Mubadalah.id – Kata shalat sudah tidak asing lagi di telinga. Karena kita tahu bahwa seseorang yang beragama Islam, baligh dan mempunyai akal tidak akan lepas dari shalat. Bukan hanya itu, shalat juga termasuk rukun Islam yang kedua setelah membaca syahadat. Kata shalat terambil dari Bahasa Arab yaitu “shalla-yushalli-sholatan” yang inti dari kata tersebut untuk berdoa kepada Allah Swt. Kenapa demikian? Karena di dalam shalat hampir atau bahkan semua bacaan isinya berupa doa, mulai dari doa iftitah sampai dengan salam semuanya berisi doa.
Sejarah awal disyariatkannya shalat dimulai saat peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW. Isra’ dan Mi’raj sendiri merupakan hadiah yang Allah berikan kepada Rasulullah SAW, setelah mengalami peristiwa meninggalnya dua orang yang sangat berjasa kepada beliau, yaitu Abu Thalib yang statusnya bukan hanya sebagai paman saja melainkan juga sebagai pelindung saat Rasulullah melakukan dakwahnya.
Setelah itu disusul dengan meninggalnya istri tercinta, yaitu Sayyidah Khadijah yang selalu ada saat beliau membutuhkan sandaran. Peristiwa tersebut dinamai tahun “’amul huzni” pada tahun 617 M. Setelah terjadinya peristiwa itu tepatnya pada tahun 620-621 M Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk menjemput Rasulullah Saw saat beliau menginap di rumah Ummu Hani’. Dalam sebagian kisah disebutkan bahwa saat Malaikat Jibril datang untuk membawa beliau atap ke rumah Ummu Hani’ terbuka dan tertutup dengan sendirinya.
Pertama, Malaikat Jibril membawa Rasulullah Saw ke Masjidil Haram lalu membaringkan beliau di atas Hijr Isma’il dalam keadaan masih mengantuk. Di sini terjadilah peristiwa pembelahan dada Rasulullah Saw untuk pertama kalinya. Pembelahan tidak hanya dilakukan oleh Malaikat Jibril sendiri melainkan dibantu oleh Malaikat Mikail dan malaikat-malaikat yang lainnya.
Rasulullah SAW dibelah dadanya mulai dari lubang leher sampai di bagian perut paling bawah lalu para malaikat mengeluarkan hati beliau dengan cara yang halus. Setelah itu mereka membasuh hati beliau dengan air zamzam sebanyak 3x dan kemudian diisi dengan kedermawanan, pengetahuan, keyakinan dan keimanan.
Setelah peristiwa itu, Rasulullah Saw dipersilahkan untuk menaiki Buroq dengan Malaikat Jibril di sisi kanan dan Malaikat Mikail di sisi kiri beliau. Saat melakukan perjalanan mereka hanya berhenti empat kali, dan di setiap tempat yang disinggahi, Rasulullah Saw melakukan shalat dua rakaat atas perintah Malaikat Jibril dari Allah Swt. Yang pertama di Thaibah, tempat Rasulullah Saw hijrah. Kedua di Kota Madyan, tepatnya di pohon Nabi Musa As. Ketiga di Thur Sina’, dimana Allah berbicara kepada Nabi Musa As. Keempat di Baitulahmin, tempat Nabi Isa As dilahirkan.
Sesampainya di Baital Maqdis, Rasulullah Saw bersama Malaikat Jibril sama-sama melakukan shalat dua rakaat. Tidak lama kemudian banyak orang berdatangan lalu mengumandangkan adzan, dan shalat berjamaah dengan Rasulullah Saw sebagai imam. Setelah semuanya bubar Malaikat Jibril memberi tahu Rasulullah Saw bahwa orang-orang yang shalat di belakang beliau (makmum) ialah nabi-nabi yang Allah Swt utus.
Saat Rasulullah Saw keluar dari Baital Maqdis beliau merasa haus sehingga Malaikat Jibril memberikan wadah yang berisi susu, wadah yang berisi khamr dan wadah yang berisi air. Rasulullah Saw memilih wadah yang berisi susu. Malaikat Jibril berkata “Engkau memilih pilihan yang benar. Jika saja engkau memilih air, maka umat engkau akan tenggelam. Dan jika engkau memilih khamr, maka umat engkau akan sesat dan sedikit yang beriman.
Setelah beliau melakukan Isra’, barulah beliau melakukan Mi’raj bersama dengan Malaikat Jibril ke Sidratul Muntaha. Setiap mereka sampai di batas langit, Malaikat Jibril meminta malaikat penjaga langit untuk membukakan pintu untuk mereka, dan di tiap-tiap langit Rasulullah Saw bertemu dengan nabi-nabi sebelumnya serta mendoakan beliau dengan kebaikan
Sampai di tempat dimana Malaikat Jibril tidak bisa lagi menemani Rasulullah Saw untuk melanjutkan perjalanan, Rasulullah berkata “Apakah seorang kekasih akan meninggalkan kekasihnya disini?”. Malaikat Jibril menjawab “Ini adalah tempatku. Jika saja aku maju sedikit, maka aku akan terbakar karena cahaya. Tidak ada untuk kita kecuali tempat yang diketahui.
Maka dari sini silahkan engkau maju sendiri”. Lalu Rasulullah pun berjalan sendiri sampai beliau bertemu dengan Allah Swt. Pada saat beliau sampai, Allah megucapkan salam kepada Rasulullah Saw “Attahiyyatul mubarokatus shalawatu al-thoyyibatu lillah. Assalamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu warohmatullahi wabarokatuh“. Pada saat itu Rasulullah tidak lupa kepada semua umatnya dan akhirnya beliau mengatakan “Assalamu ‘alaina wa’ala ibadillahi as-sholihin”.
Dari sinilah awal mula disyariatkannya shalat untuk umat Rasulullah Saw. Pertama kali Allah mensyariatkan shalat sebanyak 50x dalam sehari. Akan tetapi Nabi Musa menyuruh Rasulullah Saw untuk meminta keringanan kepada Allah. Akhirnya Rasulullah kembali ke Allah untuk meminta keringanan. Sampai akhirnya shalat yang awalnya 50x menjadi 5x dalam sehari.
Akan tetapi Nabi Musa masih menyuruh Rasulullah Saw untuk meminta keringanan lagi, namun Rasulullah enggan dan berkata “Saya telah bolak-balik untuk meminta keringanan sampai saya merasa malu”. Dan akhir dari keputusan itu, shalat yang awalnya 50x dalam sehari semalam ditetapkan menjadi sebanyak 5x. []