Mubadalah.id – Selama perjalanannya, Fahmina konsisten menciptakan ruang yang terbuka bagi para santri pasca pesantren untuk terus mencari, membaca ulang tradisi, dan merawat kegelisahan sosial mereka.
Upaya itu tidak dilakukan sendirian. Fahmina merangkul pesantren-pesantren, lembaga lokal, hingga jejaring nasional untuk memperkuat budaya belajar yang hidup di tengah masyarakat.
Setiap tahun, Fahmina menggelar berbagai forum bagi kalangan pesantren mulai dari pengajian Ramadhan, belajar bersama dua mingguan, pengajian perempuan pesantren, dawrah fiqh perempuan, dawrah fiqh demokrasi, halaqah kitab kuning, dan mujalasah ulama. Forum-forum ini dihadiri kiai dan nyai muda, ustadz dan ustadzah, serta para santri senior dari wilayah III Cirebon.
Salah satu kegiatan yang paling khas adalah pertemuan santri muhajirin setiap awal bulan Syawal. Istilah ini merujuk pada para alumni pesantren asal Cirebon yang kini hidup di luar daerah.
Mereka berkumpul untuk bersilaturahmi, berbagi pengalaman, dan saling menguatkan. Pertemuan ini menjadi ruang untuk menjaga denyut intelektual dan sosial para alumni.
Melalui semua kegiatan ini, Fahmina tidak pernah berhenti mempromosikan tradisi intelektual pesantren agar ia terus mereka baca, kaji, dan menjadi inspirasi dalam memperjuangkan keadilan sosial.
Karena ribuan santri di Cirebon hingga saat ini tumbuh dengan tradisi ritual yang kuat seperti haul, akhir as-sanah, pengajian pesantren. Fahmina mendorong agar tradisi-tradisi ini tidak hanya menjadi agenda seremonial. Tetapi juga wadah untuk menumbuhkan kepedulian sosial dan keberpihakan pada kelompok rentan. []






































