• Login
  • Register
Sabtu, 12 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Hai Kids Kekerasan pada Anak itu Nyata dan Ada

Kita juga harus punya empati pada anak. Jangan sampai dia mengalami kekerasan, baik secara fisik maupun psikis. Karena kekerasan tersebut bisa berdampak pada tumbuh kembang anak.

Riska Indrawati Riska Indrawati
25/01/2024
in Personal
0
Kids

Kids

751
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Hai kids, aku mau cerita soal kekerasan yang ada di kampungku sendiri. Di sana aku lihat ada satu anak berusia satu tahun yang sering sekali mengalami kekerasan dari ibunya.

Entah apa yang terjadi, tetapi hampir setiap jam dia dipukul, dicubit, dan bahkan pernah suatu hari dia juga pernah dibenturkan ke pintu dan dibanting di kamar mandi umum. Padahal waktu itu ada banyak sekali orang yang sedang mengantri.

Kejadian itu sering banget aku lihat, setiap anak ini nangis, sang ibu pasti memukul atau melakukan kekerasan lainnya pada anak tersebut.

Begitupun jika ada masalah keluarga, sang ibu sering melampiaskan kemarahannya pada anak. Kadang dengan memukul atau menendang anaknya. Pokoknya lihar kejadian ini tuh rasanya ngeri banget deh.

Kids orang-orang di sekitarku menganggap bahwa dia adalah ibu yang tidak baik. Karena dia sering menyiksa anaknya dengan sangat brutal.

Baca Juga:

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

Jangan Hanya Menuntut Hak, Tunaikan Juga Kewajiban antara Orang Tua dan Anak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

Tapi setelah aku cari tahu lebih dalam, ternyata kita enggak bisa menyalahkan sang ibu begitu saja. Karena dari pengamatanku dia justru tengah mengalami beban yang sangat berat, hingga mungkin secara emosi tidak stabil.

Menikah Usia Anak

Setelah lulus SD dia terpaksa dinikahkan oleh orang tuanya karena alasan ekonomi. Lalu tidak lama setelah menikah dia pun hamil dan melahirkan anak. Secara ekonomi dia sangat jauh dari kata mapan, suaminya bekerja sebagai fotografer, tetapi penghasilannya tidak menentu. Hingga akhirnya mereka sering meminjam uang ke bank keliling.

Kondisi ini lah yang mendorong sang ibu tidak stabil, sehingga sering memukul dan melakukan kekerasan pada anaknya.

Kids, dari kasus tesebut, kita bisa belajar bersama-sama bahwa pernikahan diusia anak itu emang banyak madharatnya. Apalagi kalau sampai punya anak di bawah umur. Selain secara fisik belum siap, secara ekonomi dan mental pun sama-sama masih lemah.

Karena itu, nanti kalau kamu udah lahir dan tumbuh dewasa, jangan mau ya nikah di usia anak. Harus benar-benar siap dan mapan terlebih dahulu.

Selain itu, kita juga harus punya empati pada anak. Jangan sampai dia mengalami kekerasan, baik secara fisik maupun psikis. Karena kekerasan tersebut bisa berdampak pada tumbuh kembang anak.

Sulit Mengenadalikan Amarah

Melansir dari Very Well Mind, ada sejumlah tingkah laku anak yang perlu diwaspadai setelah dia mengalami kekerasan fisik dan psikologis. Di antaranya ialah sulit mengendalikan amarah dan cenderung cepat marah, mengalami masalah perhatian, mengalami perubahan nafsu makan, muncul ketakutan baru, meningkatnya pikiran tentang kematian atau keamanan.

Selain itu, anak juga akan kehilangan minat pada aktivitas normal, mengalami masalah tidur, sedih berkepanjangan, menolakan untuk pergi ke sekolah dan bisa jadi mengalami keluhan somatik seperti sakit kepala dan sakit perut.

Melihat dampak negatif tersebut, ibu maupun ayah memang harusnya sama-sama sadar untuk tidak melakukan kekerasan pada anak. Namun di sisi lain, sebelum memutuskan menikah dan punya anak kondisi mental laki-laki dan perempuan juga harus sama-sama stabil.

Kestabilan ini tidak mungkin ada jika usia mereka masih anak-anak. Oleh karena itu, pernikahan anak tidak boleh lagi terjadi. Karena akan melahirkan rentenan kekerasan yang panjang, baik untuk perempuan yang menikah atau pun bagi anak-anak yang dilahirkannya.

Gitu aja ya kids cerita hari ini. Nanti kapan-kapan kita cerita lagi soal kondisi di lingkunganku. []

Tags: adaanakkekerasanKidsNyata
Riska Indrawati

Riska Indrawati

Saya adalah Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Harapan Orang Tua

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

12 Juli 2025
Berhaji

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

11 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Life After Graduated

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

10 Juli 2025
Pelecehan Seksual

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

9 Juli 2025
Pernikahan Tradisional

Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

8 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Isu Disabilitas

    Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga
  • Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID