Mengawali awal tahun 2020, Indonesia kembali dirundung duka, disejumlah daerah di Indonesia mengalami bencana banjir. Laporan rangkuman Kompas.com menyebutkan ada 9 daerah yang tergenang oleh banjir. Diantaranya, Jakarta, Bogor, Depok,Tanggerang, Bekasi, Karawang, Bandung Barat, Lebak Banten, dan Sikka Nusa Tenggara Timur.
Ditambah lagi dengan meninggalnya puluhan korban jiwa. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban per tanggal 4 Januari 2020 di Jabodetabek, Banten dan Jawa Barat, sudah ada 60 orang korban meninggal dunia dalam bencana banjir.
Banjir memang menjadi bencana tahunan di Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, perubahan iklim yang terjadi meningkatkan resiko dan peluang curah hujan ekstrem sehingga menjadi pemicu banjir.
Selain tingginya curah hujan, persoalan sampah juga masih menjadi penyebab utama beberapa daerah di Indonesia yang masih tergenang oleh banjir.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan ada sekitar 7.000 ton sampah yang dibuang di Sungai Ciliwung setiap harinya. Dari 7.000 ton ini, hanya 75 persen sampah yang bisa diangkut. Bahkan, 180 ton sisanya mengendap dan mencemari sungai.
Coba bayangkan itu hanya satu sungai saja, bagaimana jika dua atau bahkan sampai berpuluh-puluh sungai. Waduhhhhh… akan ada berapa juta ton sampah yang tertanam di sungai-sungai.
Tetapi, setidaknya dengan data tersebut bisa menyadarkan kita bahwa persoalan sampah memang masih sulit untuk diatasi. Sampah masih menjadi PR besar bagi warga Indonesia.
Problem sampah memang menjadi tanggung jawab bersama, pemerintah sebagai pemegang kendali, mempunyai tanggung jawab lebih besar, bagaimana agar permasalahan sampah bisa dapat diselesaikan.
Dalam persoalan sampah, setidaknya Indonesia bisa berkaca ke negara-negara maju. Misalnya saja Negara Jerman. Saat ini, Jerman dinobatkan sebagai negara yang memiliki tingkat daur ulang sampah terbaik di dunia. Berdasarkan data dari Eunomia yang di kutip dari World Economic Forum, Jerman berhasil mendaur ulang antara 52 persen hingga 56 persen dari total sampah di kotanya.
Tetapi untuk menuju kesana saya yakin masih butuh perjuangan yang sangat panjang dan membutuhkan waktu yang sangat lama, ettss… tapi jangan bersedih hati, karena, setidaknya Indonesia juga ada seperti hal yang demikian. Indonesia mempunyai daerah dengan daur ulang sampah yang cukup baik. Daerah tersebut adalah Kota Surabaya.
Surabaya di bawah kepemimpinan Ibu Tri Rismaharini menjadikan Kota ini penuh dengan inovasi dan kreatifitas. Termasuk dalam persoalan sampah. Sampah di tangan Ibu Risma bisa disulap sebagai barang yang bernilai ekonomi, bahkan yang baru-baru ini pada bulan November2019 lalu telah diresmikan sebuah pembangkit listrik Tenaga sampah (PLTSa) dengan daya 11 Megawaat di Benowo, Surabaya.
Sebelum berbicara jauh tentang Ibu Risma, di sini saya tidak bermaksud untuk mengkampanyekannya, tetapi saya ingin mengapresiasi atas kinerja dari seorang pemimpin perempuan, seperti Ibu Risma ini.
Dalam upayanya untuk mengurangi sampah, perempuan itu telah berhasil melibatkan warganya dalam mengelola sampah. Lewat berbagai program Ibu Risma mengajak para warganya untuk Surabaya Green and Clean, Eco-School, dan Surabaya Merdeka dari Sampah.
Para warga diajarkan tentang bagaimana pengurangan dan pemilahan sampah mulai dari sumbernya, optimalisasi pemilahan sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS), pengolahan limbah plastik, serta bagaimana pengolahan sampah bisa menjadi bahan bakar untuk Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).
Dalam segi ekonomi Ibu Risma mengajak para warganya untuk membangun bank-bank sampah, tempat orang dapat menjual sampah anorganik yang kemudian ditukar dengan uang, serta mengolah sampah menjadi produk yang benilai ekonomi.
Dari sosok Ibu Risma setidaknya kita telah belajar, bahwa dalam persoalan publik dan sosial perempuan bisa mengelola semuanya dengan baik.
Termasuk dalam persoalan sampah ini. Dari sosok pemimpin perempuan tersebut lah kita telah belajar banyak bahwa sampah tidak selalu akan membawa bencana, duka, derita atau bahkan sengsara, tetapi justru sebaliknya, sampah bisa menjadi ladang yang membawa banyak manfaat, dan banyak keberuntungan.
Saya kira, dari sosok perempuan itu juga, kita belajar bahwa pengelolaan sampah ini bisa menjadi referensi yang baik untuk para pemimpin dari setiap daerah di Indonesia. Karena mengingat dalam setiap musim penghujan, di beberapa daerah di Indonesia akan tergenang oleh banjir. Dan tidak sedikit juga akan memakan korban jiwa.
Pentingnya Relasi Manusia dengan Alam
Sebetulnya apa yang telah dilakukan oleh Ibu Risma, menurut saya sudah mengandung konsep mubadalah. Ya konsep kesalingan antara manusia dengan alam sudah dipraktikan oleh pemimpin perempuan itu. Dengan melalui pengelolaan sampah, Ibu Risma mengajak kita sebagai manusia untuk berelasi dengan baik dengan alam. Kita dituntut untuk menjaga sekaligus merawat alam ini. Kita yang produksi sampah maka kita juga harus bertanggung jawab atas sampah tersebut.
Dalam konsep mubadalah, relasi manusia dengan alam sudah sejalan dengan perintah yang diajarkan oleh agama Islam. Islam mengajarkan kepada kita agar berhubungan baik dengan alam (hablum minal alam). Kita sebagai manusia yang hidup dan bernafas di alam ini, maka sudah seharusnya kita juga untuk saling merawat, mengelola, memelihara dan menjaga alam ini dari berbagai kerusakan di muka bumi.
Perintah untuk tidak berbuat kerusakan, Allah sendiri telah menyampaikannya dalam QS. al-Qashsah ayat 77, yang artinya dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Hadis yang diriwayatkan at-Tirmidzi juga memerintahkan hal yang sama. Yang artinya sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik dan menyukai kebaikan, bersih dan menyukai kebersihan, mulia dan menyukai kemuliaan, bagus dan menyukai kebagusan. Oleh sebab itu, bersihkanlah lingkunganmu.
Perintah untuk berelasi dengan alam agar tehindar dari berbagai kerusakan secara jelas memang telah disampaikan oleh Allah SWT dan di ajarakan oleh kanjeng Nabi melalui hadisnya. Maka sudah sebaiknya relasi ini harus dipraktikan secara nyata.
Untuk hal yang kecil, kita bisa melakukan edukasi dan menanamkan kepedulian sejak dini terhadap lingkungan masing-masing. Misalnya, dengan mengurangi sampah plastik, tidak membuang sampah sembarangan, dan memanfaatkan sampah dengan semaksimal mungkin.
Atau bahkan kita bisa memulainya dengan menjaga dan merawat lingkungan rumah, desa, kota bahkan negara kita dari berbagai kemungkinan kerusakan yang akan terjadi. Dengan begitu, saya yakin, ketika kita menjaga alam, maka alam pasti akan menjaga kita.[]