• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Pentingnya Memiliki Perspektif Keberagaman Bagi Para Jurnalis

Sejuk melalui workshop ini ingin melatih para jurnalis kampus agar memiliki perpektif keberagaman sehingga karya tulisnya memiliki keberpihakan terhadap kelompok rentan dan termarjinalkan

Siti Robiah Siti Robiah
08/07/2024
in Personal
0
Jurnalis Keberagaman

Jurnalis Keberagaman

633
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sejak tanggal 7 – 10 Juni 2024, saya bersama dua teman-teman dari Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) mengikuti workshop dan beasiswa yang diadakan oleh Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk) di Bandung.

Acara ini diikuti oleh perwakilan jurnalis lembaga pers mahasiswa (LPM) se-Jawa Barat. Total peserta yang mengikuti kegiatan ini ada 22 mahasiswa dari berbagai kampus di Jawa Barat. Termasuk ISIF Cirebon, UIN Cyber Syekh Nurjati, Universitas Garut, Universitas Pasundan, Universitas Indonesia, Universitas Cipasung, Universitas Pasundan, Institute Teknologi Bandung, UPI dan UIN Sunan Gunung Jati.

Selama mengikuti workshop ini banyak sekali pengalaman dan pengetahuan yang berharga. Melalui kegiatan ini, perpektif keberagaman saya semakin terbuka terutama dalam melihat kelompok yang termarjinalkan.

Selain itu, kami juga belajar tentang bagaimana menjadi jurnalis yang baik, yaitu dengan memahami kode etik sebagai jurnalis hingga pedoman menghasilkan karya jurnalis yang baik dan punya keberpihakan.

Workshop ini bertajuk “Mengembangkan Ruang Aman Keberagaman Orang Muda Lewat Karya Jurnalistik untuk Jurnalis Kampus di Jawa Barat”. Pada awalnya saya dibuat penasaran dengan tema tersebut. Mengapa perlu ada ruang aman untuk keberagaman?  lalu ada apa dengan karya jurnalis bukankah baik-baik saja? Setelah mengikuti workshop ini keresahan saya satu persatu mulai terjawab.

Baca Juga:

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Resident Playbook dan Pentingnya Perspektif Empati dalam Dunia Obgyn

Membaca Novel Jodoh Pasti Bertemu dalam Perspektif Mubadalah

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Kita semua sepakat bahwa karya jurnalis adalah salah satu sumber penting dari tersebarnya banyak informasi dan menjadi media yang bisa mempengaruhi masyarakat luas.

Berpihak kepada Kelompok Rentan dan Termajinalkan

Oleh karena itu, Sejuk melalui workshop ini ingin melatih para jurnalis kampus agar memiliki perpektif keberagaman sehingga karya tulisnya memiliki keberpihakan terhadap kelompok rentan dan termarjinalkan.

Selama 4 hari kami banyak berdiskusi dengan narasumber-narasumber keren dan inspiratif. Di hari pertama, kami mendiskusikan konten konten berita yang mengandung diskriminasi terhadap kelompok rentan. Materi ini disampaikan oleh Ahmad Alex Junaidi yang juga merupakan Direktur Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk).

Alex Junaidi mengajak kami untuk mulai menganalisa berbagai produk jurnalis. Sesi diskusi dimulai dengan membahas beberapa headline berita yang cukup sensasioanal. Sebagai contoh ada judul berita dengan “5 atlet Indonesia putuskan jadi mualaf, nomer 2 mantap berhijab”.  Lalu Mas Alex sapaan akrabnya menimpali “maksudnya yang tidak berhijab gak mantap dong” sontak saja kami pun ikut menertawakannya.

Saya membenarkan mengapa ada narasi “mantap” jika memakai hijab. Apakah yang tidak berhijab menjadi tidak mantap? Benar ternyata, perempuan masih dinilai dan diobjektifikasi dari pakaiannya.

Pembahasan selanjutnya dengan headline berita lain yang ternyata masih banyak mengobjektifikasi perempuan. Seperti memakai narasi cantik, bahkan untuk berita pembunuhan sekalipun, sering kita temui judul berita “gadis cantik ditemukan terbunuh atau gadis cantik diperkosa”. Sebenarnya untuk keperluan apa memunculkan kata “cantik” padahal ini berita duka, bukankah empati tidak harus memandang visual cantik dan tidak.

Bukan hanya tentang perempuan yang sering diobjektifikasi tetapi keresahan ini pun datang dari kelompok minoritas dan disibilitas yang suara dan aspirasinya masih terabaikan.

Tanpa Latar Belakang

Padahal karya jurnalis bisa menjadi wadah untuk semua orang bisa menyampaikan aspirasi tanpa memandang latar belakangnya. Maka tidak heran jika seorang jurnalis yang hidup dengan sistem patriarki maka kemungkinan karyanya pun bisa patriarkal. Jurnalis yang tidak punya kepekaan sosial terhadap kelompok rentan, maka karya yang jurnalis hasilkan pun bisa minim keberpihakan.

Bisa kita bayangkan apa jadinya jika para jurnalis tidak ada yang memiliki perpektif keberagaman dan hanya fokus pada materi saja? Pasti akan semakin sulit bagi kelompok rentan dalam mendapatkan ruaang aman dan menyuarakan haknya.

Sejuk dalam upayanya meningkatkan perspektif keberagaman terhadap para jurnalis, selalu menghadirkan konten-konten yang memiliki keberpihakan terhadap kelompok rentan. Dalam mengadakan workshop ini Sejuk bekerja sama dengan Friedrich Naumann Foundation for Freedom (FNF) dan Kemenkumham RI dalam mengkampanyekan isu-isu keberagaman dalam upaya perlindungan HAM terhadap kaum rentan dan termarjinalkan.

Mas Alex dalam sesi diskusinya membagikan tema “Jurnalime Keberagaman: Sebuah Panduan”. Lewat materi yang Mas Alex jelaskan, kami menjadi paham bahwa jurnalis haru memainkan perannya dengan baik.

Lebih lanjut, Mas Alex memberikan pedoman pemberitaan keberagaman, di antaranya harus sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yaitu “Menjamin bahwa setiap orang mendapat perlakuan sama dalam menjalankan agama atau keyakinan dan mengekspresikannya”.

Hal ini menjadi penting perhatian bagi para jurnalis. Indonesia dengan multikultural dan memiliki banyak perbedaan termasuk dalaml keyakinan, maka seorang jurnalis harus bisa menempatkan diri agar karyanya tidak menimbulkan kegelisahan dan bisa memicu konflik agama dan golongan. Jangan sampai karya kita malah menyudutkan satu pihak, menggiring opini pada kesesatan yang berpotensi melahirkan sikap intoleran di masyarkat.

Pedoman Jurnalis

Selanjutnya, sebagai seorang jurnalis kita juga harus memperhatikan dan berpedoman pada Pasal 6 (b) UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers “Pers nasional melaksanakan peranannya sebagai berikut : b). Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormati kebhinekaan”.

Selain itu jurnalis juga harus memperhatikan Pasal 8 Kode Etik Jurnalistik “Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani”.

Itulah beberapa poin tentang pedoman jurnalis keberagaman yang dibagikan kepada kami lewat powerpoint oleh Mas Alex. Pedoman ini harus dipegang erat dan dijadikan prinsip bagi para jurnalis. Melalui pedoman ini diharapkan produk pemberitaan menjadi berkualitas karena memihak kaum rentan bukan membuat karya yang malah memicu adanya konflik pertikaian.

Untuk menghasilkan karya yang berkualitas kita harus jadikan pedoman itu sebagai acuan. Wartawan harus mematuhi kode etik sebagai dasar pemberitaan keberagaman.

Bahkan mereka juga harus melakukan pemilihan topik liputan, pemilihan narasumber sampai kepada produk pemberitaan semua haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan. []

Tags: jurnaliskeberagamanperspektif
Siti Robiah

Siti Robiah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID