Mubadalah.id – Hampir saban hari kita melihat, mendengar dan menyaksikan baik di medsos maupun di ruang publik, banyak orang menghambur-hamburkan kata-kata kasar, kemarahan, menghina, mencaci dan sejenisnya. Bahkan sebagian mereka ada yang gemar mengadu domba dan menuduh sesat atau kafir orang lain sesama muslim/mukmin.
Orang-orang itu mengaku umat/pengikut setia Nabi Muhammad Saw. Malahan mereka selalu mengajak atau menyerukan masyarakat untuk mengikuti dan meneladani Nabi secara “kaffah”. “Orang Islam yang tidak mengikuti Nabi adalah sesat atau kafir”, ucap sebagian mereka. Banyak orang yang terpengaruh dan percaya pada ucapan atau orasi mereka yang sering berapi-api itu.
Bagaimana sesungguhnya sifat dan perilaku Nabi Saw itu? Apakah beliau memang suka mengucapkan kata-kata kasar, buruk dan gemar menyakiti hati orang?
Al-Quran menginformasikan kepada kita tentang sifat dan kepribadian Nabi. Salah satunya melalui ayat ini :
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Maka berkat anugerah kasih Allah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Andaikata saja kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri darimu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka pasrahkan semuanya kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang pasrah kepada-Nya”.(Q.S. Ali Imran, 159).
Anas bin Malik, sahabat Nabi yang saban hari di rumah dan melayani beliau selama sepuluh tahun memberikan kesaksiannya tentang sifat dan pribadi Nabi yang mulia itu :
عن أنس رضي الله عنه خدمتُ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم عشرَ سنين ، فما سبَّني سبَّةً قط ، وَلاَ ضَرَبَنِي ضَرْبَةً، وَلاَ انْتَهَرَنِي، وَلَا عبَسٌ فِي وَجْهِي، وَلَا أَمَرَنِي بِأَمْرٍ فَتَوَانَيْتُ فِيهِ فَعَاتَبَنِي عَلَيهِ، فَإِنْ عَاتَبَنِي أَحَدٌ مِنْ أَهْلِهِ قَالَ : دَعُوهُ ، فَلَوْ قُدِّرَ شَيءٌ كَانَ.
“Aku membantu Nabi selama sepuluh tahun. Beliau tidak pernah sekalipun berkata-kata kasar, tidak pernah menyakitiku, tidak pernah membentakku, tidak pernah menunjukkan wajah masam di depanku, dan bila menyuruh aku melakukan sesuatu lalu aku terlambat, beliau tidak pernah memarahiku. Bahkan bila ada salah seorang keluarganya memarahiku, beliau mencegahnya sambil mengatakan : “Biarkan saja, tidak apa-apa. Bila Allah menghendaki sesuatu, itu pasti akan terjadi”.
Suatu hari ada orang dari desa yang buang air di mesjid Nabi. Para sahabat yang melihatnya memarahi dan mau memukulnya. Tapi Nabi melarang : “Jangan lakukan itu. Ambil air saja lalu kalian siram air kencingnya”.
Suatu saat beberapa sahabat Nabi mendesak beliau agar berdoa bagi kebinasaan/kehancuran orang-orang kafir-musyrik. Nabi mengatakan :
أنى لم ابعث لعانا ولكنى بعثت داعيا ورحمة . رواه مسلم
“Aku diutus Tuhan tidak untuk mencelakakan/mengutuk orang, melainkan untuk mengajak dan mengasihi”. (Hadits Imam Muslim).
Pada saat yang lain Nabi Saw mengatakan :
ليس المؤمن بالطعان ولا اللعان ولا الفاحش ولا البذيء . رواه الترمذي والحاكم
” Orang yang suka mencela, yang suka mengutuk, yang suka berkata-kata kotor/kasar, bukanlah orang mukmin (yang baik)”.
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”. (Q.S. Al-Ahzab, 58).
Nah jika begitu betapa jauh bedanya antara mereka yang mengaku pengikut setia Nabi itu dan Nabi Saw yang diikutinya. Seorang sahabat menyanggah : “bukan jauh bedanya, tapi jelas bertentangan bro!”.
Baiklah. Semoga Allah memberi mereka petunjuk, karena mereka sesungguhnya tidak mengerti. []