Mubadalah.id – Bumi yang kita pijak ini adalah rumah bersama. Tempat di mana jutaan spesies hidup saling berdampingan, membentuk sebuah ekosistem yang kompleks nan menakjubkan. Namun, keseimbangan itu kini terancam oleh berbagai isu lingkungan yang mendesak.
Oleh karena itu, kebersamaan dan memelihara kelestarian lingkungan serta bumi adalah tanggung jawab bersama. Kesadaran akan urgensi permasalahan ini mendorong saya dan banyak pihak lain untuk turut ambil bagian dalam sebuah acara yang menginspirasi: Eco-Peace
Rangkaian Acara Eco Peace
Berikutnya Eco-Peace menjadi momen penting dalam perjalanan saya sebagai individu yang peduli akan kelestarian lingkungan. Kami, para peserta acara ini, saling bertukar pandangan tentang peran kita menjaga bumi. Selain itu, kami juga terlibat dalam berbagai diskusi, lokakarya, dan aktivitas lapangan.
Terlebih lagi, peserta acara ini berasal dari latar belakang agama dan kepercayaan yang beragam, seperti Buddha, Hindu, Islam, Katolik, serta aliran kepercayaan lainnya. Melalui sesi-sesi tersebut, kami memahami bahwa upaya pelestarian lingkungan membutuhkan kolaborasi dari berbagai elemen masyarakat. Bukan hanya bisa dilakukan sendiri-sendiri.
Kampung Percik
Salah satu momen yang paling membekas adalah saat kami mengunjungi kampung di daerah Salatiga. Kampung tersebut sangat asri dan kami merasa nyaman saat berada di sana. Dari kampung percik saya belajar bahwa dari perbedaan dan kebersamaan bisa menghasilkan sebuah perubahan.
Saat mengunjungi kampung tersebut, saya melihat ada satu rumah ibadah yang bebas digunakan oleh berbagai kepercayaan dan agama pengunjung. Suasana di sana menawarkan kesejukan dan ketentraman.
Akhirnya, pengalaman ini mengajarkan saya bahwa perubahan kita mulai dari hal-hal kecil yang kita lakukan secara konsisten, seperti memilah dan memilih sampah, menghabiskan makanan, berpikiran bebas dan inklusif, serta masih banyak lagi.
Kerjasama dan Menjaga Kelestarian Lingkungan dan Bumi
Terlebih lagi, acara Eco-Peace juga membuka mata saya tentang pentingnya kolaborasi lintas agama dalam upaya pelestarian lingkungan. Di samping itu, saya sadar bahwa isu lingkungan tidak bisa terselesaikan hanya oleh satu pihak saja. Ia membutuhkan sinergi antara masyarakat, pemerintah, sektor swasta, dan akademisi.
Hanya dengan bersatu-padu, kita bisa menciptakan dampak yang signifikan dan berkelanjutan. Pada acara eco peace ini kami mendapatkan materi tentang hubungan agama dan lingkungan dari berbagai macam agama dan keyakinan.
Pengalaman ini membuat saya sadar bahwa bumi ini milik kita semua yang tinggal di dalamnya. Tugas untuk menjaga bumi bukanlah hanya bagi umat Hindu atau penganut kepercayaan tertentu saja, melainkan tanggung jawab seluruh penghuni bumi.
Di penghujung acara, saya merenungkan kembali peran saya sebagai individu. Apa yang bisa saya lakukan, sekecil apapun, untuk menjaga lingkungan dan bumi?
Jawabannya sederhana: mulai dari diri sendiri. Mulai dari mengubah kebiasaan sehari-hari yang lebih ramah lingkungan, seperti mengurangi penggunaan plastik, menghemat energi, dan mendukung produk-produk berkelanjutan. Dan tentu kita perlu menyebarkan semangat ini ke orang-orang di sekitar saya.
Acara Eco-Peace menyadarkan saya bahwa masa depan bumi ada di tangan kita bersama. Setiap individu memiliki peran penting dalam menyulam kebersamaan ini. Dengan tekad yang kuat dan tindakan nyata, saya percaya kita bisa menciptakan perubahan positif dan mewariskan bumi yang lebih hijau untuk generasi mendatang.
Karena sesungguhnya, bumi ini bukanlah warisan dari nenek moyang kita. Sebagaimana yang kita ketahui, bumi ini adalah titipan yang harus kita jaga untuk anak cucu kita. Dengan kata lain, kita tidak dapat mengeksploitasi bumi sesuka hati, melainkan wajib memeliharanya demi generasi mendatang. []