jika ada seseorang laki-laki maupun perempuan melakukan tindakan pelecehan seksual ataupun melanggar aturan negara maka harus dihukum dengan seadil-adilnya oleh para aparat penegak hukum. Karena itu merupakan sebuah tindakan kejahatan yang melukai kemanusiaan.

KH Buya Husein Muhammad dalam Fiqh Perempuan menegaskan bahwa setiap pelaku kekerasan, termasuk pelecehan seksual harus dihukum secara adil. Karena kekerasan terhadap perempuan atupun makhluk Tuhan yang lain merupakan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan.

Senada dengan itu, KH Marzuki Wahid dalam sebuah video unggahan Cherbon Feminist mengatakan, bagi orang yang bernalar, jelas orang yang bersalah adalah pelaku bukan korban pelecehan seksual. Dalam Islam pun yang dihukum bukan korban tetapi pelaku.

Aurat bukan penyebab adanya pemerkosaan sebab banyak korban pemerkosaan adalah mereka yang mengenakan pakaian tertutup. Tetapi masih saja diperkosa.

Dalam uraian tersebut jelas bahwa yang bermasalah ialah otak dari pelaku perkosaan yang melihat lawan jenisnya sebagai makhluk seksual belaka. Hal ini bertentangan dengan firman Allah yang menyebutkan bahwa manusia ialah makhluk paling mulia baik itu perempuan maupun laki-laki.

Selain itu, Islam juga telah memberikan tuntunan bagaimana seorang muslim berinteraksi dengan lawan jenis. Yaitu dengan cara memandang bahwa setiap manusia ialah makhluk yang berakal budi dan berintelektual.

Dengan begitu, alangkah baiknya jika semua manusia memandang manusia yang lain sebagai makhluk intelektual. Sehingga akan tercipta cara berpikir yang sehat yaitu siapun tidak boleh ada yang dilecehkan, dinodai, diperlakukan secara kasar bahkan dihancurkan. Sebaliknya, justru harus saling melindungi, mengasihi dan mengingatkan dengan cara yang baik.[]

Tags: auratkorbanlaki-lakiMubadalahpelakupelecehan seksualperempuanperkosaan
Fachrul Misbahudin

Fachrul Misbahudin

Lebih banyak mendengar, menulis dan membaca.

Terkait Posts

Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Isu Iklim

    Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID