• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Misteri Umur 40 tahun

Ada yang mengatakan bahwa keberhasilan seseorang bisa terlihat dari apa yang terjadi padanya ketika sudah masuk usia 40 tahun

Zahra Amin Zahra Amin
27/10/2024
in Personal
0
40 Tahun

40 Tahun

959
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Iseng-iseng aku mengetik kata kunci usia 40 tahun. Lalu tiba pada satu judul buku “Misteri Umur 40 Tahun” yang terpampang jelas di layar laptop. Refleks aku mengernyitkan dahi, berpikir keras, ada apa di balik usia 40 tahun? Karena tepat pada hari ini, usiaku telah genap 40 tahun.

Dalam ulasan buku tersebut, tertuliskan begini;

Ada yang mengatakan bahwa keberhasilan seseorang bisa terlihat dari apa yang terjadi padanya ketika sudah masuk usia 40 tahun. Pada umumnya uban mendatangi rambut seseorang pada masa usia tersebut. Meskipun ada yang datang lebih awal.

Lantas ada apa sebenarnya dengan usia 40 tahun? Benarkah demikian keadaannya? Jika anda orang yang telah mencapai usia 40 tahun atau mendekati usia tersebut atau pun masih kurang darinya, dan anda termasuk yang peduli dengan keberhasilan hidup serta memandang berharganya sebuah waktu dan kesempatan, maka hendaklah anda memiliki dan membaca buku ini!

Lebih jauh, aku tertarik pada makna keberhasilan seseorang yang bisa terlihat ketika sudah masuk usia 40 tahun. Bahkan secara spiritual Rasulullah Saw diangkat Allah Ta’ala menjadi Rasul ketika berusia 40 tahun. Demikian pula para Nabi dan Rasul yang lainnya.

Baca Juga:

Refleksi Surah Al-Ankabut Ayat 60: Menepis Kekhawatiran Rezeki

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

Hal-hal yang Tak Kita Hargai, Sampai Hidup Mengajarkan dengan Cara yang Menyakitkan

Makna Keberhasilan Duniawi

Dalam salah satu postingan di Tiktok, melintas konten arti kemewahan. Kata lain, keberhasilan duniawi yang diukur dengan kepemilikan harta benda, mobil, pakaian maham, rumah besar dan gaya hidup yang mewah.

Sedangkan kemewahan nyata dalam hidup, menurut postingan TikTok tersebut adalah waktu, kesehatan, suasana pagi yang tenang dan bebas ingin ke manapun. Selain itu bisa tidur nyenyak, pikiran yang tenang dan rumah atau keluarga yang penuh cinta.

Sebagai manusia biasa, yang hidup di tengah-tengah masyarakat dengan sekian tuntutan, aku telah berupaya memenuhi standar kelayakan hidup bermasyarakat. Meskipun tidak harus 100 persen. Minimal, sesuai dengan pandangan Abraham Maslow terkait kebutuhan dasar manusia.

Pandangan ini mengarah pada suatu hierarki yang menarik, mendefinisikan bagaimana manusia mencari kesejahteraan dan makna hidup mereka. Melalui pandangan Maslow, kita diperkenalkan dengan piramida kebutuhan yang mencakup segala hal, mulai dari yang paling mendasar hingga yang paling esensial bagi kehidupan manusia.

Menilik Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow membawa kita ke dalam perjalanan mendalam tentang esensi kehidupan. Ini bukan sekadar tentang memenuhi kebutuhan fisik yang jelas, tetapi juga tentang bagaimana kita membangun hubungan dengan dunia di sekitar kita.

Pandangan ini memperluas pemahaman kita tentang motivasi, mengungkapkan bahwa kebutuhan dasar bukanlah sekadar tentang bertahan hidup, tetapi juga tentang mencari makna dan pemenuhan diri yang lebih tinggi.

Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow, kita menjadi terdorong untuk menjelajahi lapisan-lapisan kehidupan yang lebih dalam.

Situasi ini membawa kita pada pertanyaan yang mendalam tentang apa yang sebenarnya membuat manusia merasa hidup dan bermakna. Ada apa di balik usia 40 tahun dalam kehidupan manusia?

Dalam pengertian ini, pandangan Maslow menghadirkan sebuah pandangan yang menggerakkan hati dan pikiran, mendorong kita untuk memahami esensi dari eksistensi manusia dalam segala kompleksitasnya.

Hierarki kebutuhan Maslow adalah konsep yang menggambarkan hierarki atau tingkatan kebutuhan manusia yang perlu kita penuhi untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Abraham Maslow dalam makalahnya yang terkenal, “A Theory of Human Motivation”, yang terbit pada tahun 1943 di Psychological Review.

Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia dapat kita kelompokkan ke dalam lima tingkatan yang membentuk piramida kebutuhan.

Kebutuhan Fisiologis

Pada tingkatan paling dasar, terdapat kebutuhan fisiologis seperti makanan, minuman, tempat tinggal, dan tidur. Kebutuhan ini harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum individu dapat memperhatikan kebutuhan yang lebih tinggi.

Contohnya, seseorang yang merasa lapar akan lebih fokus untuk mencari makanan daripada memikirkan kebutuhan sosial atau pengakuan.

Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, individu akan mulai memperhatikan kebutuhan akan keamanan, seperti perlindungan fisik, keamanan finansial, dan stabilitas dalam hidup.

Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan memberikan dasar yang stabil bagi individu untuk berkembang dan mengeksplorasi kebutuhan yang lebih tinggi.

Kebutuhan Sosial

Tingkatan berikutnya adalah kebutuhan sosial atau afiliasi, yang mencakup hubungan interpersonal, kebutuhan akan kasih sayang, persahabatan, dan keanggotaan dalam kelompok sosial. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan akan interaksi dan hubungan yang bermakna dengan orang lain.

Setelah kebutuhan sosial terpenuhi, individu mulai mencari pengakuan, prestise, dan rasa harga diri melalui kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan. Ini mencakup pencapaian pribadi, pengakuan dari orang lain, dan merasa dihargai dalam lingkungan sosialnya.

Tingkatan puncak dalam hierarki kebutuhan Maslow adalah aktualisasi diri, di mana individu mencapai potensi maksimal mereka, mengembangkan bakat dan minat pribadi, dan merasa memenuhi tujuan hidup mereka. Aktualisasi diri melibatkan eksplorasi kreatif, pencapaian yang signifikan, dan kontribusi positif terhadap masyarakat.

Konsep hierarki kebutuhan Maslow memberikan pemahaman yang mendalam tentang motivasi manusia dan bagaimana kebutuhan-kebutuhan ini saling terkait dan memengaruhi perilaku dan pengembangan individu.

Teori ini telah menjadi dasar penting dalam psikologi dan manajemen, membantu dalam pemahaman motivasi individu dan strategi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Sajak Oktober

Selamat datang Empat Puluh, aku tak lagi pantas mengeluh

Sebab usia ini kian merambat penuh, lalu kelak akan luruh

Tinggal mimpi-mimpi terus aku anyam menjadi sebait puisi

Yang akan terus dibaca hingga tua nanti

Pada dia  yang aku sebut sahabat, pada kekasih yang aku panggil keluarga

Terimakasih untuk cinta dan janji setia

Hingga akhir menutup mata. []

 

Tags: 40 TahunAbraham MaslowKebutuhan Dasar ManusiamanusiaMisteri Umur
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Narasi Hajar

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

6 Juni 2025
Berkurban

Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

6 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

5 Juni 2025
Kesehatan Akal

Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

4 Juni 2025
Tubuh yang Terlupakan

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Kurban

Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

2 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berkurban

    Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Istilah “Kurban Perasaan” Pada Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Khutbah Iduladha: Teladan Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail tentang Tauhid dan Pengorbanan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha
  • Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang
  • Makna Wuquf di Arafah
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID