• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Pentingnya Memahami Kesehatan Mental Anak

Gangguan mental pada usia anak hingga remaja dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan mereka termasuk menyebabkan masalah pada perilaku, gangguan emosional dan sosial, gangguan perkembangan dan belajar, gangguan perilaku makan dan kesehatan, hingga gangguan relasi dengan orang tua

Elfina Naibaho Elfina Naibaho
07/08/2021
in Keluarga
0
Kesehatan Mental

Kesehatan Mental

233
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Hingga kini, membicarakan tentang kesehatan mental masih banyak masyarakat yang menganggap remeh dan bahkan masih banyak juga masyarakat yang menganggap pembahasan tersebut merupakan pembahasan yang tabu. “Gangguan kesehatan mental” dianggap gila, konsultasi ke psikolog dianggap buang-buang uang. Itulah mengapa, indikasi anak yang mengalami gangguan mental cukup banyak dan tidak ditangani.

Berbagai statistik menunjukkan maraknya gangguan kesehatan mental anak, khususnya saat usia remaja. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menemukan bahwa prevalensi gangguan mental emosional remaja usia di atas 15 tahun meningkat menjadi 9,8 persen dari yang sebelumnya 6 persen pada 2013 Kenaikan yang cukup besar.

Untuk itu keluarga sangat memberikan pengaruh atas perkembangan dalam membentuk kepribadian seorang anak, serta membangkitkan semangat hidup dan ketenangan jiwanya. Orang tua mempunyai peran yang istimewa untuk menemukan informasi tentang diri seorang anak. Keluarga juga berperan untuk menggambarkan perilaku seseorang, terutama orang tua terhadap anaknya. Pendidikan keluarga sebagai dasar, lalu pendidikan selanjutnya, baik di sekolah maupun masyarakat.

Gangguan mental pada usia anak hingga remaja dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan mereka termasuk menyebabkan masalah pada perilaku, gangguan emosional dan sosial, gangguan perkembangan dan belajar, gangguan perilaku makan dan kesehatan, hingga gangguan relasi dengan orang tua. Tidak seperti gangguan kesehatan lainnya, tanda-tanda gangguan kesehatan mental, terlebih pada anak, cenderung sulit untuk dilihat. Sehingga, penting bagi orang tua untuk lebih peka terhadap perubahan perilaku anak dan memberikan penanganan sejak dini, guna meminimalisir risiko jangka panjang saat anak tumbuh dewasa.

Sayangnya, masih banyak stigma negatif yang kerap diterima oleh penderita gangguan mental di Indonesia. Itu lah sebabnya, banyak anak – anak yang memilih bungkam dan bahkan mereka tidak menyadari dan memahami bahwa kesehatan mental mereka sedang terganggu, dan yang paling sering ditemui adalah anak-anak merasa malu dan bingung. Malu mengakui bahwa memiliki gejala-gejala gangguan mental serta tidak memahami solusi alternatif yang di miliki. Sehingga, dengan membuka komunikasi dua arah secara lebih intensif dengan orang tua, maka penanganan gangguan kesehatan mental dapat dilakukan sejak dini.

Baca Juga:

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

Perkembangan psikologi yang positif penting dalam perkembangan psikologi anak. Perkembangan psikologi yang baik diamati dalam pemikiran dan mental yang sehat. Pengukuhan egoisme, harga diri, kepekaan terhadap mengadaptasikan diri dengan lingkungannya. Sebaliknya, perkembangan psikologi yang kurang baik dilihat pada harga diri yang rendah dan pada kemunculan berbagai masalah tingkah laku dan mental.

Sebagai makhluk yang memiliki kesadaran, manusia menyadari adanya problem yang mengganggu kejiwaannya, oleh karena itu sejarah manusia juga mencatat adanya upaya mengatasi problema tersebut. Upaya tersebut ada yang bersifat irasional, ada juga yang bersifat rasional. Masyarakat yang mengikuti peradaban barat, mengatasi problema kejiwaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikologi dalam hal kesehatan mental.

Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala gangguan jiwa serta mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Kesehatan mental merupakan faktor terpenting untuk menjalankan kehidupan manusia secara normal. Psikis seseorang jika tidak dijaga akan menimbulkan suatu gangguan jiwa yang lambat laun ketika dibiarkan akan menjadi suatu beban yang berat bagi penderitanya.

Untuk itu, ada baiknya sebelum kita memilih untuk menikah kita harus memahami tentang kesehatan mental ini. Ada banyak yang harus dipersiapkan, menikah bukan hanya untuk menyalurkan kebutuhan biologis saja melainkan, pernikahan adalah langkah awal seseorang dalam membentuk kesejahteraan dirinya. Apabila dalam sebuah rumah tangga memiliki pondasi yang kuat dalam menciptakan keharmonisan keluarga maka inilah sumbangan awal keluarga dalam menciptakan masyarakat yang harmonis.

Pernikahan mengajarkan seseorang dapat bertangung jawab yang menimbulkan sebuah keinginan untuk mengubah keadaan lebih baik dan hanya terkonstruk dalam pikiran-pikiran yang kreatif, serta mengikat dirinya dengan orang lain dalam ikatan yang sah menurut ritual yang ada di dalam agama dan negara.

Memahami kesehatan mental pada anak dan remaja artinya perlu mengetahui juga faktor-faktor apa saja yang dapat membahayakan kesehatan mental dan yang bisa melindungi kesehatan mental pada anak. Membahayakan kesehatan mental menimbulkan kemungkinan kerentanan dalam diri anak, sedangkan melindungi kesehatan mental menimbulkan kemungkinan kekuatan dalam diri anak.

Semakin banyak kerentanan tersebut, maka semakin besar tekanan pada anak. Di sisi lain, semakin banyak dukungan yang diperoleh anak, maka besar kemungkinan anak untuk dapat terhindar dari gangguan. Karena gangguan kesehatan mental merupakan faktor yang dapat memunculkan kerentanan terhadap stres. Artinya, ketidakmampuan menyesuaikan diri dapat dikarenakan adanya kondisi-kondisi yang menekan, seperti anak yang tumbuh pada keluarga yang memiliki status ekonomi rendah, tumbuh di lingkungan penuh kekerasan dan adanya pengalaman trauma.

Masalah kesehatan mental anak dan remaja dapat diamati dari adanya permasalahan pada tahapan perkembangan yaitu area emosi, perilaku dan perkembangan. Anak yang selalu merasa sedih, mudah murung dan merasa kurang bahagia memiliki kemungkinan mengalami permasalahan kesehatan mental. Mereka akan memiliki banyak kekhawatiran dan kecemasan yang membuat anak tidak berani melakukan eksplorasi. Anak perlu diperkenalkan dan dibimbing untuk dapat memahami serta mengekspresikan emosinya dengan cara yang sesuai.

Kualitas kesehatan mental individu pada masa anak-anak memengaruhi kesehatan mental mereka di masa dewasa. Melakukan promosi terhadap kesehatan mental anak dan remaja artinya meningkatkan kesehatan mental masyarakat di masa depan secara keseluruhan. Upaya pemberian dukungan pada kesehatan mental dapat dilakukan melalui promosi, prevensi, dan intervensi (kurasi). Merancang upaya dukungan terhadap kesehatan mental pun perlu dilakukan secara sistemik dan melibatkan berbagai pihak, mulai dari orang tua (keluarga), guru atau pihak sekolah, komunitas, serta pemerintah.

Promosi kesehatan mental dapat dilakukan dengan mengumpulkan data terkait insidensi gangguan tersebut supaya kesadaran masyarakat meningkat, dan mendapat pengetahuan terkait permasalahan yang dihadapi. Prevensi kesehatan mental fokus terhadap pengurangan gangguan kesehatan mental dan meningkatkan perlindungan yang terkait dengan kesehatan mental, Intervensi umum digunakan dalam menjelaskan berbagai macam tindakan yang dimaksudkan untuk memberikan kesembuhan atau meningkatkan penyesuaian diri.

Dalam merancang rencana kesehatan mental anak dan remaja, penting untuk memperhatikan tahapan perkembangan anak serta mempertimbangkan faktor perbedaan budaya yang dapat memengaruhi tumbuh kembang tersebut. []

 

Tags: anakkeluargaKesalinganKesehatan Mentalorang tuaparentingParenting IslamiRelasiremaja
Elfina Naibaho

Elfina Naibaho

Saya Elfina Naibaho, mahasiswa pertanian Universitas Jambi

Terkait Posts

Relasi Imam-Makmum

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

9 Juli 2025
Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kopi yang Terlambat

    Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji
  • Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan
  • Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID