• Login
  • Register
Jumat, 18 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Trauma Bonding : Sudah Disakiti Berulang Kali tapi Tetap Kembali

Sering kali pelaku bersikap playing victim selalu merasa menjadi korban, dan menganggap semua yang dia lakukan adalah baik serta benar

Laela Azka Laela Azka
04/01/2024
in Personal
0
Trauma Bonding

Trauma Bonding

861
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pernahkah kamu mendengar istilah trauma bonding? Mungkin kamu juga pernah mendengar cerita temanmu atau bahkan kamu merasakannya sendiri. Di mana seseorang menjalani hubungan yang toxic, disakiti berulang kali tapi tetap memilih kembali bahkan membela pasangan.

Mengenal Apa Itu Trauma Bonding

Menurut ilmu psikologi, trauma bonding adalah ikatan emotional yang terjalin antara pelaku toxic atau abusive dengan korbannya. Hal ini terjadi karena adanya simpati, empati, kasing sayang bahkan rasionalisasi atau mewajarkan dan menormalisasi sikapnya.

Ketika korban berada “di luar” hubungan tersebut, ia akan mengatakan dengan sadar bahwa sangatlah bodoh untuk menjalani hubungan yang demikian. Namun, tidak ketika ia sedang menjalaninya. Karena beberapa alasan di atas, membuat korban tetap bertahan dengan semua perilaku abusive pasangannya.

Korban mengatakan beberapa pembenaran untuk membela pasangannya: itu adalah bentuk kasih sayangnya, kasihan karena ia juga kurang kasing sayang dari orang tuanya, tidak apa-apa dia begitu karena salah saya, mungkin dia lagi stress aja kok. Dan perkataan lain untuk membenarkan sikap abusive korban.

Beberapa kasus yang umum terjadi dan sering kita jumpai: sulit melepaskan diri dari hubungan yang “toxic”, berkali-kali disakiti tapi kemudian “rujuk kembali”. Sudah diingatkan dan mendapat peringatan tetapi selalu memberikan pembelaan, alasan, dan penjelasan, tetap bertahan bahkan ketika mendapat kekerasan sekalipun.

Baca Juga:

Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Waspada pada Tanda-tanda Pasanganmu adalah Pelaku Trauma Bonding

Tanda-tanda perilaku abusive pasangan yang harus kita waspadai: Pasangan dengan Narsistik berlebihan yaitu suka memuji dan merendahkan kamu di depan orang lain. Mudah sekali tersulut amarah, meledak-ledak, menyalahkan, hingga menyinggung orang lain. Menunjukan perilaku Gaslighting dan Guild Trip memanipulasi korban dengan perasaan bersalah untuk membela diri.

Sering kali pelaku juga bersikap Playing Victim selalu merasa menjadi korban dan menganggap semua yang dia lakukan adalah baik dan benar. Jika kamu melihat tanda-tanda ini dalam pasanganmu, tetapi kamu tetap bertahan dengannya. Artinya kamu sedang mengalami trauma bonding.

Ketika kamu sadar dalam posisi ini cobalah untuk melepaskan diri dari trauma bonding dan toxic relationship. Hal yang bisa kamu lakukan adalah: Self-Awareness melakukan evaluasi terhadap hubungan yang kamu jalani. Fix your self image memperbaiki citra diri kamu yang mungkin sudah terluka dan menjadikan diri kamu lebih berharga.

Finding Purpose atau menemukan arah hidup dan tujuan yang baik. Apakah selama ini hubungan yang kamu jalani mengarah pada tujuan yang baik? Dan kamu juga butuh Support sytem adalah seseorang yang mampu melihat hubunganmu secara rasional. Ceritakan tentang hubunganmu kepada orang yang kamu percaya.

Sebuah hubungan yang buruk itu bagaikan berdiri di atas pecahan kaca. Jika kamu tetap berada di atasnya kamu akan terus terluka, dan jika kamu memilih berjalan meninggalkannya kamu akan lebih terluka tetapi pada akhirnya akan sembuh.

Oleh karena itu, betapa pentingnya mencari pasangan yang cintanya setara dan memahami konsep kesalingan. Tidak ada salah satu dari dua orang dalam suatu hubungan yang mendominasi. Keduanya berjalan bersama.

Pelaku dalam konteks ini tidak selamanya laki-laki. Dan korban yang mengalami trauma bonding juga bukan hanya perempuan. Keduanya bisa saja menjadi pelaku atau korban.

Kamu Punya Pilihan dan Kamu Berhak bahagia

Jika kamu adalah salah satu korban trauma bonding, tolong segera lakukan pencegahan dengan beberapa cara di atas. Jika kamu merasa sudah terlalu sulit untuk sembuh, lakukan konsultasi dengan orang yang ahli di bidangnya. Karena bagaimanapun kondisimu, kamu punya pilihan atas hidupmu sendiri dan tidak menggantungkan kebahagiaan kepada orang lain.

Jangan sampai kamu menganiaya batin dan fisikmu untuk seseorang yang tidak menghargaimu. Buatlah dirimu berharga, lakukan hal-hal menyenangkan yang kamu mau, dan hiduplah dengan bahagia. []

 

Tags: Kesehatan MentalPsikiaterpsikologiSelf LoveTrauma Bonding
Laela Azka

Laela Azka

Tidak suka membaca apalagi menulis. Tapi katanya hal baik itu harus "dipaksa, terbiasa, dan akhirnya bisa"

Terkait Posts

Kehamilan Perempuan

Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

18 Juli 2025
eldest daughter syndrome

Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

17 Juli 2025
Love Bombing

Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

16 Juli 2025
Disiplin

Ketika Disiplin Menyelamatkan Impian

15 Juli 2025
Inklusivitas

Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku

15 Juli 2025
Kesalingan

Kala Kesalingan Mulai Memudar

13 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sirkus

    Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mu’adzah Al-Adawiyah: Guru Spiritual Para Sufi di Basrah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Disabilitas dan Kemiskinan adalah Siklus Setan, Kok Bisa? 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?
  • Mengantar Anak Sekolah: Selembar Aturan atau Kesadaran?
  • Belajar Mencintai Tuhan dari Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman
  • Mu’adzah Al-Adawiyah: Guru Spiritual Para Sufi di Basrah

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID