• Login
  • Register
Senin, 2 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Antara Pancasila, Seni dan Tasawuf dalam Sebuah Karya

Saya amat meyakini, konsep Pancasila sendiri dengan lambang Garudanya yang khas adalah karya besar yang berangkat dari nilai-nilai sufistik dan proses “tafakur”mewakili berbagai budaya dan pemahaman masyarakat Indonesia yang beragam menuju pada entitas Ilahiyah yang satu.

Afifah Ahmad Afifah Ahmad
02/06/2021
in Featured, Hikmah
0
Tasawuf

Tasawuf

91
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Buku yang ada di tangan saya ini berjudul “Irfan va Honar dar Dore-ye Modern” atau “Tasawuf dan Seni di Era Modern”. Buku setebal 507 halaman ini tidak sangaja saya temukan saat sedang jalan-jalan di sebuah toko buku. Tulisan di buku ini cukup mudah untuk dicerna karena berupa kumpulan artikel karya Shahram Pezouki yang dimuat di berbagai jurnal tentang isu-isu penting dalam dunia tasawuf.

Nama Shahram Pezouki merupakan sosok yang cukup unik dan keluar dari meanstream banyak pemikir Iran hari ini. Pezouki sendiri saat ini menjadi ketua di departeman Agama dan Mistisme pada lembaga independen “Iranian Institute of Philosophy (IRIP)”, sebuah lembaga yang pernah didirikan oleh Sayyed Hossein Nasr pada tahun 1974.

Beberapa nama seperti: William Chittick, Henry Corbin, Toshihiko Izutsu, pernah datang dan bekerjasama dengan lembaga ini. Sampai hari ini, lembaga IRIP menjadi tempat ‘menterang’ berkumpulnya banyak pemikir independen yang jauh dari hiruk pikuk politik praktis. Meski latar studi Pezouki adalah filsafat, namun ia memiliki ketertarikan kuat pada ranah tasawuf, ia juga menulis buku “Sejarah dan Geografi Tasawuf.

Baru membaca beberapa halaman saja buku ini, saya merasa sedang diajak untuk berselancar pada samudra kekayaan dunia tasawuf yang tak berbatas. Pandangan Pezouki memang melampaui batas negara, mazhab, bahkan agama. Namun seperti Nasr, ia tetap mempertahankan pijakan tradisionalisme.

Yang menarik dalam buku ini, tidak hanya berputar-putar pada pandangan teoritis, tetapi mengupasnya dari hulu ke hilir, termasuk membahas bagaimana relevansi tasawuf dalam dunia modern. Isu-isu teoritik yang ditawarkan pun cukup berani dan progresif, seperti meninjau kembali makna “Wilayat” yang acapkali ditafsirkan secara sempit dan amat lokal.

Baca Juga:

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Isu lain yang cukup menarik, Pezouki menjelaskan kontribusi tasawuf dan irfan dalam perkembangan filsafat Islam. Filsafat yang selama ini diyakini sebagai induk lahirnya banyak disiplin ilmu, ternyata juga berhutang pada rukun-rukun tasawuf.

Sejujurnya, saya memang belum menuntaskan seluruh isi buku, saya hanya akan coba meng-highlight gagasan utama sekaligus yang kerap menjadi pertanyaan, apakah tasawuf berkontribusi dalam kemajuan? Tentu, dalam ruang terbatas ini saya tidak akan menjawab secara panjang lebar.

Saya kira, jawaban pertanyaan di atas bisa mulai ditelusuri dengan melihat makna “Tafakur” dalam buku ini. Kata Pezouki sembari mengaminkan pendapat Sabestari, Tafakur bukan hanya sebuah proses berpikir dan merenung yang temporal, tapi Tafakur adalah perjalanan suluk. Bagaimana perjalanan panjang kita dari mahkluk menuju Tuhan, sampai pada tingkatan di mana kita sebagai cermin Tuhan untuk kembali pada makhluk, dan dalam cermin makhluk melihat Tuhan. Sehingga keindahan dan keesaan Tuhan bisa kita saksikan dalam keragaman wujud di alam.

Pandangan ini, dapat diturunkan dalam laku dan pedoman hidup. Sehingga dalam posisi apapun seseorang, baik sebagai seniman, penulis, guru, atau lainnya sejatinya sedang menjalani laku suluk. Menurut Pezouki, inilah spirit yang hilang dalam dunia modern yang perlu kembali dihidupkan.

Di bagian akhir, ditempatkan sebuah artikel berjudul “Tarikat Maknawi dan Seni Islam” yang sepertinya juga menjadi inspirasi judul buku ini. Di sinilah kita disuguhkan jejak-jejak antropologis pertalian antara seni dan sufistik di dunia Islam. Dalam konteks Persia, Pezouki menunjukkan sampai akhir dinasti Qajar (akhir abad 19) banyak seniman besar yang juga seorang ahli tarikat.

Misalnya, pembangunan interior di masjid Masjid Jami Isfahan (yang kini masuk situs budaya UNESCO) juga hasil kerja sama antara guru dan murid dalam sebuah lingkaran tarikat. Sebuah puisi pujian dari murid untuk sang guru spiritual ditemukan di salah satu sudut dindingnya. Begitu juga seni oleh raga tradisional “Zoorkhaneh” yang sampai hari ini masih bisa dijumpai di berbagai wilayah Iran. Seni olah raga ini digerakkan oleh lagu pujian terhadap Sayyidina Ali. Tentu banyak lagi jejak-jejak antropologis lainnya, seperti dalam karya sastra seperti puisi, ataupun dalam seni rupa seperti: karpet, lukisan, juga kaligrafi.

Dalam konteks Indonesia, jejak-jejak antropologis pertalian antara seni-budaya dan dunia sufistik, tentu bisa kita temukan secara lebih luas dan beragam melalui seni pewayangan, hingga artefak masjid di berbagai daerah. Dari seni batik, hingga lagu-lagu rakyat yang penuh nuansa spiritual, seperti lagu: Lir Ilir. Sampai kata teman Irani saya yang berulang-ulang mendengarkan lagu ini: “Kalau saya waktu itu juga terlahir di Indonesia dan mendengarkan lagu ini, tentu saya akan menerima Islam dengan bahagia”

Begitu juga, saya amat meyakini, konsep Pancasila sendiri dengan lambang Garudanya yang khas adalah karya besar yang berangkat dari nilai-nilai sufistik dan proses “tafakur”mewakili berbagai budaya dan pemahaman masyarakat Indonesia yang beragam menuju pada entitas Ilahiyah yang satu. Selamat Hari lahir Pancasila. []

Tags: Filsafat dan TasawufIndonesiaNusantaraPancasilasejarahsenitasawufTradisi
Afifah Ahmad

Afifah Ahmad

Founder ngajirumi.com, penulis, traveller, dan penyuka karya sastra sufistik

Terkait Posts

Surah Al-Ankabut Ayat 60

Refleksi Surah Al-Ankabut Ayat 60: Menepis Kekhawatiran Rezeki

28 Mei 2025
Etika Sosial Perempuan 'Iddah

Etika Sosial Perempuan dalam Masa ‘Iddah

28 Mei 2025
Kehidupan

Fondasi Kehidupan Rumah Tangga

27 Mei 2025
Sharing Properti

Sharing Properti: Gagasan yang Berikan Pemihakan Kepada Perempuan

27 Mei 2025
Meneladani Noble Silence

Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an

24 Mei 2025
ihdâd

Ihdâd: Pengertian dan Dasar Hukum

24 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jilbab

    Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an
  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID