Mubadalah.id – Pada 23 Januari bulan ini merupakan tanggal merah yang menandakan hari libur nasional. Yakni hari raya Tahun Baru Imlek bagi saudara-saudara beretnis Tionghoa. 15 hari setelah perayaan Imlek, saudara-saudara Tionghoa juga melaksanakan upacara Cap Go Meh dengan khidmat, semarak, dan meriah.
Bagi masyarakat Kalimantan Barat dengan jumlah penduduk etnis Tionghoa terbesar di Indonesia, tahun baru Imlek merupakan perayaan besar yang mewarnai hampir seluruh sudut kota dengan ornamen-ornamen khasnya. Banyak lampion menghiasi jalan dan bangunan-bangunan di perkotaan. Atraksi Barongsai yang membuat decak kagum para penontonnya. Juga makanan-makanan khas Imlek yang kita berikan kepada orang-orang terdekat, dan kue Keranjang merupakan salah satu kudapan yang selalu tersedia saat hari raya Imlek ini tiba.
Di tempat penulis lahir dan besar, yakni kota Pontianak dan Sanggau di Kalimantan Barat, hidup berdampingan dengan beragam etnis merupakan suatu kebesaran Tuhan yang tidak terkira. Kenyataan tersebut juga merupakan sebuah keniscayaan (QS. Al-Hujarat: 13) yang membawa berbagai keberkahan dan keharmonisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagaimana kita ketahui, banyak teori sejarah dan arkeolog (termasuk Robert Barron von Heine kemukakan) yang mengatakan bahwa leluhur bangsa Indonesia salah satunya berasal dari negeri Yunan. Sehingga sebagai sesama warga Indonesia dengan beragam etnis yang ada. Kita semua memiliki keterikatan dan hubungan yang tidak dapat terpisahkan begitu saja. Baik etnis Dayak, Melayu, Jawa, Batak, Sunda, Bugis, Minang, maupun Tionghoa, semuanya berada dan berpartisipasi bersama dalam berbagai sektor kehidupan di masyarakat Kalimantan Barat.
Kenangan Masa Kecil
Sewaktu penulis kecil, almarhum Ayah sering mengajak membetulkan sepeda motor GL-nya di bengkel milik Koh Ayong, ini adalah bengkel langganan jika motor Ayah perlu perbaikan. Terlebih setelah ia pakai berdakwah ke pelosok-pelosok Borneo. Mamak juga memiliki toko kulakan sembako langganan di pasar Senggol milik Ake Sehati. Bahkan jika Ayah dan Mamak ingin membeli baju lebaran untuk anak-anaknya, maupun perlengkapan sekolah, juga sering membelinya di toko pakaian milik Kak Yuli. Mereka semua adalah saudara-saudara kami yang beretnis Tionghoa.
Tidak hanya bernilai dalam hal muamalah, hubungan tersebut juga bernilai persaudaraan dan kasih sayang. Almarhum Ayah saya sering berkata, agar anak-anaknya bisa mencontoh perilaku saudara Tionghoa saat berdagang. Mereka jujur, terbuka, dan juga mampu mempekerjakan orang lain. Selain itu, Ayah juga menambahkan dengan mengutip QS. Ibrahim ayat 7, salah satu kunci kemakmuran saudara-saudara Tionghoa ini, adalah kegemarannya bersedekah kepada sesama sebagai bentuk syukur atas nikmat yang diberikan oleh-Nya.
Saat umat Muslim maupun Nasrani akan menyambut hari besarnya, tidak segan mereka mengirim bingkisan-bingkisan hari raya. Lalu menyediakan spanduk ucapan selamat khusus di Pekongnya. Atau juga saat mereka akan merayakan hari keagamaannya, mereka juga tidak lupa berbagi kepada sesamanya tanpa memandang ras dan agama. Salah satu bingkisan Imlek yang paling kami tunggu, bagi saya saat itu adalah kue keranjangnya. Karena kue ini hanya ada pada saat hari raya Imlek tiba.
Saling Memberi Hadiah
Almarhum Ayah tidak pernah menolak pemberian hadiah yang mereka berikan tersebut. Toh Kanjeng Nabi juga tidak melarang menerima dan memberi hadiah dari saudara Non Muslim sebagai bentuk persaudaraan dan kasih sayang (lihat HR. Bukhari No 481 dan QS Al-Mumtahanah: 8). Ayah tidak ragu tentang status halal-haramnya untuk ia makan. Karena sebagian besar produksi Kue keranjang dilakukan oleh saudara-saudara Muslim.
Bahkan di Sukabumi, sebagaimana CNN Indonesia beritakan pada 11 Januari 2023, saudara Muslim di sana merupakan produsen Kue Keranjang yang mendistribusikan produknya ke berbagai kota di Indonesia. Tidak hanya Kue Keranjang, Barongsai juga banyak diproduksi oleh saudara Muslim. Bahkan di Kalimantan Barat, tidak sedikit para pemainnya juga masyarakat Muslim setempat. Keharmonisan hubungan dan perputaran ekonomi rakyat ini merupakan hal yang harus kita jaga bersama. Hal ini tidak lain demi pelestarian persatuan dan perdamaian NKRI dalam mewujudkan perdamaian dunia.
Kita semua tidak akan sama dalam identitas agama yang kita anut. Namun dalam hal-hal kemanusiaan, kita semua harus bekerjasama secara berkesinambungan. Tujuannya agar kehidupan yang terjalin adalah kehidupan yang saling menyelamatkan. Demikianlah visi-misi agama Tuhan turunkan kepada manusia. Gong Xi Fa Cai. (bebarengan)