Mubadalah.id – Suasana hangat menyelimuti Selasar Al Fattah Masjid Istiqlal, Jakarta, ketika Yayasan Bani Abdurrahman Wahid bersama Soka Gakkai Indonesia membuka pameran “Gus Dur dan Daisaku Ikeda untuk Kemanusiaan: Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian”.
Acara ini menjadi ruang perjumpaan lintas agama, budaya, dan bangsa, sekaligus momentum memperingati jejak pemikiran dua tokoh besar: Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Daisaku Ikeda.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Sinta Nuriyah Wahid, Umar Wahid Hasyim, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof. Pratikno, Wakil Presiden Soka Gakkai International Terasaki Hirotsugu, serta sejumlah tokoh agama dari berbagai latar belakang.
Peluncuran Audiobook Dialog Peradaban
Rangkaian pembukaan pameran ditandai dengan peluncuran audiobook Dialog Peradaban, sebuah karya yang pertama kali diterbitkan 15 tahun lalu dalam bentuk buku dan kini telah diterjemahkan ke dalam sembilan bahasa.
Ketua Pelaksana, Inaya Wulandari Wahid, menegaskan bahwa format baru ini kami persembahkan agar semakin inklusif.
“Alih-alih menerbitkannya dalam bahasa ke-10, kami memilih menghadirkan dalam bentuk audiobook. Dengan begitu, sahabat-sahabat difabel juga bisa ikut menikmatinya,” ujar Inaya.
Dalam sambutannya, Inaya menekankan pentingnya membangun hubungan antarbangsa yang tidak berhenti pada kepentingan politik dan ekonomi. Menurutnya, relasi sejati harus berlandaskan nilai kemanusiaan.
“Sering kali, hubungan antarnegara hanya digerakkan oleh kesamaan ideologi atau kepentingan material. Padahal, manusia perlu menjalin hubungan yang lebih fundamental: karena kita sama-sama manusia. Dan di sinilah Gus Dur dan Daisaku Ikeda memberi teladan,” ungkapnya.
Ia menilai, kedua tokoh tersebut menunjukkan wajah politik dan ekonomi yang manusiawi, rendah hati, dan berpihak pada mereka yang terpinggirkan. “Mereka hadir sebagai suara bagi yang dibungkam, sebagai perjuangan untuk kemaslahatan bersama,” tambahnya.
Persahabatan Lintas Bangsa dan Generasi
Lebih jauh, Inaya menyebut pameran ini sebagai simbol persahabatan yang melampaui batas negara, agama, maupun budaya.
“Hari ini kami ingin mengajak bangsa dan para pemimpin untuk membangun persahabatan semacam ini. Semoga kita terinspirasi melahirkan perdamaian dan menjadikan persahabatan sebagai gelombang besar yang menggerakkan dunia,” tuturnya.
Acara ini tidak hanya menampilkan pameran visual berisi kisah hidup Gus Dur dan Ikeda serta kutipan pemikiran mereka. Sejumlah agenda lain turut melengkapi, antara lain:
Talkshow & Bedah Buku – Mengulas gagasan dialog, toleransi, dan perdamaian dengan menghadirkan tokoh agama dan aktivis perdamaian. Bahkan ada juga Art Performance – Ruang pertukaran budaya Indonesia dan Jepang, yang juga untuk mendekatkan generasi muda pada semangat kemanusiaan. []