• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Transformasi Para Princess Disney dan Ruang Imajiner Anak

Kisah-kisah Disney seringkali menjadi pedoman moral dan nilai sosial yang dianggap mapan sehingga mampu menggiring pembaca, khususnya anak-anak untuk mengintenalisasikan nilai budaya melalui tokoh-tokoh yang dijadikan idola bahkan panutan.

Cut Novita Srikandi Cut Novita Srikandi
25/11/2020
in Film, Pernak-pernik
0
mendongeng untuk anak
206
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kata ‘Disney’ melekat erat dalam ruang imajiner ‘kita’. Mengapa demikian? Sadar atau tidak, kebanyakan dari ‘kita’ sangat mengenal dan mengidolakan tokoh-tokoh dalam dongeng ciptaan Disney. Begitu melekatnya Disney dalam ingatan, membuat sebagian besar anak-anak khususnya perempuan, mendambakan hidup sebagai seorang princess layaknya yang digambarkan Disney dalam dongengnya.

Berwajah cantik, menarik, berpakaian indah, dan menjadi tuan putri yang senantiasa menunggu datangnya seorang pangeran untuk dijadikan permaisuri di dalam istana yang megah. Ya, Disney telah berhasil mengkonstruksi dunia imajiner anak-anak melalui keindahan yang ditawarkan dalam setiap dongengnya.

Snow White adalah princess yang pertama kali diciptakan oleh Disney pada tahun 1937. Seiring berjalannya waktu, Disney kembali menciptakan princess lainnya seperti Cinderella (1950), Aurora (1959) , Ariel (1989),Belle (1991), Jasmine (1992), Pocahontas (1995), dan Mulan (1998). Pada awalnya, Disney mengkonstruksi pola yang mirip dalam setiap cerita yang menghadirkan para princess-nya.

Mereka digambarkan sebagai perempuan anggun, berwajah cantik, lemah, pasif, selalu menjadi korban, dan selalu menunggu tokoh pangeran untuk datang menyelamatkannya. Pola semacam ini dapat dilihat pada kisah Cinderella, Aurora, Ariel, Belle, dan Jasmine. Konstruksi kisah princess kelima tokoh ini sangat melekat dalam ingatan anak-anak karena penggambaran mereka di dalam cerita-cerita begitu indah dan sempurna.

Tokoh Pocahontas dan Mulan digambarkan sangat berbeda dengan kelima tokoh di atas. Mereka adalah tokoh yang sudah mulai berani untuk mendobrak tradisi dan adat masyarakatnya. Terlebih tokoh Mulan, yang sudah mulai mempertanyakan bahkan mendobrak nilai-nilai patriarki dalam masyarakat terkait gendernya sebagai seorang perempuan yang selalu dianggap lemah.

Baca Juga:

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Mulan yang diciptakan pada tahun 1998 dalam bentuk animasi, terlihat sangat berbeda dari tokoh-tokoh princess sebelumnya. Ia digambarkan sebagai perempuan yang kuat, pahlawan perempuan, petarung hebat, dan berhasil meraih kemenangan di medan perang. Mulan melawan patriarki dengan menawarkan nilai-nilai feminisme dalam setiap representasinya di dalam cerita.

Sayangnya, tokoh ini tidak terlalu diidolakan anak-anak perempuan seperti princess-princess Disney lainnya, termasuk saya sendiri yang dulu tidak terlalu tertarik dengannya. apa yang salah dari Mulan? Mungkin karena dari segi sinematografis, penggambaran animasi tokoh Mulan kurang berwarna seperti para princess sebelumnya.

Dari segi fisik, gaya berpakaian dan gaya rambut, Mulan kurang mendapat perhatian di hati anak-anak. Ini dapat pula terkait dengan ruang imajiner anak-anak yang menganggap seorang Princess selalu identik dengan segala sesuatu yang berbau keindahan, misalnya wajah cantik, menarik, dan gaun yang indah.

Pada tahun 2013, Disney kembali merilis sebuah film animasi yang berjudul Frozen. Dalam film ini terdapat dua tokoh utama perempuan, kakak beradik yang bernama Elsa dan Anna. Tokoh Elsa mendapat tempat khusus di hati anak-anak hingga saat ini. Seolah menggantikan para princess Disney yang cengeng sebelumnya, Elsa telah berhasil merebut perhatian anak-anak dan sukses menjadi idola di tengah mereka.

Tokoh Elsa digambarkan memiliki kecantikan yang luar biasa dengan gaun dan tatanan rambut yang indah. Namun berbeda dari lima princess sebelumnya yang digambarkan juga memiliki kecantikan yang luar biasa, Elsa bukanlah perempuan yang lemah dan selalu menunggu pangeran. Seperti halnya Mulan, ia adalah petarung yang hebat, dan merupakan pemimpin kerajaan menggantikan orang tuanya.

Tokoh Elsa juga merupakan representasi dari perempuan modern. Ia cantik, cakap, hebat, kuat, berani, dan tidak bergantung pada laki-laki. Apa yang ditawarkan Disney pada tokoh Elsa menyisipkan nilai-nilai baru yang tidak lagi terikat pada budaya patriarki dalam masyarakat.

Sebagaimana dongeng yang merupakan salah satu produk budaya yang dianggap sebagai gudangnya nilai-nilai dan perilaku yang berlaku di masyarakat, Disney telah berhasil mewujudkannya. Disney sebagai salah satu pelopor dongeng dunia telah berhasil membentuk ruang imajiner bagi anak-anak dalam memahami dunia sekitar.

Apalagi kisah-kisah Disney seringkali menjadi pedoman moral dan nilai sosial yang dianggap mapan sehingga mampu menggiring pembaca, khususnya anak-anak untuk mengintenalisasikan nilai budaya melalui tokoh-tokoh yang dijadikan idola bahkan panutan. Transformasi pada Princess ciptaan Disney juga menciptakan nilai-nilai baru bagi anak-anak perempuan, khususnya terkait kesadaran gender. Hal ini sangat baik mengingat ‘melek gender’ yang harusnya sudah diperkenalkan sejak dini pada setiap anak. []

Tags: Disneyfilm keluargaFilm MulanKisah Negeri DongengperempuanPerempuan Inspiratif
Cut Novita Srikandi

Cut Novita Srikandi

Alumni Women Writers Conference Mubadalah tahun 2019, Dosen dan Peneliti Sastra

Terkait Posts

Film Rahasia Rasa

Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

6 Juli 2025
Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Kholidin

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

5 Juli 2025
Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID