Mubadalah.id – Dalam penyelesaian masalah di dalam keluarga, salah satu prinsip yang perlu menjadi pedoman adalah mu’asyarah bi al-ma’ruf atau memperlakukan pasangan dengan sopan. Dalam QS. An-Nisa ayat 19 terdapat perintah “…pergaulilah istri-istrimu dengan sopan, dan apabila kamu membenci mereka (maka jangan putuskan tali perkawinan), karena boleh jadi kamu membenci sesuatu, tetapi Allah menjadikan padanya (di balik itu) kebaikan yang banyak”.
Prinsip ini mengajarkan bahwa suami-istri mesti memperlakukan pasangannya dengan sopan meskipun ketika karena sesuatu hal timbul rasa benci.
Cara pandang terhadap konflik mempengaruhi apakah pasangan akan menyelesaikan masalah, atau tidak tegas dalam menghadapi konflik. Ada tiga cara pandang terhadap konflik: negatif (konflik dianggap sebagai sebagai sesuatu yang merugikan sehingga perlu dihindari), positif (melihat konflik sebagai sebuah keniscayaan atau lumrah), dan progresif (menganggap bahwa konflik juga dibutuhkan untuk melakukan perubahan yang dinamis). Cara pandang progresif ini yang semestinya dilestarikan dalam kehidupan suami istri.
Di samping cara pandang yang salah terhadap konflik, persoalan mendasar dari para pasangan adalah ketidakpahaman dalam mengatasi konflik.
Baca juga: Pasangan Menuju Bahagia
Dalam buku Fondasi Keluarga Sakinah: Bacaan Mandiri Calon Pengantin (Kemenag RI: 2017), disebutkan bahwa ada tiga prinsip yang perlu dijadikan pedoman ketika menyelesaikan masalah. Pertama, berpikir situasi yang sama-sama menang: yakni jalan keluar yang adil bagi kedua belah pihak, solusi yang membuat keduanya merasa senang atau tidak ada yang merasa dirugikan. Upaya mendapatkan solusi menang-menang biasanya dilakukan oleh orang yang sudah matang dan berintegritas tinggi dan toleran.
Kedua, berusaha untuk memahami terlebih dahulu, baru dipahami. Sebagian besar dari kita hanya mendengar untuk menilai, untuk memberi nasehat atau bantahan. Padahal seharusnya dalam berkomunikasi untuk menyelesaikan masalah, kita perlu menyimak, yakni mendengarkan orang lain dengan sebaik-baiknya untuk memahaminya.
Dengan cara ini orang yang berbicara akan tumbuh perasaan dihargai dan kedua belah pihak akan lebih membuka diri. Pada akhirnya pasangan akan memahami kita setelah kita juga tulus berusaha memahami.
Ketiga, sinergi. Sinergi merupakan cara yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah. Dalam upaya menyelesaikan masalah kita tidak lagi bicara caraku atau caramu, tetapi cara alternatif yang dipilih berdua. Kerjasama, membuka pikiran akan menjadikan hasil penyelesaian masalah lebih baik.
Konflik terjadi manakala perbedaan dianggap mengganggu belaka. Padahal, perbedaan ide, kebutuhan, tujuan atau cara dapat berubah menjadi harmoni jika perbedaan tersebut diterima dengan baik. Persoalannya adalah bagaimana agar perbedaan yang tajam dapat diterima, atau bagaimana mencapai kesepakatan.[]