• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Banyak Orang Menyebut Gus Dur Zahid, Santo, atau Bodhisattva

Abdul Rosyidi Abdul Rosyidi
20/12/2018
in Kolom
0
Sang Zahid Gus Dur

Ilustrasi: adaptasi dari cover buku "Sang Zahid: Mengarungi Sufisme Gus Dur."

94
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kesaksian demi kesaksian dari banyak orang menguatkan pesan, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah seorang pengabdi setia masyarakat. Gus Dur memberikan semua untuk orang lain dan tak berharap pamrih apapun. Satu hal yang hampir mustahil bisa dilakukan manusia biasa. Tak banyak orang yang mau dan mampu melalui jalan itu. Para pecintanya lebih suka menyebutnya sebagai wali. KH Husein Muhammad atau Buya Husein menyebutnya sebagai Sang Zahid.

Gus Dur bukanlah manusia biasa. Dia begitu besar dan diingat banyak orang dari seluruh penjuru dunia, dari beragam golongan, negara, keyakinan, ras, warna kulit, pandangan politik, dan sebagainya. Semuanya punya kesan dan penilaian yang sangat baik kepadanya.

Salah seorang Buddhis asal Cirebon, Surya Pranata pada suatu acara mengenang Gus Dur bersama Alissa Wahid di Cirebon pernah mengatakan, Gus Dur tak ubahnya seorang bodhisattva.

Dengan pengetahuan yang terbatas, saya memahami bodhisattva sebagai orang yang tercerahkan. Dia yang sudah mendapatkan penerangan. Tapi kemudian dia berkomitmen untuk tidak menikmati penerangan itu seorang diri. Dia akan mengorbankan diri untuk membantu agar orang lain juga mendapat penerangan yang sama.

Karena itulah seorang bodhisatwa akan memiliki sifat welas asih dan sifat tidak mementingkan diri sendiri.

Baca Juga:

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

Hal yang kurang lebih sama dikatakan teman Gus Dur yang beragama Katolik, Irwan David. Dia  mengatakan bahwa Gus Dur laiknya seorang Santo.”Bagi kami orang Katolik, Gus Dur itu seperti Santo yang oleh orang Islam disebut wali,” kata Irwan David sebagaimana dikutip KH Husein Muhammad.

Seperti itulah karakter Gus Dur. Sepak terjangnya tak usah diceritakan lagi. KH Husein Huhammad menceritakan lebih detil tentang aspek spiritual Gus Dur dalam bukunya “Sang Zahid: Mengarungi Sufisme Gus Dur.”

Dalam buku tersebut diceritakan bahwa Gus Dur adalah orang yang sudah tidak memikirkan dirinya sendiri. Gus Dur lebih mengutamakan ruh dan jiwanya dibandingkan tubuhnya. Jiwa Gus Dur selalu bergolak, tak pernah diam.

Sesuatu yang selalu menggelisahkannya adalah dia selalu memikirkan orang lain. Ya, orang lain lah yang selalu ada di pikirannya, bukan dirinya.

Gus Dur tidak pernah memperhatikan pakaian yang dikenakannya. Dalam keseharian, dia hanya menggunakan kaos dan celana sebatas bawah lutut. Buya Husein juga menceritakan bagaimana Gus Dur seringkali tidak punya uang. Dia hidup sederhana dan bersahaja.

Gus Dur sangat sangat terkesan dengan kitab al-Hikam al-‘Athaaiyyah. Kitab utama referensi sufisme Sunni. Salah satu puisi Ibnu Athaillah dalam kitab tersebut seringkali dibaca Gus Dur dalam banyak kesempatan:

Sembunyikan wujudmu

pada tanah yang tak dikenal

Sebab sesuatu yang tumbuh

dari biji yang tak ditanam

tak berbuah sempurna

 

Itulah sekelumit kisah tentang Gus Dur, Sang Zahid yang hingga hari ini menginspirasi banyak orang.[]

Tags: ajaranBodhisattvaCirebongus durhikamislamkarakterSantoSufitarekattasawufZahid
Abdul Rosyidi

Abdul Rosyidi

Abdul Rosyidi, editor. Alumni PP Miftahul Muta'alimin Babakan Ciwaringin Cirebon.

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version