• Login
  • Register
Kamis, 22 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Teladan Cinta Para Pemimpin Kita

Rijal Mumazziq Z. Rijal Mumazziq Z.
02/06/2019
in Keluarga
0
teladan cinta para pemimpin

teladan cinta para pemimpin

25
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Teladan cinta para pemimpin kita diperlihatkan oleh Pak SBY, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur, dan Pak Taufik Kiemas. Bu Ani Yudhoyono itu kayak Hema Malini: mudanya cantik, tuanya juga. Beruntung pula dapat Pak SBY. Cakep, dari keluarga sederhana, tapi cemerlang. Prajurit muda berprestasi peraih Adhimakayasa. Jangan heran kalau Pak Jendral Sarwo Edhi Wibowo tertarik menjadikannya menantu.

Selain pasangan ini, yang fotonya terlihat dramatis-romantis di usia senjanya, kita pantas bersyukur punya banyak presiden yang setia pada satu pasangannya. Falsafah Garwa alias sigare nyawa, separuh nyawa, agaknya menjadikan kisah cinta para pemimpin kita begitu elok.

Konon, dalam mitologi Jawa, Pak Harto kariernya melesat cepat dan awet di tahtanya karena punya jimat seorang istri bernama Bu Tien, priyayi keturunan Surakarta. Karena trah Mataram ini pula, Pak Harto dipercaya bisa memegang pulung kekuasaan de facto leluhur istrinya. Mitologi ini kukuh bersemayam karena dalam kurun dua dasawarsa berkuasa, Pak Harto dikelilingi jenderal Jawa dan pembisik mistik ala Kejawen seperti Pak Sujono Humardani. Dalam kepercayaan ini, ketika Bu Tien wafat, 1996, hilang pula pulung keberuntungan suaminya. Benar atau tidak, Wallahu A’lam. Tapi, sepeninggal Bu Tien, Pak Harto mulai limbung. Tampak rapuh. Seolah kehilangan penguat dan pengolah jiwanya.

Dari Pak Habibie, kita tahu Bu Ainun adalah separuh jiwanya. Bukan hanya dari Novel dan film Habibie-Ainun kita belajar tentang cinta, kesetiaan, dan saling menguatkan, antara sepasang suami-istri, melainkan dari kehidupan Pak Habibie sendiri. Rutinitas perziarahan yang dijalani si jenius itu ke makam istrinya, tidak bisa dimaknai hanya kunjungan fisik belaka. Itu adalah ritus kerinduan dua jiwa. Satu di alam nyata. Satu lagi di alam baka.

Dari Gus Dur kita juga belajar. Orang ini tidak bakal menjadi ulama-negarawan, kecuali karena didampingi perempuan hebat, Ny. Shinta Nuriyah. Masa muda Gus Dur hingga kematangannya, adalah fase terberat mewujudkan berbagai gagasan dan konsep gerakan. Gus Dur adalah avonturir kehidupan. Pengelana. Pengembara sekaligus penggerak. Sering berminggu-minggu keluar rumah, mengunjungi orang, di sana-sini, menularkan gagasannya. Alih-alih pulang membawa uang banyak, Gus Dur seringkali malah tongpes. Karena uang yang beliau terima langsung dibagikan ke nahdliyyin, atau untuk membantu pembangunan pondok di sana-sini. Dalam keterbatasan, Gus Dur menafkahi keluarganya dengan menulis. Halal dan baik. Padahal, kalau mau dia bisa menjual nama besar kakek dan ayahnya. Tapi itu tak dilakukan. Beliau makan dari kerja kepenulisannya. Dapat fulus dari ngisi seminar, ditaruh di laci mejanya di PBNU, lantas dibagikan ke para peminta sumbangan: masjid, madrasah, suami yang sambat miskin, ayah yang mengeluh butuh biaya berobat istru, remaja yang lagi butuh duit buat sekolah, dan pengeluh-pengeluh lain. Honor yang dikumpulkan ini beliau kirim melalui wesel. Dengan tangannya sendiri menulis alamat penerima, lantas meminta Sulaiman, ajudannya, ke kantor pos.

Baca Juga:

KB dalam Pandangan Fiqh

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

Hadits-hadits yang Membolehkan Azl

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

Beruntung beliau punya Bu Shinta yang bukan hanya setia, melainkan sanggup mendampingi Gus Dur di masa-masa sulit. Kebesaran Gus Dur, menurut saya bukan karena kakek dan ayahnya, tapi karena dukungan Nyai Sholihah, ibundanya yang hebat, dan Ny. Shinta Nuriyah, istrinya yang tak kalah hebat.

Dari Bu Megawati, kita belajar, orang ini beruntung punya pendamping bernama Pak Taufiq Kiemas. Keduanya saling menguatkan ketika direpresi Orde Baru. Keduanya sering bertukar ide saat Bu Megawati menjadi RI-1. Nggak heran jika sebagian orang bilang, Pak Taufiq Kiemas-lah yang menjadi think-tank nya Bu Mega. Dalam beberapa komunikasi politik yang macet, Pak Taufiq yang sering menjadi komunikator. Dan, setelah suaminya wafat, harus diakui, Bu Mega tak sevisioner dulu, khususnya dalam berbagai topik pidatonya. Dari sini sudah tahu kan, betapa penting berbagi pikiran antara suami istri. Keduanya setara dalam menggunakan akal pikiranya. Setara dalam mendayagunakan pendapatnya. Sama dalam hal mengutarakan usulnya.

Tak usah heran pula kalau beberapa orang bilang, Bu Ani Yudhoyono adalah pelobi handal.  Ikut dalam diskusi politik bersama suaminya. Sujiwo Tejo, Presiden Jancukers itu, pernah menyindir sambil memuji, kunci pemerintah SBY itu ada di tangan ibu negara. Ini kritikan sekaligus pengakuan jika Pak SBY juga memberi ruang pertimbangan bagi istrinya.

Saya suka foto-foto Pak SBY bersama Bu Ani di usia muda. Cakep dan cantik, tentu saja. Posenya ceria. Tapi saya lebih suka foto beliau berdua di usia senja, ketika Pak SBY merawat Bu Ani yang sakit. Foto sepasang anak manusia yang melewati suka duka bersama selama puluhan tahun, dan saling mencintai dan menguatkan ketika salah satunya melemah. Foto yang keren. Seorang jenderal bintang empat, politisi ulung, pemimpin partai, presiden RI-6, mendampingi dan merawat belahan jiwanya dengan sabar dan penuh cinta.

Silahkan menangis jenderal. Menangislah. Itu tangisan yang tulus. Air mata jiwa untuk sang kekasih. Belahan jiwamu. Cinta sejatimu. Engkau tidak akan pernah menjadi seperti ini, jenderal, kecuali atas dukungan, peran serta dan kesetiaan istrimu.

Turut berbelasungkawa atas wafatnya Ny. Hj. Kristiani Herrawati Yudhoyono. Semoga almarhumah Khusnul khatimah, diampuni dosanya, diterima amal ibadahnya, serta segala kebaikannya untuk Indonesia dicatat sebagai amal jariyah. Amin ya rabbal alamin

Rijal Mumazziq Z.

Rijal Mumazziq Z.

Rektor Institut Agama Islam Al Falah Assuniyyah Kencong Jember Jawa Timur

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Mengirim Anak ke Barak Militer

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

10 Mei 2025
Menjaga Kehamilan

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

8 Mei 2025
Ibu Hamil

Perhatian Islam kepada Ibu Hamil dan Menyusui

2 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pengepungan di Bukit Duri

    Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB dalam Pandangan Fiqh
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl
  • Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan
  • Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version