Penulis buku The Danish Way of Parenting adalah pasangan suami-istri, yaitu Jessica yang merupakan orang Amerika dan Iben seorang Denmark. Gaya pengasuhan Amerika dan Denmark tentu sangat berbeda. Buku ini hanya 180 halaman tapi bisa memberikan banyak sekali pencerahan bagi saya. Karena saya belum menjadi Ibu, maka saya merefleksikan gaya pengasuhan Denmark ini pada gaya pengasuhan orang tua saya.
Tahun ini, Denmark menempati posisi kedua sebagai negara paling bahagia di dunia dan sudah berpuluh tahun menempati posisi 10 teratas. Menurut World Happiness Report (PBB), tolak ukur penilaian ada 8 faktor yaitu pendapatan per kapita, kesehatan masyarakat, dukungan sosial, kebebasan memilih, kedermawanan, level korupsi, tingkat kepercayaan dan pengaruh negatif seperti kekhawatiran, kesedihan atau kemarahan.
Dengan gaya pengasuhan Denmark, maka anak-anak menjadi tangguh, stabil emosinya, dan dari anak bahagia ini menjadi orang dewasa yang kukuh emosinya lalu mereka mengulang gaya pengasuhan ini secara turun temurun. Secara tertulis, tidak dijelaskan bagaimana gaya pengasuhan orang-orang Denmark karena itu termasuk dalam kebudayaan Denmark yang diwariskan. Dengan 13 tahun pengalaman, riset, kajian dan fakta yang mendukung terciptanya teori dalam buku ini yang dapat kita adopsi.
“Happy kids grow up to be happy adults who raise happy kids, and soon”
Kebanyakan pembawaan alami kita seperti kebiasaan, pemikiran dan sifat, merupakan turunan dari orang tua. Mari merefleksikan diri mengamati gaya pengasuhan orang tua kita. Saya yakin tidak ada gaya pengasuhan yang paling benar, tapi kita bisa belajar lebih baik dari pengasuhan orang tua kita dan gaya pengasuhan Denmark ini.
Gaya pengasuhan Denmark ini ada enam pokok yang disingkat menjadi PARENT, yaitu Play (bermain), Authenticity (autentisitas), Reframing (memaknai ulang), empathy (empati), No ultimatum (tanpa ultimatum), dan Togetherness (kebersamaan). Metode ini yang telah dilakukan oleh orang-orang Denmark lebih dari 40 tahun.
“Bermain mengajari mereka ketangguhan. Dan, ketangguhan sudah terbukti menjadi satu dari faktor paling penting dalam memprediksi kesuksesan pada orang dewasa.” (hal 12)
Play. Bagi orang Denmark, membiarkan anak-anak bermain bebas sangatlah penting dalam perkembangan anak. Anak-anak dan bermain adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Anak-anak di Denmark yang berusia dibawah 10 tahun ketika selesai sekolah pukul 2 siang memiliki pilihan untuk pergi ke skolefritidsordning (free time school) sepanjang hari untuk bermain.
Orangtua Denmark menganut konsep proximal development (perkembangan optimal). Anak diberikan ruang dalam jumlah yang tepat untuk belajar dan tumbuh dalam zona dan jumlah bantuan yang tepat. Dalam bermain, anak belajar fight-to-flight yang mengaktifkan jalur neurokimia yang sama dengan stres. Semakin banyak anak bermain maka semakin baik keterampilan sosial dan kemampuan beraptasinya.
Authenticity. Bagi orang Denmark, kenyataan dimulai dari pemahaman emosi diri sendiri. Anak-anak diajari untuk mengenali dan menerima perasaannya secara jujur dan terbuka, baik yang negatif ataupun positif. Hal ini membantu mereka untuk mengenali batas mereka dan menghormatinya. Orang tua memvalidasi perasaan anak saat dia marah, tidak melarang anak untuk sedih, dan seterusnya. Sehingga memudahkan anak untuk mengatur strategi bagi permasalahannya.
“Menipu diri sendiri adalah penipuan yang paling buruk dan ini adalah pesan berbahaya yang terkirim ke anak-anak kita” (hal 35).
Autentisitas ini akan mencari kebenaran ke dalam hati dan insting yang bisa diandalkan. Anak-anak menjadi tidak memerlukan sesuatu di luar diri mereka untuk menjadi bahagia karena mereka memiliki kebahagiaan internal.
Reframing. Pemaknaan ulang terhadap sesuatu didapat dari cara berpikir optimis realistis. Pemaknaan ulang tidak hanya mengubah otak secara kimiawi, tapi juga membantu untuk menginterpretasikan kesakitan, ketakutan, kecemasan, dan sebagainya. Dengan memaknai ulang sesuatu yang negatif, mereka dapat menemukan sisi yang lebih terang untuk modifikasi perilaku.
“Dengan memaknai ulang apa yang kita katakan menjadi sesuatu yang lebih suportif dan lebih tidak definitif, kita sesungguhnya mengubah cara dalam merasakan sesuatu” (hal 57)
Empathy. Biasanya, saat merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan seperti kecemasan, kita terbiasa untuk mematikan rasa itu untuk merasa baik-baik saja. Ini seperti menyembuhkan luka dengan plester, bukan menyembuhkan tapi hanya menyembunyikan luka.
“Peduli pada kebahagiaan orang lain selalu penting untuk menciptakan kebahagiaan mereka sendiri” (hal 80)
Anak yang terus menerus diberi tahu bagaimana seharusnya merasakan dan bertindak, tidak akan berkembang seperti anak yang bisa mengenali emosinya dan diperbolehkan menunjukkan emosinya secara penuh. Empati adalah kekuatan yang berharga yang membantu anak-anak untuk bertahan dalam kelompok. Empati terletak di sistem limbik otak yang mengontrol ingatan, emosi, dan insting.
No ultimatum. Inti tanpa ultimatum adalah menawarkan jalan keluar pada anak saat mengalami masalah. Jadi, saat anak melakukan hal berbahaya dan melakukan kesalahan, orang tua Denmark tidak langsung berteriak melarang, memarahi dan menghukum secara fisik. Saat anak menolak melakukan sesuatu yang baik, maka orang tua akan bertanya apa pentingnya melakukan itu dan apa risikonya. Sehingga anak akan dengan sukarela melakukannya sebagai kebiasaan nantinya.
“Cobalah untuk tetap selaras pada nilai Anda tanpa memukul atau membentak, dan selalu membentuk garis depan yang kuat pada apa yang dilakukan atau tidak ingin Anda lakukan pada anak” (hal 115)
Togetherness and Hygge (kenyamanan). Hygge adalah gaya hidup orang Denmark, yaitu kebersamaan mengabiskan waktu santai dengan keluarga dan teman-teman. Dengan ini maka mereka merasa terhubung dengan yang lain dan memberikan sebuah arti dan tujuan secara personal. Waktu yang berkualitas ini melahirkan kesejahteraan dan kualitas kebahagiaan.
“Anak-anak diajarkan untuk mencari kekuatan dan kelemahan orang lain juga melihat bagaimana mereka bisa membantu orang” (hal 127)
Dengan memahami kekuatan dan kelemahan orang lain dan diri sendiri membuat anak-anak memiliki kepedulian pada orang lain. Karena itu orang Denmark terkenal dengan mudah diajak bekerja sama dan menyenangkan karena merupakan anggota tim yang hebat. Jadi, apa rahasia orang Denmark sangat bahagia? Jawabannya adalah gaya pengasuhan Denmark ini. []