Sering kita mendengar ungakapan “dibalik kesuksesan laki-laki ada perempuan hebat di belakangnya”, kalau melihat ungkapan tersebut seolah-olah hanya laki-laki saja yang bisa sukses dan perempuan hanya bisa berada di belakang laki-laki. Pernah juga kita melihat meme dari ungkapan tersebut dengan menampilkan satu gambar laki-laki dengan beberapa perempuan dan menjadikan perempuan sebagai bahan guyonan atau olok-olok.
Meskipun kini sudah banyak perempuan yang bekerja di ruang publik, tapi masih banyak yang meragukan kemampuannya bahkan cenderung meremehkan perempuan. Karena begitu kuatnya hegemoni dan doktrin yang telah tertanam kuat bahwa perempuan merupakan mahluk lemah dan tidak bisa lebih hebat dari laki-laki.
Padahal wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril As di Gua Hira yakni : “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang mengajar manusia dengan perantaraan pena (agar bisa menulis dan membaca) Yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS. Al ‘Alaq (96):1-5).
Berdasarkan penjelasan dalam Qiraah Mubadalah Karya KH. Faqihuddin Abdul Kodir (304) “Nabi Muhammad SAW paham bahwa wahyu ini bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga umat manusia. Karena itu orang yang pertama kali diperdengarkan oleh beliau tentang wahyu ini adalah perempuan. Yaitu Khadijah binti Khuwailid Ra. istri baginda Nabi Muhammad Saw. Artinya perintah “membaca” tidak hanya untuk laki-laki tetapi juga untuk perempuan.”
Kita semua tahu bahwa Khadijah binti Khuwailid Ra merupakan salah satu contoh teladan kesuksesan seorang perempuan. Beliau perempuan terhormat, pengusaha sukses, kaya, mandiri. Banyak kisah teladan perempuan lainnya dalam Islam yang bisa kita teladani kesuksesan dan keberaniannya seperti Nusaibah binti Ka’ab al Anshariyah Ra, beliau menyandang panggilan Ummu al Asyaf (perempuan yang banyak luka pedang).
Beliau terluka oleh pedang ketika menyelamatkan Nabi Muhammad Saw saat perang Uhud. Di mana pada saat itu semua laki-laki lari terpukul mundur untuk menyelamatkan diri serta meninggalkan Nabi Muhammad Saw.
Islam memandang sama semua mahluk, tidak ada yang lebih utama seorang laki-laki diantara perempuan kecuali ketakwaaannya, begitupun sebaliknya tidak ada yang lebih utama seorang perempuan diantara laki-laki kecuali ketakwaannya.
Allah SWT dalam firmannya: Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang Mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At Taubah 9:105).
Sehingga melalui narasi di atas, Di era serba digital dan serba kemudahan ini sudah tidak ada alasan lagi bagi perempuan untuk tetap tinggal berdiam diri dan malu-malu untuk mengungkapkan eksistensi diri. Banyak peluang yang dapat kita ambil untuk ikut berperan dalam perkembangan kemajuan zaman. Sudah tidak ada lagi batasan antara laki-laki dan perempuan dalam berkiprah di berbagai bidang.
Jadi siapapun kamu, laki-laki maupun perempuan bisa sama-sama sukses, sudah bukan zamannya lagi perempuan itu hanya berkutat pada urusan dapur, kasur dan sumur. Perempuan bisa menjadi apapun yang diinginkan. Perempuan bisa menjadi pilot, tentara, pembalap bahkan bisa menjadi presiden.
Bahkan Nabi mengapresiasi apapun yang dikerjakan perempuan. Hal ini terungkap dalam sebuah hadist yang diriwayatkan “Abu Hurairah Ra. berkata”Ada seorang perempuan kulit hitam yang biasa membersihkan masjid. (suatu hari), Nabi Muhammad, Saw mencarinya dan menanyakan kabarnya (karena tidak terlihat) selang beberapa hari. Ketika disampaikan bahwa ia telah meninggal dunia, Nabi Muhammad Saw kaget, “Mengapa kamu tidak memberitahuku?” Kemudian, Nabi Muhammad Saw, mendatangi kuburannya dan shalat di atasnya.” (Sunan Ibn Majah).
Berdasarkan hadist di atas Rasulullah Saw pun sangat menghargai kinerja perempuan di ruang publik. Maka sudah saatnya kita mengungkapkan bahwa “kesuksesan itu milik bersama” laki-laki dan perempuan bisa sama-sama sukses. Laki-laki dan perempuan bisa saling mendukung satu sama lain, saling menghargai dan menghormati. Tidak ada lagi hegemoni siapa yang paling berkuasa.
Demikian pula dalam urusan rumah tangga, kesuksesan keluarga merupakan kesuksesan bersama suami dan istri. Dalam rumah tangga sudah seharusnya tidak ada lagi perdebatan untuk saling membedakan urusan mencari nafkah hanya urusan laki-laki, urusan rumah dan anak-anak urusan perempuan.
Sudah banyak perempuan yang bekerja mencari nafkah membantu suami maka jangan sampai ketika berada di rumah, suami hanya ingin dilayani tanpa mau membantu mengurusi urusan rumah dan anak-anak. Pun demikian dengan mengasuh dan mendidik anak, itu merupakan tanggung jawab bersama seorang suami dan istri bukan hanya tanggung jawab salah satu pihak semata. []