Mubadalah.id – KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia) bersama Rahima, Alimat, Mubadalah, dan Fahmina Institute menghelat doa bersama, dengan tajuk “Doa KUPI untuk Negeri”. Acara ini dapat disebut sebagai bentuk soliditas dari para ulama perempuan dalam mendedikasikan kiprahnya untuk negeri di tengah pandemi saat ini. Karena acara yang berisi doa khataman Al-Qur’an, tahlil, istighosah, dan muhasabah, semuanya dipimpin oleh ulama perempuan.
Nyai Badriyah Fayumi, dalam sambutannya sebagai perwakilan panitia yang menghelat acara ini mengatakan bahwa acara khataman ini dihelat setelah mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak lima kali, yakni oleh KUPI dua kali khatam, Rahima dua kali khatam, dan Alimat satu kali khatam.
Menurut Nyai Badriyah Fayumi, upaya doa ini sebagai wasilah atau media untuk berdoa kepada Allah Swt, agar yang tengah diberi ujian sakit, mendapatkan kesehatan dengan cepat, dan bagi yang diberi ujian berupa kehilangan, mendapatkan ketabahan dan kekuatan. Serta agar negeri ini segera Allah beri kebebasan dari pandemi yang tengah melanda saat ini.
Selain itu, doa untuk negeri juga dimaknai sebagai bentuk ikhtiar (upaya) batiniyah, ilahiyah yang bertumpu pada ayat-ayat qur’aniyah sebagai hasil dari pembacaan dan perenungan ayat-ayat qur’aniyah. Di sisi lain, ulama perempuan juga menekankan pada bentuk ikhtiar lahiriyah, insaniyah yang berasal dari hasil temuan ilmiah yang berdasarkan ayat-ayat kauniyah. Ikhtiar lahiriyah ini terumuskan dalam bentuk protokol kesehatan, yang kini tengah dikuatkan dengan diadakannya PPKM (Peraturan pembatasan Kegiatan Masyarakat) secara darurat.
Doa khataman dipimpin oleh Nyai Arikhah, ulama perempuan pengasuh pondok pesantren Darul Falah, Besongo, Semarang. Beliau memimpin doa khataman dengan suara yang jelas, tegas, namun tidak mengurangi nilai kekhusyukan yang ada dalam prosesi pembacaan doa khataman. Usai pembacaan doa khataman, dilanjutkan dengan pembacaan tahlil dan istighosah yang dipimpin oleh Nyai Umdatul Choirot Nasrulloh, ulama perempuan pengasuh pondok pesantren As-Sa’diyyah 2, Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang. Setali tiga uang dengan Nyai Arikhah, atmosfir kekhusyukan amat terasa selama pembacaan tahlil dan istighosah ini.
Tak berselang lama seusai pembacaan tahlil dan istighosah, dilanjutkan dengan acara muhasabah. Dimana Nyai Masriyah Amva, ulama perempuan pengasuh pondok pesantren Kebon Jambu, Cirebon didaulat untuk membawakan sebuah puisi. Sebelum memulai puisinya, Nyai Masriyah membacakan bagian akhir dari hizib Ratib Alaydrus yang diciptakan oleh seorang wali besar dari Yaman, yakni Habib Abdullah bin Abu Bakar Alaydrus, yang dihadiahkan seorang ulama padanya. Hizib ini dibuat tatkala Yaman tengah dilanda wabah penyakit, yang berakibat pada krisis ekonomi di Yaman. Berikut adalah potongan hizib itu:
Allahumma ajirnaa min ghairi dharar, wa aghninaa min ghairi bathar
Allahumma ajirnaa min ghairi ibtilaa’i, wa aghninaa min ghairi imtilaa’
Allahumma-r-zuqnaa minal ‘uquuli awfaarahaa, wa minal adzhaani ashfahaa, wa minal a’maali azkahaa, wa minal akhlaaqi adzyahaa, wa minal arzaaqi ajzaahaa, wa minal ‘aafiyati akmalahaa, wa mina-d-dunyaa khairahaa, wa minal aakhirati na’iimahaa.
Yang artinya : Ya Allah, selamatkanlah kami dari semua bencana dan kenaasan dan kaya rayakanlah kami. Datangkanlah kepada kami rezeki yang berlimpah dengan cara-Mu, tanpa ujian dan tanpa kesusahan. Ya Allah berikanlah kami akal yang sebanyak-banyaknya, hati yang sejernih-jernihnya, perbuatan yang sebersih-bersihnya, akhlak yang sebaik-baiknya, rezeki yang sebanyak-banyaknya, kesehatan jiwa dan raga yang sempurna. Dan berikanlah kami dunia dengan segala kebaikannya dan akhirat dengan segala kenikmatannya.
Nyai Masriyah mengakhiri sesi muhasabahnya dengan sebuah puisi yang berjudul Renungan dan Doa, dimana puisi itu berisi tentang keindahan hidup bila disusuri dengan hikmah. Dimana keluh kesah tidaklah berguna dan kesombongan hanyalah sia-sia. Manusia hanyalah makhluk Allah yang tidak berdaya di hadapan-Nya, maka manusia memohon ampunan Allah agar semua dosa yang telah terjadi diampuni, dan berharap setelahnya limpahan kasih sayang Allah melingkupi kehidupan manusia.
Sebagai akhir dari acara soliditas ulama perempuan ini, Nyai Ninik Rahayu selaku perwakilan dari Alimat mengingatkan akan kasus covid-19 terus bertambah setiap harinya. Maka, sebagai manusia tugas kita bukan hanya bertahan (survive), namun juga harus mempertahankan (defense) keyakinan kita agar tidak mudah terpengaruh kabar bohong (hoax) yang sifatnya memecah belah persatuan bangsa.
Selain itu Nyai Ninik juga mengingatkan untuk terus konsisten (istiqomah) dalam menjaga protokol kesehatan, imunitas dan kesehatan tubuh dengan disertai doa, sholawat, dan membaca Al-Qur’an, dengan harapan wabah pandemi ini menemui titik akhirnya. []