Mubadalah.id – Beberapa hari yang lalu, saya diajak oleh pasangan suami istri untuk silaturrahmi ke pesantren. Karena hari Sabtu jadi saya juga mengajak dua anak saya, yang besar, usia 6 tahun, perempuan. Sebelum berangkat, anak perempuan saya mempersiapkan kerudung untuk ia bawa. Dia melihat lazimnya orang-orang di Pesantren, di mana perempuan menggunakan kerudung atau jilbab. “Bu, Kakak bawa kerudung ya! Saya mengiyakan, “senyamannya Kakak saja”.
Sesampainya di Pesantren, entah kenapa tiba-tiba anak perempuan saya berkata, “Bu, kalau perempuan muslim nggak papa kan nggak pakai jilbab?” Lalu saya jawab, “iya nggak papa, senyamannya saja, jilbab itu bukan wajib kok.” Anak saya mengangguk, tidak berapa lama dia melepaskan jilbabnya, sepertinya karena suasana panas dan gerah, atau mungkin ada alasan lain.
Saya dan suami memang sepakat tidak akan memaksa anak perempuan kami berjilbab atau tidak memakai jilbab, biarlah itu menjadi keputusannya. Kami sedih sekali ketika membaca berita, salah seorang guru di Lamongan melakukan kekerasan kepada puluhan siswa perempuannya dengan cara membotaki rambut mereka. Salah satunya karena siswa perempuannya tidak menggunakan ciput (adalah penutup kepala sederhana yang biasanya kita gunakan sebagai dalaman kerudung).
Diskriminasi Pemaksaan Pemakaian Jilbab
Selain itu juga banyak kasus diskriminasi lainnya perkara pemaksaan pemakaian jilbab, yang dialami oleh salah satu siswa di Cikampek. Padahal orang tua dari siswa tersebut menganut penghayat kepercayaan, tetapi pihak sekolah memaksa siswa perempuan tersebut memakai jilbab.
Tidak sampai di situ, teman-teman sekolahnya banyak melakukan perundungan. Bukan pembelaan dan pemihakan yang didapat oleh korban dan keluarga. Siswa perempuan korban perundungan tersebut dipaksa untuk pindah sekolah.
Tentu saja ini menimbulkan masalah baru bagi korban dan keluarganya. Korban harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Ayahnya terpaksa harus keluar dari pekerjaannya dan tentu tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan baru yang sesuai dan laik.
Berkaitan dengan pemaksaan penggunaan jilbab ini terjadi di mana-mana di negeri Indonesia, yang sudah jelas warga negaranya adalah terdiri dari beragam suku, gender, agama dan keyakinan. Tetapi jilbabisasi terus terjadi di mana-mana.
Bahkan banyak orang muslim yang memiliki pandangan bahwa perempuan muslim akan kita anggap lebih salehah ketika menggunakan jilbab. Kalimat, “kamu cantik, lebih cantik lagi pakai jilbab”, atau “kamu cantik, sayang belum pakai jilbab”, seolah jilbab adalah standar kecantikan perempuan muslim.
Jilbab sebagai Mode
KH Quraish Shihab dalam wawancaranya dengan Najwa Shihab yang banyak bertebaran di sosial media, menyampaikan bahwa,
“jilbab itu sebelum revolusi Iran, Kiai besar kita, Kiai Hasyim Asyari, sampai kepada tokoh Muhammadiyah, istri mereka, anak mereka tidak memakai jilbab sebagaimana orang dewasa kini memakai jilbab. Ada 3 kemungkinan, mereka tidak pakai jilbab karena wajib, apa mereka nggak tahu jilbab itu wajib, atau justru itu salah satu alternatif. Kecuali dia takut sama anaknya, takut sama istrinya, ini tidak mungkin. Sebagian besar menggunakan jilbab sebagai mode bukan sebagai tuntunan agama. Abi jauh lebih menghormati seorang wanita yang memakai kebaya, pakai kerudung atau buka kerudungnya, tetapi bersikap hormat, salat pada waktunya, akhlaknya.”
Karena memang ada pendapat bermacam-macam tentang aurat, memang ada perintah dalam al-Qur’an. Tetapi tidak semua perintah al-Qur’an bersifat wajib. Dan banyak ulama yang memiliki perbedaan pendapat. Utamanya adalah memakai jilbab karena kesadaran.
Kembali ke tentang anak perempuan saya, di mana saya ingin anak perempuan saya memilih sendiri apakah akan memakai jilbab/kerudung atau nggak. Pun ketika memilih jilbab, anak perempuan saya tidak akan memandang rendah perempuan lain yanng tidak memakai jilbab.
Saya ingin anak perempuan saya terbiasa berpikir adil sejak dalam pikiran, bahwa jika kita ingin dihargai oleh orang lain. Begitupun orang lain tentu sama ingin dihargai oleh kita. Anakku jilbabmu adalah pilihanmu, begitu juga orang lain, biarkan mereka memilih memakai jilbab atau tidak. []