• Login
  • Register
Senin, 26 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Bagaimana Mengemas Dakwah Islam yang Humanis dan Kontekstual?

Makna dakwah senantiasa terkait dengan konteks atau latar sosial tertentu. Hal ini sejalan dengan fakta historis bahwa sepanjang sejarahnya, agama Islam tersampaikan dengan berbagai pendekatan yang sangat lentur dan sangat kondisional

Redaksi Redaksi
24/06/2022
in Hikmah
0
Dakwah Islam

Dakwah Islam

249
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dakwah Islam pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengubah seseorang, sekelompok orang, atau suatu masyarakat. Yakni menuju kepada kondisi atau keadaan yang lebih baik sesuai dengan perintah Allah swt dan tuntunan Rasul-Nya.

Dalam konteks Indonesia, dakwah Islam dimaksudkan untuk mengubah posisi, situasi, dan kondisi umat Islam Indonesia yang timpang menuju keadaan yang lebih baik sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya, yakni masyarakat yang bermoral, berakhlak karimah.

Dengan demikian, esensi dakwah Islam adalah mengubah segala bentuk penyembahan kepada selain Allah kepada keyakinan tauhid. Semua jenis kondisi kehidupan yang timpang ke arah kondisi kehidupan yang penuh dengan ketenangan batin. Seperti kesejahteraan lahir berdasarkan nilai-nilai islami.

Tentu saja, usaha itu hanya dapat terwujud manakala mendapat dukungan, rencana yang terpadu, serta persiapan yang matang. Perintah untuk mengubah kondisi yang timpang di masyarakat secara tegas termuat dalam sabda Nabi saw:

من رأى منكم منكرا فليغيره بيده وإن لم يستطع فبلسانه وإن لم يستطع فيقلب وذلك أضعف الإيمان. (رواه مسلم(

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence Pada Ayat-ayat Shirah Nabawiyah (Part 2)

Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an

Menyusui Anak dalam Pandangan Islam

KB dalam Pandangan Islam

“Siapa pun yang melihat kemungkaran (ketimpangan) maka ia berkewajiban meluruskannya dengan tindakan, ucapan, dan pa ling tidak dengan hatinya. Upaya terakhir itu adalah gambaran selemah-lemahnya iman seseorang” (HR Muslim).

Strategi Dakwah Islam

Meskipun setiap orang bisa kita minta untuk melakukan dakwah Islam melalui tiga cara. Yakni tindakan, ucapan, dan doa. Namun jangan lupa melakukan semua upaya tersebut tetap dengan cara-cara yang bijaksana. Tidak memaksa dan yang pasti tidak menimbulkan rasa tidak nyaman bagi orang lain yang menjadi sasaran dakwah itu. Sebagaimana terbaca dalam ayat berikut:

أدع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن ان ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pel ajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari Jalan-Nya. Dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS an-Nahl 116) 125).

Dengan ungkapan lain, dakwah apa pun bentuknya hendak nya selalu kita lakukan dengan cara-cara damai dan simpatik. Bukan dengan cara-cara kekerasan, intimidasi, diskriminasi, dan eksploitasi. Di sinilah sesungguhnya esensi Islam yang hakiki. Yaitu agama yang cinta damai dan berpihak kepada kedamaian.

Bukankah Islam itu sendiri berasal dari kata salam yang esensinya menunjukkan kepada makna damai?

Ayat di atas menyerukan kepada setiap muslim, agar melakukan dakwah Islam, mengajak, dan menyeru manusia ke “jalan Allah”, yaitu dinnul Islam melalui cara yang arif dan bijak, pelajaran dan contoh teladan yang baik, serta dialog atau diskusi yang baik pula. Kata hikmah ini mengandung pengertian yang sangat luas, di antaranya dapat kita artikan bahwa dakwah itu harus kontekstual, ada penyesuaian dengan kebutuhan sasaran, atau dengan memperhatikan situasi sasaran.

Teladan Nabi dalam Berdakwah

Nabi merupakan contoh bagi pelaksanaan dakwah yang kontekstual, misalnya ketika ada pertanyaan kepada beliau tentang amal apakah yang paling afdal? Ternyata jawaban Nabi sangat ber variasi sesuai dengan kebutuhan dan situasi orang yang bertanya.

Walaupun terdapat ayat yang menyuruh setiap orang untuk melakukan dakwah, namun realitas yang ada menunjukkan bahwa lebih efektif jika melakukan dakwah tersebut oleh sekelompok orang yang memang terlatih atau terdidik untuk tujuan mulia tersebut.

Artinya, perlu membentuk organisasi dakwah yang di dalamnya terhimpun individu-individu yang memiliki komitmen dan profesionalitas untuk melaksanakan dakwah sehingga kegiatan dakwah dalam masyarakat dapat berjalan lebih efektif.

Kewajiban membentuk organisasi dakwah tersebut berasal dari pemahaman terhadap perintah Allah dalam QS Ali Imran [3]; 104:

المفلحون ولتكن منكر انه يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر وأوليك هم

“Dan hendaklah ada di antara kamu, segolongan umat yang me nyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.

Perlukah Ada Komunitas Pendakwah?

Kandungan ayat tersebut mengisyaratkan dua hal. Pertama, perlunya ada sekelompok umat yang bertanggung jawab dalam upaya amar makruf nahi mungkar atau menekuni profesi dakwah. Maksud hal itu agar pelaksanaan dakwah di organisasi se baik-baiknya untuk melanjutkan estafet perjuangan Nabi saw. dalam rangka menyebarkan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dan kepada semua umat manusia sampai akhir zaman.

Kedua, perlunya upaya amar makruf nahi mungkar itu kita lakukan secara berkesinambungan sambil melakukan pembenahan yang terus menerus sehingga term amar makruf nahi mungkar tidak menjadi slogan tanpa arti.

Dari uraian di atas tampak bahwa makna dakwah senantiasa terkait dengan konteks atau latar sosial tertentu. Hal ini sejalan dengan fakta historis bahwa sepanjang sejarahnya, agama Islam tersampaikan dengan berbagai pendekatan yang sangat lentur dan sangat kondisional.

Mulai dari cara sembunyi-sembunyi sampai dengan cara yang sangat terbuka dan transparan. Mulai dari pendekatan yang penuh bijaksana sampai pada pengerahan angkatan perang jika kondisi menghendaki demikian. (zahra)

*)Diringkas dari Buku “Ensiklopedia Muslimah Reformis: Pokok-pokok untuk Reinterpretasi dan Aksi.” Karya Musdah Mulia

 

 

 

 

Tags: dakwahHikmahislamkehidupan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Meneladani Noble Silence

Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an

24 Mei 2025
ihdâd

Ihdâd: Pengertian dan Dasar Hukum

24 Mei 2025
Filosofi Santri

Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial

23 Mei 2025
KB perempuan

Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

23 Mei 2025
KB dan Politik

KB dan Politik Negara

22 Mei 2025
KB Modern

5 Jenis KB Modern

22 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan Anak

    Melihat Lebih Dekat Dampak dari Pernikahan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tantangan Difabel: Aku Tidak Berbeda, Hanya Hidup dengan Cara yang Berbeda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membangun Keluarga Sakinah: Telaah Buku Saku Keluarga Berkah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Agenda WPS dan Isu Difabel: Nyambung?
  • 4 Strategi Wujudkan Haji Ramah Lansia
  • Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence Pada Ayat-ayat Shirah Nabawiyah (Part 2)
  • Membangun Keluarga Sakinah: Telaah Buku Saku Keluarga Berkah
  • Melihat Lebih Dekat Dampak dari Pernikahan Anak

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version