Implementasi kongkrit dari visi dan misi kasih sayang Islam yang sudah ditegaskan pada seri nabiyyurrahmah#1, adalah menebar kedamaian kepada sebanyak mungkin orang. Bahkan semua manusia, tanpa sekat kelompok, golongan, etnis, jenis kelamin, suku bangsa, maupun agama.
Dalam hadits Abdullah bin Amr ra, Nabi Muhammad Saw menegaskan bahwa sebaik-baik praktik berislam adalah memberi makan kepada orang lain dan mengucapkan salam kepada semua orang, baik sudah yang dikenal, maupun yang belum dikenal (Sahih Bukhari, no. hadis: 28).
Ucapan salam adalah kalimat singkat yang biasa diucapkan umat Islam, sesama mereka. Yaitu kalimat assalamu’alaikum, atau lengkapnya assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Artinya: salam sejahtera bagi kalian semua, kasih sayang Allah dan juga keberkahan-Nya. Dus, jika melihat maknanya, ucapan salam adalah pembuka pertemuan dengan kata-kata yang meneduhkan dan menenangkan.
Secara bahasa, kata “salam” juga berarti perdamaian. Membaca salam kepada orang yang dikenal dan yang tidak dikenal, juga berarti secara simbolik perintah untuk menebar kedamaian kepada semua orang di dunia ini. Baik dari kelompok sendiri yang kita kenal, maupun dari kelompok, kaum, atau bangsa lain yang tidak kita kenal.
Kondisi damai adalah pra-syarat masyarakat bisa saling mencintai dan menyayangi satu sama lain. Ketika konflik, apalagi perang, tidak mungkin tumbuh cinta dan kasih sayang antara dua pihak yang berseteru. Sementara saling cinta dan saling kasih adalah pra-syarat keimanan yang paripurna. Dan keimanan yang paripurna, pada akhirnya, adalah tiket bagi masuk surga.
Hal demikian ini ditegaskan hadis Nabi Muhammad Saw yang diriwayat Abu Hurairah ra. Nabi Saw bersabda:
“Kalian semua tidak akan masuk surga kecuali jika kalian beriman. Kalian tidak akan beriman kecuali jika kalian saling mencintati satu sama lain. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan akan memudahkan kalian untuk saling mencintai satu sama lain? Tebarkanlah perdamaian di antara kalian” (Sahih Muslim, no. 203).
Jika merujuk ayat rahmatan lil alamin (al-Anbiya, 107), yang sudah disebut sebelumnya, maka perintah menebar kedamaian juga berlaku untuk semua orang, bahkan semesta alam. Hal ini juga ditegaskan pada hadis sebelumnya, riwayat Abu Hurairah pada seri #1. Dimana Nabi Saw menyapa seluruh umat manusia, tidak hanya satu kelompok semata, tentang visi dan misi kasih sayang beliau.
Artinya, sebagai bagian dari visi dan misi kasih sayang, inisiatif dan kerja-kerja menebar perdamaian seharusnya diciptakan untuk semua manusia di dunia ini, tidak hanya antar satu golongan semata. Melainkan semua manusia. Sama persis dengan pernyataan Nabi Saw mengenai pentingnya saling mencintai, tidak hanya sesama saudara muslim, tetapi sesama manusia semuanya (Musnad Ahmad, no. hadis: 14083). Inisiatif dan praktik seperti ini, yang pada hadis seri berikutnya, disebut sebagai “kerahmatan umum” untuk semua manusia.
Jika pikiran, sikap dan perilaku kita lebih mengedepankan pertemuan dan perdamaian, dibanding perpecahan, konflik, dan peperangan, baik dalam komunitas kecil, dalam keluarga, masyarakat desa, dan negara, maupun lebih besar lagi dunia, baik sesama muslim maupun seluruh umat manusia, maka peradaban dunia ke depan akan tercipta lebih baik, dan kita umat Islam akan lebih berhak atas peradaban tersebut. Wallaahu al-musta’aan.
Baca artikel selanjutnya: seri nabiyyurrahmah #3