Mubadalah.id – Perihal mendidik sudah tentu menjadi tugas orang tua. Banyak orang tua yang mengatakan bahwa mendidik anak tidak semudah yang kita katakan. Dalam proses pendidikan atau pengasuhan orang tua perlu mempertimbangkan banyak hal. Terutama proses pendidikan yang dilakukan harus kita sesuaikan dengan kondisi, usia, tahap perkembangan, dan lainnya.
Dalam sebuah buku Parenting Berbasis Pendidikan Karakter (Konsep, Program, dan Evaluasi) yang ditulis oleh Prof. Dr. Hj. Warni Djuwita, M.Pd mengatakan bahwa ada beberapa hal yang harus para orang tua hindari ketika mendidik anak. Hal-hal yang harus dihindari ini saya rangkum menjadi 6 bagian agar memudahkan pembaca untuk memahaminya.
Pertama, Terlalu Banyak Larangan
Anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Mereka ingin mencoba banyak hal baru dalam hidupnya serta memiliki inisiatif untuk melalukan sesuatu. Akan tetapi, orang tua seringkali merasa khawatir dengan kondisi anak dan langsung mengambil jalan pintas dengan cara melarang anak melakukan sesuatu.
Misalnya nih, anak ingin bermain dengan teman sebayanya. Tapi orang tua melarang lantaran takut jika anak berkelahi atau disakiti oleh temannya. Atau bahkan orang tua melarang anak mengambil piring lantaran takut piring tersebut jatuh dan pecah sehingga melukai anak.
Tanpa orang tua sadari menganggap semua hal ini sepele. Padahal kekhawatiran yang berlebihan justru dapat menghambat perkembangan anak. Terlalu banyak larangan juga dapat menyebabkan anak kurang berinisitaif untuk bertindak. Secara tidak langsung, orang tua mendidik anak untuk tidak peduli dengan apa yang ada di sekitarnya.
Kedua, Mengambil Alih Tugas Anak
Ketidaksabaran orang tua dalam mendidik dan keinginan untuk selalu mencari aman membuat orang tua jarang. Bahkan tidak pernah memberikan tugas kepada anak atau bahkan mengambil alih tugas anak yang diberikan oleh gurunya atau orang lain.
Misalkan, pada usia 4-6 tahun anak-anak sudah dapat merapikan mainannya sendiri. Namun orang tua seringkali menganggap anak tidak dapat melakukannya dengan baik. Sehingga merekalah yang merapikan mainan tersebut.
Ketidaksabaran orang tua untuk memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan tugasnya dapat mengakibatkan anak terdidik tidak mandiri. Keinginan orang tua untuk menunjukkan bahwa anak adalah tanggung jawabnya akan membuat anak tidak mengenali bahkan lari dari tanggung jawabnya. Anak jadi terbiasa tidak menyelesaikan tugas, di samping anak juga tidak berkesempatan untuk mandiri.
Ketiga, Terlalu Berharap
Yaitu keinginan orang tua yang ingin anaknya hafal Al-Quran di usia 5 tahun, atau mendapat rangking pertama di sekolahnya. Lebih parah lagi, cukup banyak orang tua yang mendiktekan masa depan anak karena orang tua gagal meraih cita-cita tersebut. Harapan yang berlebihan ini tak hanya membuat anak merasa tertekan, tetapi juga menghantam balik orang tua.
Orang tua seringkali tidak mengenal anaknya. Hal ini terjadi karena minimnya komunikasi dengan anak. Dan berlanjut pada keadaan di mana orang tua tidak mau menerima kondisi anaknya. Lebih parah lagi, ketidakharmonisan komunikasi membuat orang tua menunjukkan sikap menolak keberadaan anak. Secara tidak langsung, orang tua mendidik anak untuk menolak keberadaan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Contoh sederhana yang seringkali orang tua lakukan, yaitu menunjukkan muka masam saat anak tidak mendapat juara dalam sebuah perlombaan. Anak yang sudah menahan malu karena kalah, ditambah lagi beban psikisnya dengan kritikan bahkan cacian dari orang tuanya. Tentu saja hal ini sangat menyakitkan bagi anak.
Keempat, Menyerahkan Kepada Orang Lain
Kurangnya komunikasi dengan anak diperburuk dengan banyaknya orang tua yang menyerahkan pengasuhan dan Pendidikan anak kepada pengasuh, guru, dan lainnya. Masalah ekonomi seringkali menjadi alasan, misalnya orang tua harus bekerja dari pagi sampai sore dan menyisakan sedikit waktu untuk anak.
Ketidakpedulian dan ketiadaan andil orang tua terhadap aktivitas sehari-hari anak membuat orang tua terkejut pada saat anak melakukan sesuatu yang tidak orang tuanya inginkan.
Kelima, Memberikan Contoh yang Tidak Baik
Ketidaksadaran orang tua akan perbuatan atau kebiasaan tidak baik dapat dicontoh oleh anak, seperti merokok, berbohong, membuang sampah sembarangan atau berkata kasar. Anak yang seringkali menyaksikan orang tuanya berbohong secara tidak sadar akan meniru perilaku tersebut. lambat laun anak akan merasa bahwa perilaku negatif adalah hal yang biasa atau lumrah.
Orang tua adalah model bagi anak-anaknya. Jika baik perilaku orang tuanya maka anak akan menirunya. Karena anak adalah peniru yang ulung. Memberikan contoh yang tidak baik pada anak merupakan kekeliruan dan kesalahan dalam mendidik. Karena anak sering kali bercermin dari perilaku dan perkataan orang tuanya.
Keenam, Melakukan Kekerasan
Dalam hal mendidik, kesalahan yang semuanya bersumber dari kesalahan orang tua, cepat atau lambat akan anak lakukan tanpa sengaja. Bukannya orang tua introspeksi diri, malah sebaliknya. Semua kesalahan terlimpahkan ke anak, memasang muka masam, bahkan sampai melakukan kekerasan fisik pada anak.
Acapkali orang tua merasa bahwa kekerasan fisik terhadap anak bisa menyelesaikan masalah. Padahal yang terjadi, orang tua akan kehilangan anaknya.
Contoh kasus yang sedang viral di media sosial, yaitu seorang ayah yang tega menggergaji tangan anaknya. Lantaran si anak mencuri uang orang lain untuk dibelanjakan buku. Mungkin maksud orang tua baik, ia ingin mendidik anaknya agar si anak tidak mencuri lagi. Namun itu merupakan kesalahan fatal yang bisa membuat orang tua kehilangan sosok anaknya.
Dear orang tua, mari kita hindari 6 hal di atas dalam proses mendidik anak. Demi terciptanya generasi yang berprestasi, bertanggung jawab, amanah dan jujur. Sehingga anak yang menjadi aset negara dan agama tumbuh menjadi bibit yang unggul. []