• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Jihad Ilmu Sebagai Bentuk “Resolusi” Konflik Israel-Palestina

Warga Palestina yang mayoritas orang Arab merespon kedatangan orang-orang Yahudi di Palestina dengan perlawanan.

Nabila Hanun Nabila Hanun
03/11/2023
in Publik
0
Israel-Palestina

Israel-Palestina

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perhatian dunia saat ini sedang tertuju pada perang antara Israel-Palestina sejak Hamas meluncurkan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Meskipun PBB telah menyerukan gencatan senjata , namun informasi terakhir menyebutkan bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak hal tersebut.

Cikal-Bakal Konflik Israel-Palestina

Konflik yang terjadi antara Israel-Palestina tersebut telah terjadi sejak lama sekali, tepatnya bermula saat Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur Belfour, yang menyurati seorang tokoh komunitas Yahudi Inggris, Lionel Walter Rothschild pada 2 November 1917. Jadi, konflik ini telah berlangsung selama lebih dari 100 tahun.

Menurut laman CNBC Indonesia, surat tersebut kurang lebih meminta Pemerintah Inggris untuk membantu orang Yahudi “kembali ke tanah yang dijanjikan serta mendirikan negara” di Palestina. Surat inilah kemudian menjadi awal mula Deklarasi Balfour.

Setelah deklarasi ini turun, Mandat Inggris terbentuk pada tahun 1923 dan berlangsung hingga 1948. Selama periode ini, terjadi gelombang migrasi Yahudi besar-besaran ke Palestina, dan kian meningkat pasca gerakan Nazi di Eropa.

Warga Palestina yang mayoritas orang Arab merespon kedatangan orang-orang Yahudi di Palestina dengan perlawanan. Mereka mengkhawatirkan adanya perubahan demografi wilayah mereka. Tahun-tahun berikutnya banyak terjadi  pemberontakan, konflik, kekerasan, dan sebagainya.

Baca Juga:

Aborsi dalam Pandangan Agama Yahudi

Runtuhnya Rezim Bashar al-Assad dan Harapan Baru untuk Suriah

Api di Gaza: Rumah Sakit Indonesia Terbakar, Kemanusiaan Dihancurkan

Amina J. Mohammed: Membangun Dunia yang Lebih Setara Melalui Diplomasi dan Kebijakan Internasional

Salah satunya ialah Pemberontakan Arab pada tahun 1936 hingga 1939. Pemberontakan ini telah menyebabkan kerusakan yang masif dimana desa-desa di Palestina hancur, dan militer Inggris telah melakukan pembunuhan massal terhadap warga sipil.

Bersama dengan hal tersebut, Inggris bekerja sama dengan komunitas pemukim Yahudi yaitu Yishuv dan membentuk pasukan bersama. Hasil dari kerja sama ini adalah Inggris dan Yahudi mengimpor  senjata secara diam-diam dan mendirikan pabrik senjata untuk memperluas paramiliter Yahudi. Akibatnya, selama 3 tahun berikutnya 5.000 warga Palestina terbunuh, 15.000 hingga 20.000 terluka, dan 5.600 orang ditahan.

Respon PBB

Jumlah populasi Yahudi di Palestina terus bertambah, namun lahan yang mereka miliki tidak mencukupi. Hingga pada tahun 1947, PBB mengeluarkan Resolusi 181 atau United Nations Partition Plan for Palestine –yang membagi wilayah Palestina menjadi dua untuk orang-orang Arab dan Yahudi.

Rincian pembagian wilayah ini ialah 55% untuk orang Yahudi dan 45% untuk orang Arab. Tentu saja ini adalah perampokan besar-besaran karena pada masa itu warga Palestina telah memiliki 94% wilayah bersejarah.

Semenjak resolusi ini dibuat, orang-orang Yahudi tidak pernah mengikuti peraturan yang telah dibuat dan terus menduduki paksa wilayah Palestina. Hingga pada akhirnya wilayah Palestina hanya di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Keadaan Saat Ini

Terhitung sudah 25 hari perang antara Israel dan Palestina berlangsung. Korban tewas mencapai 8.525 orang, dan korban anak-anak mencapai 3.500 jiwa. Tidak berhenti di situ, Israel telah melakukan deretan kejahatan perang lainnya yang mengerikan. Seperti yang baru-baru ini Israel lakukan ialah membumihanguskan kamp pengungsi terbesar di Jabaila, Gaza Utara.

Seruan gencatan senjata malah membuat Netanyahu semakin beringas. Ia bersikeras bahwa Israel sedang berperang dengan Hamas. Namun, nyatanya yang menghancurkan  seluruh Palestina. Terlebih, mayoritas korban yang meninggal ialah anak-anak –penyambung generasi Palestina di masa depan.

Lantas, apa yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat awam untuk membantu Palestina? Jawabannya ialah dengan jihad menuntut ilmu. Bagi yang belum tahu, menuntut ilmu terhitung sebagai jihad.

Maksud dari jihad ini adalah dengan tidak berhenti menyuarakan dan memberikan edukasi terhadap masyarakat terkait genosida yang sedang terjadi di Palestina. Tidak perlu untuk berperang secara langsung jika keadaan tidak memungkinkan, namun dengan berbagi pengetahuan tentang hal ini bukan tidak mungkin akan mengubah keadaan di masa depan.

Sebagaimana Rasulullah yang telah mencontohkan jihad ilmu dan menyerukan bahwa menuntut ilmu hukumnya adalah wajib. Dengan begitu, Palestina akhirnya dapat merasakan kemerdekaan dan merebut kembali apa yang menjadi miliknya sejak dahulu. []

Tags: InggrisIsrael-PalestinaJalur GazaPBBPolitik GlobalYahudi
Nabila Hanun

Nabila Hanun

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version