Mubadalah.id – Sosok Khadijah Ra adalah bukti hidup bahwa Islam sejak awal hadir dengan semangat penghormatan terhadap perempuan. Ia bukan sekadar figur yang mendampingi Nabi Muhammad Saw. Tetapi mitra spiritual, intelektual, dan moral yang meneguhkan perjalanan kenabian sejak awal.
Dalam sejarah panjang kemanusiaan, jarang kita menemukan seorang perempuan yang memainkan peran sekuat dan setegas Khadijah Ra — seorang pengusaha sukses, ibu bijaksana, sekaligus pendukung utama risalah Islam.
Dalam dirinya, kita menemukan sosok perempuan beriman yang berani mengambil keputusan, berpikir kritis, dan berkontribusi nyata dalam ruang sosial serta spiritual.
Ketika wahyu pertama turun dan Nabi Muhammad Saw. penuh dengan kegelisahan, justru Khadijah-lah yang menenangkan dan meneguhkan hati beliau. Dengan keyakinan penuh, ia berkata,
“Demi Allah, Dia tidak akan mencelakakanmu. Engkau selalu berbuat baik kepada keluarga, menolong orang papa, dan membantu yang kesusahan.” (HR. Bukhari no. 5005).
Kisah ini menunjukkan bahwa sejak awal kenabian, perempuan sudah menjadi bagian integral dari proses pewahyuan dan penyebaran ajaran Islam. Bukan sebagai objek, tetapi sebagai subjek yang berpikir, merasa, dan bertindak.
Pandangan Kiai Faqih
Dalam pandangan Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Qiraah Mubadalah bahwa “Semua perempuan, sebagaimana semua laki-laki, adalah subjek dari wahyu-wahyu Islam yang diturunkan. Mereka Islam panggil untuk masuk ke haribaan Islam serta mengikuti petunjuk dan ajarannya.”
Pernyataan ini penting, karena selama berabad-abad teks-teks keagamaan kerap dibaca secara bias patriarkis, seolah hanya laki-laki yang menjadi pelaku utama sejarah Islam.
Padahal, dari awal Islam datang dengan universal. Kata “Iqra” — bacalah, sebuah perintah yang tidak hanya untuk Nabi. Tetapi untuk seluruh umat manusia, laki-laki dan perempuan.
Dalam perspektif mubadalah, ajaran Islam tidak pernah memisahkan peran spiritual dan sosial berdasarkan jenis kelamin. Ketika laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki potensi akal, iman, dan takwa. Maka keduanya juga memiliki tanggung jawab yang sama dalam mewujudkan kemaslahatan.
Karena itu, sudah saatnya kita meneladani Khadijah Ra bukan hanya sebagai simbol kesalehan perempuan, tetapi sebagai teladan kemanusiaan yang universal. Ia adalah inspirasi bagi siapa pun yang ingin menghadirkan wajah Islam yang berkeadilan, berkeadaban, dan berkesalingan.
Sebagaimana ditegaskan Kiai Faqih, “Keadilan dalam Islam bukan soal siapa yang lebih tinggi atau lebih rendah, tetapi siapa yang lebih siap menegakkan kemanusiaan bersama.” []