• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Sastra

Mukena Milik Maymunah

Sebelum pandemi meminjamkan mukena adalah hal yang lumrah. Tetapi hal ini kemudian menjadi hal yang sulit diterima. Lantas bagaimana kah sikap Maymunah ketika ada yang ingin meminjam mukenanya?

Karimah Iffia Rahman Karimah Iffia Rahman
03/01/2021
in Pernak-pernik, Sastra
0
Mukena

Mukena

151
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – “Kayanya tahun baru kali ini hujan ya.” Ibu memulai percakapan di tengah perjalanan kami menuju Flower Market, tempat belanja bulanan. “Tadi ibu lihat di berita”. Lanjut Ibu sambil merapikan maskernya yang baru saja dipasang.

Aku tidak menanggapi, suasana hatiku sedang tidak buruk tetapi juga sedang tidak dalam keadaan baik karena aku benar-benar mengantuk. Rasanya tidurku terasa selalu kurang apalagi setelah akhir-akhir ini aku harus maraton mengurus pekerjaan domestik sekaligus menopang keuangan keluarga. Entah sampai kapan peran ganda ini akan berakhir.

“Iya bu, orang tadi juga hujan.” Bambang menjawab ibu sambil tetap fokus menyetir mobil.

Perjalanan kali ini menuju ke Flower Market kuhabiskan dengan memperhatikan jalan sekitar dibalik kaca mobil. Sayup-sayup suasana sejuk dan sepi ini membuatku yang lelah kini semakin mengantuk. Kelopak mataku perlahan menutup.

***

Baca Juga:

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

Ibukota terasa lenggang sekali. Entah karena orang-orang berbondong-bondong pergi berlibur atau depopulasi akibat pandemi. Tetapi setahuku seluruh penjuru destinasi kota wisata mengetatkan pengawasan turis domestik.

Ada pemerintah kota yang melarang plat tertentu masuk di wilayahnya. Ada pula pemerintah kota yang menerapkan pengecekan berkas rapid anti gen di berbagai wilayah perbatasan kotanya. Masing-masing berupaya memberikan kebijakan publik yang paling bisa dilaksanakan sesuai dengan standar protokol kesehatan pandemi agar dapat meminimalisir dan menekan laju korban yang tertular virus akibat pandemi.

Kesulitan dan kepedihan di tengah pandemi dirasa belum mencapai puncaknya. Kasus korupsi bagaikan tangga yang menimpa badan setelah terjatuh. Seperti tak mengenal apa itu empati di tengah pandemi. Anganku terpecahkan ketika ada kerumunan berjarak dua meter di depan mobil kami.

“Ada yang kecelakaan.” Ucap Dek Bambang. Lalu lintas mendadak ricuh dan tidak tertata seperti sebelumnya. Kendaraan-kendaraan di baris depan belum bisa bergerak karena korban masih jatuh belum tertolong. Tidak semua orang yang ada di depan peduli dengan korban.

Sebagian malah menjauh seperti tidak ingin ikut campur. Sisanya mau tak mau menolong korban berpindah ke tempat yang lebih aman. Menyingkirkan ego dan menampilkan sisi kemanusiaannya. Mobil kembali melaju, kudengar dari kursi tengah Dek Bambang berceletuk, “dih, ada aparat yang jaga padahal. Tapi tadi kecelakaan gak ada satupun yang menolong.”

“Yaaa, biasa itu mah”. Ibu menimpali.

Ya, bukan hal baik memang, tetapi hal itu kini menjadi sebuah hal yang terlihat lumrah di tengah masyarakat. Apalagi kini ada protokol ‘beri jarak’ sehingga hal-hal yang bersifat apatis, cuek, tidak peduli satu sama lain adalah hal yang lebih baik dilakukan agar tidak tertular virus. Padahal sejatinya tidak perlu seperti itu.

***

“Sudah sampai…” ucap Dek Bambang setelah memarkir mobil dengan tepat.

“Ayo turun” seru Ibu.

“May salat dulu ya, Bu.” Ucapku

“Ya sana, gantian”.

Aku bergegas menuju tempat salat sebelum Nina menangis mencariku. Sebelum pandemi aku sudah terbiasa membawa alat shalat sehingga tidak menjadi hal baru untukku membawa peralatan ibadah. Setelah salam, di belakangku ada sosok perempuan seperti kebingungan tetapi ia hanya diam. Saat hendak pergi dari mushola barulah ia bertindak.

“Mbak, maaf saya gak bawa mukena. Apa saya boleh meminjam mukenanya?” tanyanya ragu.

Kali ini aku yang diuji, aku diam sambil memperhatikan perempuan itu. “Silahkan, Mbak.” Ujarku sambil tersenyum. Perempuan itu tersenyum lega. Aku lebih lega, karena tidak membiarkannya untuk tidak beribadah hanya karena physical distancing. Aku menunggunya sampai ia selesai salat dan berdoa.

“Makasih banyak ya, Mbak”. Ucapnya.

“Iya mbak, sama-sama”. Jawabku. Sebelum pandemi meminjamkan mukena adalah hal yang lumrah. Tetapi hal ini kemudian menjadi hal yang sulit diterima.

***

“Mbak May, bangun Mbak.” Dek Bambang membangunkanku yang tertidur di sofa ruang keluarga. “Jadi ikut gak ke Flower Market?”

Aku terbangun kaget. “Hah?” tanyaku masih setengah sadar.

“Yeee, orang dari tadi nungguin kamu bangun. Gimana si kamu, Maymunah…” celetuk Ibu sambil melenggang keluar rumah.

“Ya udah, tunggu sebentar Bu”. Ujarku sambil menghela nafas. Aku mempersiapkan bawaanku dan Nina yang harus dibawa. Pospak, baju ganti, mainan, camilan, dan botol susunya. Sekilas kulirik mukena-mukena di lemariku. Lalu kuambil satu melengkapi mukena yang satunya yang biasa aku bawa setiap kali aku pergi. Kini aku membawa dua untuk berjaga-jaga.

Kali ini aku benar-benar pergi ke Flower Market. []

Tags: cerita pendekPandemi Covid-19perempuanSastra
Karimah Iffia Rahman

Karimah Iffia Rahman

Alumni Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan Kebijakan Publik SGPP Indonesia. Karya pertamanya yang dibukukan ada pada antologi Menyongsong Society 5.0 dan telah menulis lebih dari 5 buku antologi. Founder Ibuku Content Creator (ICC) dan menulis di Iffiarahman.com. Terbuka untuk menerima kerja sama dan korespondensi melalui iffiarahman@gmail.com.

Terkait Posts

amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Fikih

Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

1 Juli 2025
Wahabi

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

30 Juni 2025
Beda Keyakinan

Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

30 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

29 Juni 2025
Kapan Menikah

Jangan Tanya Lagi, Kapan Aku Menikah?

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID