• Login
  • Register
Sabtu, 24 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Apakah Nabi Pernah Meminta Pendapat Istri?

Fitri Nurajizah Fitri Nurajizah
09/08/2021
in Kolom
0
Ilustrasi: pixabay[dot]com

Ilustrasi: pixabay[dot]com

121
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam kehidupan berumah tangga kadang ada saja persoalan. Namun dalam upaya mengatasinya, istri banyak yang merasa tidak bisa ikut berperan. Bahkan pendapatnya acap kali dianggap tidak diperlukan. Bagaimana dengan Nabi? Apakah Nabi pernah meminta pendapat istri?

Seperti halnya sahabat perempuan saya, yang baru saja menikah beberapa minggu lalu. Dia mengeluhkan sikap suaminya yang akhir-akhir ini selalu mengambil keputusan secara sepihak, tanpa meminta pendapatnya.

Sikap suami seperti itu banyak dianggap wajar. Selama ini, di dalam keluarga, suami dianggap sebagai pemegang kekuasaan seutuhnya, satu-satunya. Apapun yang menjadi keputusan suami, maka semua anggota keluarga, termasuk istri harus menaatinya.

Baca juga: Hubungan Suami-Istri, Bukan Hubungan Majikan-Budak

Padahal jika melihat tujuan dari pernikahan itu sendiri adalah untuk menciptakan keluarga yang bahagia. Keluarga yang penuh kasih sayang, saling mengingatkan,  menghormati, melengkapi dan saling berbagi. Sikap yang menafikan peran pasangan di dalam keluarga justru bertentangan dengan tujuan pernikahan itu sendiri.

Baca Juga:

Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

Maka, memang sebaiknya istri maupun suami satu sama lain selalu berkomunikasi dengan baik tentang apapun yang berkaitan dengan kehidupan keluarganya. Tujuannya tentu saja untuk menjaga keharmonisan dan perasaan pasangannya.

Seperti halnya Nabi ketika menerima wahyu pertama, beliau merasa itu adalah beban yang teramat berat. Ada keraguan dalam benak Nabi tentang kemungkinan bahwa yang datang bukanlah Jibril, melainkan jin. Dan beliau tidak simpan masalah yang amat berat itu sendirian.

Baca juga: Perempuan Pemberi Nafkah Masa Nabi

Setelah menenangkan diri, beliau meminta pendapat kepada istrinya, Siti Khadijah. Lalu dengan sangat tenang dan bijak, Siti  Khadijah berkata meyakinkan:

”Tidak, sayang, demi Allah, Allah pasti tidak akan membiarkanmu direndahkan. Engkau suka menyambung tali persaudaraan, meringankan beban orang lain, memberi makanan orang yang miskin, menjamu tamu, dan menolong orang yang terhina karena menegakkan kebenaran.”

Subhanalah betapa indahnya pemandangan tersebut. Saat kedua pasangan suami istri bermusyawarah tentang sesuatu yang terjadi pada salah satu pasangannya. Kisah ini, menurut saya, mengajarkan pada kita untuk selalu berkomunikasi secara baik dengan siapapun pasangan.

Sejalan dengan itu, dalam beberapa tulisannya, KH. Faqih Abdul Qodir mengingatkan bahwa salah satu sikap saling menghormati antar sesama manusia baik antara istri dengan suami, anak dengan orang tua, majikan dengan buruh adalah membangun prinsip keadilan relasi.

Baca juga: Bahagia Berumah Tangga

Karena ketika relasi itu timpang maka akan ada salah satu manusia yang terzalimi. Hubungan istri dan suami yang baik akan terwujud saat relasinya tidak timpang. Keduanya setara, bahkan memberikan sikap aktif berupa kesalingan di antara keduanya.

Hal ini sejalan dengan Islam yang senantiasa mengajarkan untuk selalu berbuat baik, saling memberi manfaat, saling meringankan beban, menghormati dan saling berkasih sayang.

Intinya, seseorang yang menganggap pendapat, pikiran dan tindakan pasangannya tidak bermanfaat, tidak bisa diajak bersama-sama mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi dalam rumah tangga, itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Juga tidak sejalan dengan apa yang telah diajarkan Nabi.[]

Tags: bahagiaislamistrikeluargaRelasirumah tanggasuamitimpang
Fitri Nurajizah

Fitri Nurajizah

Perempuan yang banyak belajar dari tumbuhan, karena sama-sama sedang berproses bertumbuh.

Terkait Posts

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

24 Mei 2025
Laku Tasawuf

Hidup Minimalis juga Bagian dari Laku Tasawuf Lho!

24 Mei 2025
Ulama perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

24 Mei 2025
Kekerasan

Kasus Pelecehan Guru terhadap Siswi di Cirebon: Ketika Ruang Belajar Menjadi Ruang Kekerasan

24 Mei 2025
Program KB

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

23 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

23 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Laku Tasawuf

    Hidup Minimalis juga Bagian dari Laku Tasawuf Lho!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menjembatani Agama dan Budaya: Refleksi dari Novel Entrok Karya Oky Madasari

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Pelecehan Guru terhadap Siswi di Cirebon: Ketika Ruang Belajar Menjadi Ruang Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Self Awareness Ala Oh Yi Young di Resident Playbook

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan
  • Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an
  • Ihdâd: Pengertian dan Dasar Hukum
  • Hidup Minimalis juga Bagian dari Laku Tasawuf Lho!
  • Menjembatani Agama dan Budaya: Refleksi dari Novel Entrok Karya Oky Madasari

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version