Mubadalah.id – “Ketika kantung kresek yang tipis beterbangan, atau bungkus-bungkus plastik kemasan kita buang sembarangan, kira-kira di mana mereka akan berakhir?” Tanya saya kepada siswa saya ketika kami membincang perkara sampah.
Kemudian mereka menjawab “Di air! Di laut! Di sungai!” “Kalau sampah-sampah tersebut berakhir di sungai, lantas apa yang akan terjadi?” Tanya saya. “Air akan tercemar, ikan-ikan akan makan sampah, kemudian ikannya kita makan, dan secara tidak langsung kita memakan sampah!” Kritis sekali! Anak-anak adalah penelaah ulung. Apa yang mereka sampaikan tak lain adalah realitas sehari-hari.
Kami berkunjung ke bank sampah. Kami mengamati aktivitas di dalamnya, dan pengamatan kami berakhir di TPA. Melihat gunung-gunung sampah yang mengerikan, anak-anak merasa takut, jijik, dan muak terhadap sampah. Buntut persoalan paling mengerikan yang muncul dari gunungan sampah, dan ketiadaan kesadaran mengelola sampah, adalah kerusakan lingkungan.
Manusia adalah khalifah fil ard. Kesalingan antara perilaku manusia dengan kondisi alam jelas berkesinambungan. Oleh sebab itu, tanggungjawab menjaga dan melestarikan lingkungan alam menjadi tanggung jawab manusia sebagai makhluk Allah.
Pentingnya Anak-anak Mengetahui Kategori Sampah
Dalam mengemban amanah tersebut, Islam menggariskan dasar-dasar kemaslahatan dengan pencegahan risiko keburukan yang mungkin timbul dari sampah. Hal pertama kali yang saya sadari sebagai guru adalah kebutuhan pengetahuan anak-anak terkait penekanan bahaya dari gunungan sampah bagi bagi semesta.
Salah satu hal yang kami lakukan adalah mencari dan belajar bersama terkait bermacam kategori sampah dan tata cara pengolahannya.
Anak-anak penting memahami sampah terdiri dari lima jenis berbeda. Sampah organik seperti sisa makanan, dedaunan, kulit buah, dan sejenisnya. Lalu, ada sampah anorganik seperti plastik dan logam. Selain itu, ada sampah kertas, sampah Bahan Bahaya Beracun (B3), kemudian sampah residu seperti kain bekas, popok bekas, sampah pembalut, dan sejenisnya.
“Ketika mendengar kata sampah, apa yang ada di benak teman-teman?” Tanya saya kepada siswa saya. Kebanyakan dari mereka menjawab kotor, menjijikan, kuman, dan tidak bermanfaat. Apakah benar tidak ada sama sekali manfaat dari sampah? Simak tulisan ini sampah akhir!
Tingkatan Penanganan Sampah
Ada tingkatan penanganan sampah, dimulai dari pencegahan, pengurangan, penggunaan kembali, daur ulang, penghematan energi, dan pembuangan sampah. Rangkaian proses penanganan sampah itu kemudian kita sederhanakan dalam prinsip 3R, reduce, reuse, and recycle.
Tiga prinsip tersebut tidak akan berjalan jika kita tidak ‘rethink’, atau menanamkan cara pandang baru mengenai sampah. Prinsip yang satu ini, bisa kita lakukan dengan cara menimbang dengan matang apa yang kita konsumsi. Apakah belanjaan kita berpotensi menambah jumlah sampah? Apakah barang yang akan kita beli sangat diperlukan?
Proses rethink berupaya mempertimbangkan fungsi dan dampak bagi lingkungan. Selain itu, kita perlu mengubah cara berpikir bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak bermanfaat. Padahal, dalam kenyataannya sampah dapat kita kelola menjadi berbagai macam karya dan menghasilkan keuntungan.
Seperti membuat e coenzyme, pupuk kompos, sampah anorganik bisa kita setorkan ke bank sampah yang nantinya akan mendapatkan uang. Selain itu bisa juga kita jadikan kerajinan-kerajinan tangan yang menarik.
Perubahan Cara Pandang terhadap Sampah
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” Q.S Al-A’raf:56
Kutipan ayat tersebut bisa menjadi pendorong dalam mengikhtiarkan perubahan cara pandang terhadap sampah untuk kemaslakhatan umat manusia dan alam. Manusia diamanatkan untuk menjadi khalifah dan tidak mencipatakan kerusakan salah satunya dengan cara mengonsumsi dan memproduksi sesuatu dengan fungsi yang baik, serta bisa kita gunakan secara berulang.
Muslim yang baik juga harus memiliki prinsip dengan menimbang segala perkara berdasarkan kebaikan. Mengambil segala sesuatu yang baik dan menyingkirkan yang buruk adalah hal yang tertanam sesuai syariat Islam. Proses rethink dalam tata kelola sampah adalah bagian dari menimbang perkara baik.
Hal terpenting selain prinsip tata kelola sampah adalah kesadaran berkesalingan (mubadalah). Anak-anak sering bercerita bagaimana tim Pandawara yang viral di sosial media. Di mana mereka membersihkan gunungan sampah, dan sampah yang menyumbat sungai.
Fakta tersebut menjadi contoh yang baik, Namun apakah ikhtiar dalam pengelolaan sampah bisa terwujud secara meluas dan signifikan jika hanya mengandalkan satu atau dua komunitas saja? Perlu ada Pandawara-pandawara lain dan andil penuh dari pemerintah untuk menangani sampah.
Anak-anak adalah gerbang utama dalam memperbarui peradaban menjadi lebih baik. Oleh sebab itu sangat penting membersamai anak-anak dalam proses menjadi muslim kaafah, yang sadar akan lingkungan dan menjadikan alam sebagai tempat berpulang, sehingga mesti dirawat dengan segala upaya. []