Mubadalah.id – Hai kids, aku mau cerita soal kekerasan yang ada di kampungku sendiri. Di sana aku lihat ada satu anak berusia satu tahun yang sering sekali mengalami kekerasan dari ibunya.
Entah apa yang terjadi, tetapi hampir setiap jam dia dipukul, dicubit, dan bahkan pernah suatu hari dia juga pernah dibenturkan ke pintu dan dibanting di kamar mandi umum. Padahal waktu itu ada banyak sekali orang yang sedang mengantri.
Kejadian itu sering banget aku lihat, setiap anak ini nangis, sang ibu pasti memukul atau melakukan kekerasan lainnya pada anak tersebut.
Begitupun jika ada masalah keluarga, sang ibu sering melampiaskan kemarahannya pada anak. Kadang dengan memukul atau menendang anaknya. Pokoknya lihar kejadian ini tuh rasanya ngeri banget deh.
Kids orang-orang di sekitarku menganggap bahwa dia adalah ibu yang tidak baik. Karena dia sering menyiksa anaknya dengan sangat brutal.
Tapi setelah aku cari tahu lebih dalam, ternyata kita enggak bisa menyalahkan sang ibu begitu saja. Karena dari pengamatanku dia justru tengah mengalami beban yang sangat berat, hingga mungkin secara emosi tidak stabil.
Menikah Usia Anak
Setelah lulus SD dia terpaksa dinikahkan oleh orang tuanya karena alasan ekonomi. Lalu tidak lama setelah menikah dia pun hamil dan melahirkan anak. Secara ekonomi dia sangat jauh dari kata mapan, suaminya bekerja sebagai fotografer, tetapi penghasilannya tidak menentu. Hingga akhirnya mereka sering meminjam uang ke bank keliling.
Kondisi ini lah yang mendorong sang ibu tidak stabil, sehingga sering memukul dan melakukan kekerasan pada anaknya.
Kids, dari kasus tesebut, kita bisa belajar bersama-sama bahwa pernikahan diusia anak itu emang banyak madharatnya. Apalagi kalau sampai punya anak di bawah umur. Selain secara fisik belum siap, secara ekonomi dan mental pun sama-sama masih lemah.
Karena itu, nanti kalau kamu udah lahir dan tumbuh dewasa, jangan mau ya nikah di usia anak. Harus benar-benar siap dan mapan terlebih dahulu.
Selain itu, kita juga harus punya empati pada anak. Jangan sampai dia mengalami kekerasan, baik secara fisik maupun psikis. Karena kekerasan tersebut bisa berdampak pada tumbuh kembang anak.
Sulit Mengenadalikan Amarah
Melansir dari Very Well Mind, ada sejumlah tingkah laku anak yang perlu diwaspadai setelah dia mengalami kekerasan fisik dan psikologis. Di antaranya ialah sulit mengendalikan amarah dan cenderung cepat marah, mengalami masalah perhatian, mengalami perubahan nafsu makan, muncul ketakutan baru, meningkatnya pikiran tentang kematian atau keamanan.
Selain itu, anak juga akan kehilangan minat pada aktivitas normal, mengalami masalah tidur, sedih berkepanjangan, menolakan untuk pergi ke sekolah dan bisa jadi mengalami keluhan somatik seperti sakit kepala dan sakit perut.
Melihat dampak negatif tersebut, ibu maupun ayah memang harusnya sama-sama sadar untuk tidak melakukan kekerasan pada anak. Namun di sisi lain, sebelum memutuskan menikah dan punya anak kondisi mental laki-laki dan perempuan juga harus sama-sama stabil.
Kestabilan ini tidak mungkin ada jika usia mereka masih anak-anak. Oleh karena itu, pernikahan anak tidak boleh lagi terjadi. Karena akan melahirkan rentenan kekerasan yang panjang, baik untuk perempuan yang menikah atau pun bagi anak-anak yang dilahirkannya.
Gitu aja ya kids cerita hari ini. Nanti kapan-kapan kita cerita lagi soal kondisi di lingkunganku. []