Mubadalah.id – Seksualitas selalu menjadi perbincangan yang menarik di kalangan remaja. Karena masih dianggap tabu, sehingga perbincangan ini cenderung dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Mengapa pendidikan seksual masih dianggap tabu di kalangan remaja?
“Karena tabu isu seksualitas lebih sering digunakan sebagai bahan candaan dari pada dibicarakan dengan serius dan ilmiah,” kata relawan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Mashroel kepada mubaadalahnews.com, 8 Agustus 2019.
Menurutnya, pendidikan tentang seksualitas juga belum dianggap perlu di negeri ini, karena masih banyak yang berpandangan bahwa pendidikan seks itu tabu, hanya akan mengajarkan remaja untuk melakukan hubungan seks.
“Kalaupun ada yang memberikan pendidikan tentang seksualitas, hanya diberikan secara sepotong-sepotong, tidak terbuka, dan tidak diberikan secara komprehensif,” akuinya.
Sebagian besar pengetahuan remaja tentang seksualitas mereka dapatkan melalui pengalaman-pengalaman dan pergaulan bersama teman-temannya. Akibatnya terjadi disinformasi, sehingga seksualitas hanya dimaknai sebagai hubungan (perilaku) seks saja.
“Mitos-mitos tentang seksualitas juga berkembang di kalangan remaja seperti mitos keperkasaan, mitos keperawanan, mitos tentang perilaku seks, dan sebagainya,” tuturnya.
Menurut World Health Organization (WHO), kata Mashroel, seksualitas adalah aspek kehidupan yang menyeluruh mencakuap seks, gender, orientasi seks, erotisme, kesenangan, keintiman dan reproduksi.
“Seksualitas dipengaruhi oleh faktor biologis, sosial, psikologis, ekonomi, politik, sejarah, agama dan spiritual,” terang Mashroel.
Ternyata persoalan seksualitas ini menarik para seniman remaja yang tergabung dalam komunitas Pensil Terbang. Berkolaborasi dengan PKBI DIY, para seniman remaja ini ingin menyampaikan bahwa berbicara tentang seksualitas itu bukan hal yang tabu (dalam bahasa Jawa : “Ora Saru”) melalui karya-karya visual.
Seniman tersebut Abdul Muhaimin, Andika Namaste, Baiq Indira Septari, Cecila Elma, Dzaky Aziz, Gabriel Ega, Gigatheis, Iannvernus, Indrawan Refa, Lyan Rafi Athafeli, Muhammad Aditia, Parahita, Sinathrya Alpino, Suci Rahmawati, Sulthan Ibrahim, dan Venita Kurnia serta Umar Anhar sebagai kurator dalam pameran kali ini.
Pameran “Ora Saru” merupakan rangkaian dari event seni tahunan Jogja Art Week 2019. Pameran berlangsung pada tanggal 23 Juli s.d 23 Agustus 2019 di Galeri Lentera Sahaja, Youth Center PKBI DIY, Jalan Taman Siswa, Gg Basuki MG II/558. Pameran buka setiap hari Senin-Sabtu jam 10.00- 17.00.
Beberapa kegiatan juga akan diadakan sebagai rangkaian darai Pameran “Ora Saru”, yaitu workshop membuat pembalut kain yang akan diadakan pada tanggal 2 Agustus 2019 jam 16.00.
Diskusi pada tanggal 13 Agustus 2019 jam 18.00, dan pada Minggu terakhir pameran tanggal 21 Agustus 2019 akan diadakan screening film “Telur Setengah Matang” yang diadakan pada jam 18.00. (AR)