Sabtu, 9 Agustus 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

    Pengelolaan Sampah

    Ulama Perempuan Serukan Pelestarian Alam dan Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

    PIT Internasional

    ISIF Buka Kolaborasi Akademik Global Lewat PIT Internasional

    PIT SUPI

    Mengglobal: SUPI ISIF Jalani PIT di Malaysia dan Singapura

    Ma'had Aly Kebon Jambu

    S.Fu: Gelar Baru, Tanggung Jawab Baru Bagi Lulusan Ma’had Aly Kebon Jambu

    Wisuda Ma'had Aly Kebon Jambu

    Mudir Ma’had Aly Kebon Jambu Soroti Fiqh al-Usrah dan SPS sebagai Distingsi Wisuda ke-5

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Perlawanan Perempuan

    Perlawanan Perempuan Sejak Kemerdekaan Hingga Zaman Kiwari

    Ego

    Bukan Dirimu yang Gelisah: Bongkar Ego, Temukan Ketenangan Diri

    Kemerdekaan Perempuan

    Aku Tidak Terlambat: Merayakan Kemerdekaan Perempuan Menjelang Usia 30

    Humanisme Inklusif

    Humanisme Inklusif : Sebuah Tawaran Untuk Kesetaraan

    Tidak Good Looking

    Merana Tidak Diperlakukan Baik Karena Tidak Good Looking itu Pilihan, Tapi Menjadi Mandiri Itu Sebuah Keharusan

    Bendera One Piece

    Antara Gus Dur, Bendera One Piece, dan Bintang Kejora

    Tidak Menikah

    Tidak Menikah Itu Tidak Apa-apa, Asal Hidupmu Tetap Bermakna

    Mencintai Indonesia

    Jangan Letih Mencintai Indonesia

    Dunia untuk Difabel

    Bagaimana Jika Kita Merancang Dunia untuk Difabel?

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Child Abuse

    Bentuk-bentuk Child Abuse

    Child Abuse

    Fenomena Child Abuse dalam Lingkungan Keluarga

    Child Abuse

    Mengenal Sejarah dan Definisi Child Abuse

    Penutup Aurat

    Pasangan Kita adalah Penutup Aurat (Aib) Kita

    Anak

    Perhatian Islam terhadap Anak

    Hak Anak untuk Hidup

    Hak Anak untuk Hidup

    ASI

    Hak Anak Memperoleh ASI

    Pendidikan Hak Anak

    Hak Anak untuk Mendapatkan Pendidikan

    Jaminan Sosial

    Hak Anak untuk Mendapatkan Jaminan Sosial

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

    Pengelolaan Sampah

    Ulama Perempuan Serukan Pelestarian Alam dan Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

    PIT Internasional

    ISIF Buka Kolaborasi Akademik Global Lewat PIT Internasional

    PIT SUPI

    Mengglobal: SUPI ISIF Jalani PIT di Malaysia dan Singapura

    Ma'had Aly Kebon Jambu

    S.Fu: Gelar Baru, Tanggung Jawab Baru Bagi Lulusan Ma’had Aly Kebon Jambu

    Wisuda Ma'had Aly Kebon Jambu

    Mudir Ma’had Aly Kebon Jambu Soroti Fiqh al-Usrah dan SPS sebagai Distingsi Wisuda ke-5

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Perlawanan Perempuan

    Perlawanan Perempuan Sejak Kemerdekaan Hingga Zaman Kiwari

    Ego

    Bukan Dirimu yang Gelisah: Bongkar Ego, Temukan Ketenangan Diri

    Kemerdekaan Perempuan

    Aku Tidak Terlambat: Merayakan Kemerdekaan Perempuan Menjelang Usia 30

    Humanisme Inklusif

    Humanisme Inklusif : Sebuah Tawaran Untuk Kesetaraan

    Tidak Good Looking

    Merana Tidak Diperlakukan Baik Karena Tidak Good Looking itu Pilihan, Tapi Menjadi Mandiri Itu Sebuah Keharusan

    Bendera One Piece

    Antara Gus Dur, Bendera One Piece, dan Bintang Kejora

    Tidak Menikah

    Tidak Menikah Itu Tidak Apa-apa, Asal Hidupmu Tetap Bermakna

    Mencintai Indonesia

    Jangan Letih Mencintai Indonesia

    Dunia untuk Difabel

    Bagaimana Jika Kita Merancang Dunia untuk Difabel?

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Child Abuse

    Bentuk-bentuk Child Abuse

    Child Abuse

    Fenomena Child Abuse dalam Lingkungan Keluarga

    Child Abuse

    Mengenal Sejarah dan Definisi Child Abuse

    Penutup Aurat

    Pasangan Kita adalah Penutup Aurat (Aib) Kita

    Anak

    Perhatian Islam terhadap Anak

    Hak Anak untuk Hidup

    Hak Anak untuk Hidup

    ASI

    Hak Anak Memperoleh ASI

    Pendidikan Hak Anak

    Hak Anak untuk Mendapatkan Pendidikan

    Jaminan Sosial

    Hak Anak untuk Mendapatkan Jaminan Sosial

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Aku Tidak Terlambat: Merayakan Kemerdekaan Perempuan Menjelang Usia 30

Selamat merdeka, perempuan. Kita tidak terlambat. Kita sedang tumbuh, perlahan tapi pasti.

Nadhira Yahya Nadhira Yahya
9 Agustus 2025
in Personal
0
Kemerdekaan Perempuan

Kemerdekaan Perempuan

1.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“The most courageous act is still to think for yourself. Aloud.”

Coco Chanel

Mubadalah.id – Kapan terakhir kali kamu merasa merdeka? Bukan hanya bebas dari tekanan luar, tapi benar-benar merdeka: untuk memilih, untuk diam, untuk percaya pada jalan hidupmu sendiri?

Aku bertanya ini karena sedang memikirkannya juga.

Satu tahun lagi sebelum aku genap berusia 30. Aku belum menikah. Dan baru saja resign dari pekerjaan yang selama ini dianggap “cita-cita keluarga.” Aku belum punya rumah, belum punya pasangan, belum punya stabilitas versi masyarakat. Tapi untuk pertama kalinya dalam hidup, aku merasa… merdeka.

Dan ternyata, rasa damai itu jauh lebih berharga daripada validasi sosial yang selama ini aku kejar.

Selama ini, kita merayakan kemerdekaan dengan bendera dan kembang api. Tapi bagi perempuan, kemerdekaan sering kali hadir dalam bentuk yang sangat senyap. Ketika kita berkata “tidak” pada ekspektasi yang membelenggu, ketika kita berkata “cukup” untuk relasi yang menyakitkan, atau ketika kita memilih diam, berhenti, dan mengatur ulang hidup yang tak lagi kita kenali.

Kemerdekaan perempuan, bagiku, adalah momen ketika aku memilih keluar dari pekerjaan yang membuatku merasa kehilangan arah. Pekerjaan itu mungkin stabil, mapan, terhormat di mata keluarga. Tapi nilai-nilai di dalamnya perlahan menggerogoti nilai yang kupegang. Aku tahu aku bisa bertahan, tapi aku tidak ingin bertahan hanya untuk terlihat berhasil.

Kemerdekaan juga hadir ketika aku menerima bahwa belum menikah di usia 29 bukanlah kegagalan. Bahwa tubuhku bukan jam dinding yang terus berdetak menuju “expired.” Bahwa hidupku tak harus sesuai urutan yang mereka tetapkan. Angka 30 bukanlah hantu yang menakutkan.

Lagipula, timeline siapa sih yang kita ikuti?

Perempuan sering dipaksa untuk hidup dalam “timeline sosial” yang kaku. Iya? Misalnya, usia 25 harus menikah, lalu 27 punya anak. Menginjak 30 sudah mapan secara ekonomi, dan usia 35 entah apa lagi. Terus begitu, tidak ada habisnya. Jika kita melenceng sedikit saja dari urutan ini, akan ada tatapan iba, pertanyaan basa-basi yang tajam, atau komentar-komentar kecil yang terasa seperti luka:

“kamu nggak takut kesepian?”

“kenapa resign, sayang banget padahal.”

“kasihan sekali kamu, belum ada pasangan.”

Semua seolah berlomba-lomba mengingatkan bahwa waktu kita tinggal sedikit. Bahwa perempuan punya “masa pakai.” Tapi pertanyaannya: timeline itu milik siapa? Dan untuk apa kita berlomba dalam lintasan yang tak kita pilih?

Aku tidak sedang menunda hidup. Justru aku sedang menjalaninya sepenuh hati. Dengan lebih pelan, lebih sadar, dan lebih jujur.

Kemerdekaan, dalam kasusku, adalah keberanian untuk tidak mengikuti suara paling nyaring di luar sana.

Ia adalah keputusan sadar untuk mempercayai proses, bukan hanya hasil. Untuk memeluk pertanyaan, bukan buru-buru mencari jawaban.

Seperti kata hadis riwayat Abu Nu’aim berikut:

“Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.”

Dan aku percaya, Tuhan tidak menyuruhku untuk tergesa. Aku percaya bahwa jalan setiap perempuan berbeda, dan tidak semua harus berujung pada pernikahan, anak, atau rumah bertingkat dua.

Dalam perspektif Islam yang adil gender, sebagaimana yang diperjuangkan oleh pemikiran Mubadalah, perempuan adalah subjek. Bukan sekadar objek keputusan. Artinya: kita punya otoritas atas hidup kita sendiri. Kita boleh bermimpi, memilih, dan menetapkan jalan. Bahkan jika jalan itu tampak sepi, bahkan jika banyak orang mempertanyakannya.

Aku tahu, laki-laki pun punya tantangan mereka sendiri, tidak ada jalan yang benar-benar mudah. Tapi sebagai perempuan, kita memikul beban yang sering kali tak terlihat: ekspektasi yang menekan dari segala arah, penilaian yang datang bahkan sebelum kita bicara, dan jam sosial yang terus berdetak di telinga. Tantangan ini unik, khas, nyata, meski kadang dianggap sepele.

Kemerdekaan bukan tentang hidup tanpa batas. Tapi tentang berdaulat atas pilihan, yang didasarkan pada nilai, kesadaran, dan keimanan.

Dan dari sanalah harga diri tumbuh.

Kedamaian yang kurasakan sekarang bukan karena semuanya sudah beres. Bukan. Justru banyak yang belum selesai. Aku masih menata kembali impian. Belum tahu arah karier berikutnya. Aku masih bertanya-tanya tentang cinta. Tapi aku tahu satu hal: aku tidak lagi terburu-buru.

Karena selama ini aku hidup dalam ketergesaan: ingin segera berhasil, segera menikah, segera membuat orang bangga. Tapi siapa yang benar-benar peduli ketika aku tergeletak lelah?

Sekarang aku memilih mencintai proses. Mencintai langkah kecil yang kuambil tiap hari. Mencintai versi diriku yang tidak sempurna, tapi jujur.

Jadi, aku ingin bilang pada diriku sendiri, dan juga kepada kalian semua (yang mungkin sedang berada di tempat yang sama. Kita tidak sedang salah sarah.

Mungkin dunia ingin kita bergerak lebih cepat. Tapi siapa bilang kita harus selalu lari?

Mungkin mereka menunggu kita menikah. Tapi siapa bilang perempuan hanya bisa bahagia jika punya pasangan?

Mungkin mereka menganggap kita gagal. Tapi siapa bilang keberhasilan harus selalu tampak di permukaan?

Kemerdekaan yang sejati adalah ketika kita bisa berkata:

“Aku mungkin belum sampai. Tapi aku tahu ke mana aku melangkah.” Dan itu cukup.

Aku menulis ini bukan karena aku sudah tahu semuanya. Tapi justru karena aku sedang belajar.

Menjelang usia 30, aku tidak ingin merayakan pencapaian materi atau relasi. Aku ingin merayakan keberanianku. Keberanian untuk meninggalkan yang tak lagi sesuai. keberanian untuk hidup di tengah ketidakpastian. Keberanian untuk menjadi perempuan merdeka, yang berdiri di atas keyakinannya sendiri.

Dan kalau itu terdengar sepi bagimu, ketahuilah: kita sedang menapaki jalan yang mungkin sunyi, tapi penuh cahaya.

Selamat merdeka, perempuan. Kita tidak terlambat. Kita sedang tumbuh, perlahan tapi pasti. Dan itu adalah bentuk cinta paling tinggi yang bisa kita beri pada diri sendiri. []

 

 

Tags: Kemerdekaan PerempuanMomentumPerayaanSelf Lovestigma
Nadhira Yahya

Nadhira Yahya

Terkait Posts

Kepedihan Lelaki
Personal

Ukhti, Kalian Mesti Pahami Kepedihan Lelaki

2 Agustus 2025
Film "A Normal Woman"
Film

Menyingkap Tekanan Perempuan Modern melalui Film “A Normal Woman”

1 Agustus 2025
Menikmati Proses
Personal

Pentingnya Menikmati Proses, Karena yang Instan Sering Mengecewakan

26 Juli 2025
Erika Carlina
Publik

Dari Erika Carlina Kita Belajar Mendengarkan Tanpa Menghakimi

21 Juli 2025
Kepemimpinan Perempuan
Personal

Dilema Kepemimpinan Perempuan di Tengah Budaya Patriarki, Masihkah Keniscayaan?

19 Juli 2025
Love Bombing
Personal

Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

16 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kemerdekaan Perempuan

    Aku Tidak Terlambat: Merayakan Kemerdekaan Perempuan Menjelang Usia 30

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Sejarah dan Definisi Child Abuse

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Humanisme Inklusif : Sebuah Tawaran Untuk Kesetaraan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Dirimu yang Gelisah: Bongkar Ego, Temukan Ketenangan Diri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perhatian Islam terhadap Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bentuk-bentuk Child Abuse
  • Perlawanan Perempuan Sejak Kemerdekaan Hingga Zaman Kiwari
  • Fenomena Child Abuse dalam Lingkungan Keluarga
  • Bukan Dirimu yang Gelisah: Bongkar Ego, Temukan Ketenangan Diri
  • Mengenal Sejarah dan Definisi Child Abuse

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID