Mubadalah.id – Nakba Day adalah kiamat bagi warga Palestina. 14 Mei 1948, Israel memproklamirkan kemerdekaannya. Jauh sebelum itu, telah terjadi pembantaian dan pengusiran desa di wilayah Palestina. Israel membunuh dan mengusir warga Palestina dari rumah-rumah mereka.
Israel menguasai wilayah-wilayah yang telah kosong akibat serangan yang mereka lakukan terhadap masyarakat sipil. Sebanyak 750.000 warga Palestina terusir hingga harus mengungsi. Wilayah Palestina lantas diduduki, tersisa wilayah Gaza dan Tepi Barat.
Lalu pada 15 Mei diperingati sebagai Hari Nakba atau Hari Bencana. Hari di mana tidur-tidur nyenyak warga Palestina berakhir. Ketika belajar, makan, dan beraktivitas menjadi mimpi buruk sepanjang masa. Saat hak hidup warga Palestina dicabut.
Pengusiran
Pernah terbayang jika kita terusir dari rumah kita? Katakanlah kita tinggal di Jawa, kemudian ada perampok yang membawa senjata dan mengambil alih rumah kita. Terpaksa kita akan pergi dari rumah. Lalu kita mungkin berpikir untuk pindah ke daerah lain misalnya Sumatra. Tak lama kemudian, perampok itu datang ke wilayah kita Sumatra dan mengambil alih seluruh Sumatra.
Kita lantas berpikir untuk pindah ke Kalimantan, lalu kelompok bersenjata itu pun datang ke Kalimantan. Kelompok bersenjata itu tidak hanya mengancam tapi juga membunuh warga Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Dengan uang yang pas-pasan kita mungkin pindah ke Papua. Lalu bayangkan jika mereka memblokade kita di Papua. Kita tidak bisa bebas keluar dari Papua atau Indonesia.
Tak lama kemudian serangan bom sampai ke daerah Papua, kita yang semula memiliki rumah harus mengungsi di tenda-tenda. Pernahkah ini terpikir oleh kita? Kemana lagi kita akan berpindah jika semua wilayah sudah dikuasai kelompok bersenjata? Kemana kita akan pergi jika mereka melakukan blokade?
Cerita di atas adalah peristiwa nyata, Nakba yang warga Palestina alami. Bisakah kita membayangkan betapa sulitnya hidup menjadi Palestina? Apa salah dan dosa warga Palestina hingga harus mengalami hidup yang mengerikan ini?
Kemanakah Kita akan Pergi?
Pernahkah kita merantau? Saat kita sudah pergi jauh bertahun-tahun, kita pasti ingin pulang. Bagaimana jika tempat kita pulang sudah diambil orang lain? Bagaimana rasanya jika kita tidak bisa kembali ke tempat kita berasal?
Katakanlah itu takdir kita, namun bagaimana jika kita terus mengalami penyerangan meskipun sudah meninggalkan tempat kelahiran? Kemana kita akan pergi jika tak memiliki tempat tujuan? Kemana kita akan pulang jika tak punya tempat kembali? Haruskah kita memilih pulang ke kampung akhirat?
Nakba telah merampas kampung halaman warga Palestina. Nakba telah merampas tanah air warga Palestina. Tidak ada tempat kembali. Tidak ada tempat tujuan. Mungkin kita hanya bisa kembali ke tempat tujuan terakhir kita, kampung akhirat.
Warga Gaza Berhak Hidup Normal
Sudah 1.5 tahun warga Gaza mengalami penyerangan secara brutal oleh Israel. Selama itu juga warga Gaza berhenti sekolah, kuliah, bekerja, dan beraktivitas. Ada pula yang wajib bekerja tanpa mendapat gaji, yaitu tenaga medis, tim SAR, dan jurnalis. Mereka harus tetap bekerja meskipun dalam kondisi sangat lelah karena kekurangan makan.
Warga Gaza harus terkurung dalam tenda pengungsian, mereka tak bisa bebas beraktivitas karena bisa saja Israel melancarkan serangan udara. Bisa juga Israel menembakkan peluru lewat sniper atau tank. Mereka yang terkurung dalam tenda pun harus siap menerima serangan bom dan terbakar hidup-hidup.
Warga Gaza berhenti makan makanan manusia normal. Mereka berhenti minum minuman normal. Hak hidup mereka telah terampas. Kebebasan mereka terlucuti. Kebahagiaan mereka tercabut hingga mereka memilih mati daripada hidup di neraka.
Pernahkah kita berpikir bahwa Nakba telah menghancurkan kehidupan sebuah bangsa? Pernahkah kita berpikir bahwa Nakba menghancurkan mimpi-mimpi manusia? Bisakah kita menjadikan Hari Nakba sebagai hari perjuangan kita semua?
Suara Nakba
Hari ini saya ingin berteriak dengan lantang. Hari Nakba ini adalah awal mula petaka dimulai. Jika tidak ada Nakba tidak akan ada hari seperti ini. Saya mengutuk Israel, Amerika, dan para kroninya. Mereka adalah pasukan iblis yang akan binasa di neraka selamanya. Saya tidak akan berhenti bersuara tentang Palestina dan kemerdekaan Palestina.
Kemerdekaan Palestina adalah kemerdekaan semua bangsa, semua manusia, dan seluruh alam. Penjajahan dan genosida di Palestina menunjukkan lumpuhnya kemanusiaan. Hancurnya keadilan di muka bumi ini. []